3. Ágape Mou

1.8K 252 30
                                    

✔️Rate✔️ Komentar✔️Share✔️ Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✔️Rate
✔️ Komentar
✔️Share
✔️ Happy Reading

✔️Rate✔️ Komentar✔️Share✔️ Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 3

Ágape Mou

Rain melirik Cloudy yang datang tepat saat jenazah Ryan hendak dimasukkan ke dalam liang lahad. Wanita itu datang menggunakan pakaian panjang berwarna hitam dan kerudung yang di letakkan di atas kepalanya dilengkapi dengan kacamata hitam dari merek Gucci.

Dari balik kacamata hitamnya sorot mata Rain menyiratkan kesinisan yang luar biasa, ia menebak jika Cloudy adalah penggemar barang bermerek dan tidak segan menghabiskan uang suaminya.

"Babe, aku turut berduka cita atas kepergian saudaramu," ucap Cloudy seraya mengelus lengan Rain.

Rain berdehem pelan. "Ya," sahutnya kaku.

"Aku juga turut berdukacita atas kepergian saudaramu, Mr. Holter," ucap Axel yang datang bersama Cloudy.

"Terima kasih," sahutnya datar.

Namun, ia sama sekali tidak merasa terharu dengan ucapan belasungkawa dari kedua orang itu. Ia justru geram karena Cloudy datang bersama pria lain. Ia nyaris menggelengkan kepalanya karena menganggap Ryan terlalu membebaskan istrinya. Terbukti jika Cloudy berani datang ke pemakaman bersama pria lain.

Bukankah hal seperti itu tidak pantas dilakukan oleh wanita bersuami?

Jika bukan karena Cloudy adalah wanita yang penuh dengan trik dan muslihat, tidak mungkin jika Ryan akan menikahinya. Ryan pasti telah dibutakan cinta palsu Cloudy.

Rain menggeram di dalam benaknya dan bersumpah akan membongkar kelicikan Cloudy sebelum menjauhkan wanita itu dari kehidupan penerus keluarga Holter.

"Apa tidak ada orang lain yang menghadiri pemakaman ini?" tanya Cloudy seraya menggamit lengan Rain.

Rain membeku saat Cloudy menggamit lengannya. Perutnya terasa kencang karena merasakan jijik oleh perlakuan Cloudy, matanya menyipit dan rahangnya mengeras memikirkan bagaimana Cloudy selama ini bersandiwara dengan sikap manja dan suara lembut untuk merayu saudara kembarnya.

Sialan! Rain benar-benar mual membayangkan harus berhadapan dengan sikap menjijikkan Cloudy hingga wanita itu melahirkan bayi di dalam kandungnya.

Rain menjilat bibirnya. "Ya. Kami tidak memiliki keluarga lagi."

Cloudy menggenggam telapak tangan Rain dan mengelusnya dengan lembut. "Kau masih memiliki kami."

Demi Tuhan, Rain semakin merasa jijik dengan semua perlakuan Cloudy. Tetapi, ia tidak berniat menarik tangannya menjauh dari genggaman Cloudy demi penyamarannya.

Ia tidak tahu bagaimana caranya Ryan memperlakukan istrinya karena selama Ryan menikahi Cloudy dan memutuskan tinggal bersama wanita itu, mereka semakin jarang bertemu dan pastinya Ryan tidak pernah menceritakan rumah tangganya bersama Cloudy.

Coba saja Ryan berani menceritakan keharmonisan rumah tangganya kepada Rain, sudah pasti hanya sikap dingin dan sinis yang Ryan dapatkan. Rain selalu menunjukkan sikap antipati terhadap sebuah hubungan asmara, sejak wanita yang ia cintai berlaku sama seperti ibu kandungnya. Berkhianat dan meninggalkannya.

Robert mengulurkan sekeranjang bunga kepada Rain dan pria itu dengan segera menerimanya—mengambil kesempatan untuk menjauhkan tangannya dari Cloudy.

Ketika ia hendak meraup bunga di dalam keranjang untuk ditaburkan ke atas peti mati Ryan yang telah berada di dalam liang lahad, tiba-tiba ia berpikir jika sebaiknya Cloudy yang melakukannya untuk pertama kali karena Cloudy adalah istri Ryan.

"Apa kau ingin menaburkan bunga untuk saudaraku?" tanyanya dengan suara berat.

Cloudy mengangguk. "Sebaiknya kita melakukannya bersama," ucapnya seraya meraup kelopak bunga di dalam keranjang dan menaburkannya ke atas peti jenazah Ryan. "Rain, semoga kau tenang di sisi Tuhan."

Sangat aneh didoakan seperti itu sedangkan dirinya masih berdiri dengan kokoh di tepi liang lahad, Rain melirik Robert yang berdiri kaku menyaksikan sandiwaranya kemudian ikut meraup bunga di dalam keranjang dan menaburkan seperti yang Cloudy lakukan.

Ia menghela napas pelan. Ryan, saudaraku semoga kau beristirahat dalam damai.

Kemudian dengan perasaan penuh sesal, Rain menatap peti jenazah Ryan sedikit demi sedikit ditimbun tanah yang dingin di bulan Februari hingga menjadi gundukan merah dan ditaburi bunga di atasnya.

Ia tersenyum tipis seraya mendengarkan suara Pastor yang bergema menyuarakan khotbahnya, matanya menatap sinis ke arah kelopak bunga di atas pusara.

Jika Rain mengumumkan kematiannya sendiri, ia berani bertaruh jika GREEN-WOOD CEMETERY, pemakaman untuk orang-orang elite di New York itu akan berubah menjadi lautan karangan bunga. Ia tidak mengerti untuk apa orang-orang mengirim karangan bunga untuk orang yang telah meninggal karena bisa dipastikan itu hanya akan menjadi sampah yang tidak berharga.

Pemakaman telah usai, Cloudy kembali menggamit lengan Rain dan berucap, "Kau telah melalui malam panjang yang melelahkan, jika tidak ada hal yang harus kau urus, bagaimana jika kita kembali ke rumah? Kau perlu istirahat, Sayang."

Sialan. Rain belum memikirkan lebih jauh bagaimana caranya ia bersandiwara menjadi Ryan di depan Cloudy karena saat itu ia mengambil tindakan secara impulsif. Tiba-tiba tercetus ide untuk memalsukan kematiannya sendiri demi mendapatkan hak asuh bayi yang masih berada di dalam kandungan Cloudy.

Ia tidak ingin bayi itu dibesarkan oleh wanita yang penuh muslihat, yang pada akhirnya akan mengincar harta keluarga Holter. Seperti ibunya dan juga mantan kekasihnya.

Rain berdehem. Bagaimana pun ia pernah mendengar Ryan berbicara dengan Cloudy di depannya melalui panggilan telepon dan Ryan memanggil Cloudy dengan panggilan : Agape Mou.

Menjijikkan.

"Agape Mou, kau kembalilah bersama temanmu. Aku perlu waktu untuk sendiri." Ia menjeda ucapannya sebentar dan melirik ke arah Axel. Sialan, mereka pasti bekerja di divisi yang sama, terlihat dari pakaian pria itu dan sepatu kerjanya, berarti ia harus tahu nama pria itu juga.

Benar-benar sial. Ternyata menyamar menjadi Ryan tidak semudah yang ia kira.

"Aku akan kembali sore nanti," lanjut Rain.

"Baiklah, aku akan menunggumu pulang, aku akan membuatkan sup kesukaanmu," ujar Cloudy seraya berusaha berjinjit untuk mencium Rain.

Namun, pria yang ia kira adalah suaminya tidak merespons tindakannya, Cloudy meletakkan telapak tangannya di tengkuk Rain dan menarik pria itu hingga membuat tubuh Rain condong ke arahnya kemudian memberikan kecupan singkat di bibir Rain.

"Sampai jumpa di rumah, Sayang," ucapnya dengan lembut.

Agape Mou = Sayang.

Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan RATE!

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
❤️🍒

90 Days with Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang