4. Rain's Past

1K 222 44
                                    

✔ RATE️✔️ Comment✔️Share✔ Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RATE
️✔️ Comment
✔️Share
Happy Reading

✔ RATE️✔️ Comment✔️Share✔ Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 4

Rain's Past

Rain menatap layar ponselnya kemudian menekan tombol di samping kiri ponselnya untuk menonaktifkan dering ponsel.

"Cloudy menghubungimu lagi?"

Rain mengedikkan kedua bahunya dengan malas. "Aku akan menjawab panggilannya nanti."

"Setelah tiga hari kau belum menjawab panggilannya."

Rain tidak bereaksi. Salah satu alasan ia tidak menjawab panggilan telepon Cloudy adalah karena menumpuknya pekerjaannya yang menjadi dua kali lipat karena pekerjaan Ryan yang kini menjadi urusannya. Juga ia belum sepenuhnya siap bertemu Cloudy dan menjadi Ryan di depan wanita itu.

"Kau benar-benar keterlaluan." Marcus berkacak pinggang di depan Rain. "Kau tidak memikirkan bagaimana perasaan istri Ryan jika ia tahu suaminya telah tiada? Ya Tuhan, aku bersumpah, kau manusia paling tidak berperasaan."

Rain dengan malas menatap Marcus, juru masak pribadi di tempat tinggalnya yang berani mengomelinya. "Aku harus melakukannya. Aku telah bersumpah di depan jenazah Ryan, aku akan merawat anaknya."

"Kau sudah sinting!" Marcus menggelengkan kepalanya. "Merawat anaknya tidak perlu dengan cara membohongi Cloudy."

Rain menumpukan satu sikunya di atas meja makan kemudian telapak tangannya mengelus janggutnya. "Apa kau pikir wanita itu bersedia menyerahkan anaknya secara cuma-cuma padaku?"

Jawabannya adalah tidak kecuali Cloudy sinting seperti Rain, Marcus jelas tahu. "Kau bisa mencari cara lain untuk mengambil hak asuh anak Ryan."

"Misalnya?"

"Katakan saja jika Ryan telah tiada dan kau akan bertanggung jawab—menikahi janda saudara kembarmu, semacam itu."

Menikah? Satu kata itu tidak ada dalam agenda hidup Rain. "Itu mustahil."

"Kenapa?"

Rain menyipitkan matanya menatap Marcus dengan sorot mata tidak senang. "Pokoknya mustahil."

Marcus mengedikkan bahunya. "Ini tidak akan bekerja dengan baik, Kawan. Kau akan kesulitan menyamar menjadi Ryan." Ia mengamati wajah Rain kemudian mengerutkan keningnya. "Meski kalian memang nyaris tidak memiliki perbedaan, tapi aku yakin, cepat atau lambat Cloudy akan menyadari perbedaan kalian."

"Dia akan melahirkan dalam waktu dekat." Semua informasi tentang Cloudy yang Rain butuhkan sedang ia kumpulkan, ia juga mengamati rekaman kamera pengawas di tempat tinggal Cloudy untuk mempelajari kebiasaan wanita itu.

"Dan setelah itu kau menendangnya menjauh?" Marcus mengambil toples berisi kopi Arabika dan mengeluarkan isinya menggunakan sendok khusus.

"Aku akan memberikan tunjangan besar setelah ia menandatangani surat cerai."

"Kau memang sinting," ucap Marcus seraya menekan tombol timbangan untuk menakar kopi.

"Dia pasti akan senang menerima imbalan, anggap saja dia menjual anaknya padaku."

Marcus menggelengkan kepalanya seraya memasukkan biji kopi ke dalam mesin penggiling. "Jadi, kau serius akan berpura-pura menjadi suami Cloudy?"

"Bukankah sudah jelas?"

"Kau juga akan tidur dengannya?" Marcus terkekeh dengan kesan mengejek. "Dan kau tidak akan bisa membawa model-model bayaran untuk kau tiduri di tempat ini selama kau menjadi Ryan."

Sialan! Itu juga tidak pernah terpikirkan oleh Rain. Ia memiliki kegemaran membawa wanita cantik untuk diseret ke atas ranjang di tempat tinggalnya agar menghindari hal-hal yang membahayakan identitasnya.

"Kau pikir aku tertarik tidur dengan wanita hamil?"

Marcus tertawa pelan. "Karena kau memutuskan bersandiwara menjadi suaminya, berarti mau tidak mau kau harus tidur dengan janda saudara kembarmu. Itu adalah bagian dari sandiwara, Kawan. Kau harus memperlakukan Cloudy seperti Ryan memperlakukannya, kau juga harus tidur dengannya... atau jika tidak...." Marcus menyipitkan matanya menatap Rain. "Cloudy akan curiga, mengira kau berselingkuh karena terlalu lama tidak menyentuhnya."

Ini adalah bagian paling menyebalkan dalam hal berpasangan. Luapan emosi yang harus dipahami, menjadi pasangan berarti harus mengerti satu sama lain.

Ia dulu pernah mencintai wanita, mempercayai, dan memujanya. Tetapi, kepercayaannya dikhianati. Ia dicampakkan dalam keadaan paling buruk hingga menjadi gelandangan di jalanan bersama Ryan. Jika bukan karena ia bertemu Marcus, mungkin Rain dan Ryan harus merasakan tidur di jalanan, di emperan toko atau mungkin di kolong jembatan.

Marcus menolong mereka, memberikan tumpangan di tempat tinggalnya yang jauh dari kata layak. Rumah susun bobrok yang berada di pinggang kota dan merupakan tempat paling kumuh di New York itu lebih layak disebut gudang. Tetapi, Rain bersyukur bertemu pria sebaik Marcus dan memutuskan membawa Marcus tinggal bersama dan mengangkatnya sebagai juru masak pribadinya.

Kebetulan saat Rain bertemu Marcus, di restoran tempat pria itu bekerja sebagai juru masak di restoran kecil yang tidak jauh dari tempat tinggalnya sedang memerlukan tenaga pencuci piring dan Rain dan Ryan dengan senang hati mengambil pekerjaan itu agar mereka bisa menyambung hidup. Setidaknya mereka tidak menambah beban hidup Marcus yang hidup sederhana bahkan nyaris kekurangan.

Jika bukan karena Alyssa dan Ello, sahabatnya yang bedebah itu Rain dan Ryan seharusnya tidak kehilangan seluruh harta peninggalan ayahnya. Mereka juga tidak harus keluar dari bangku universitas karena tersandung masalah biaya. Tetapi, karena Alyssa jua akhirnya ia bangkit bersama Ryan membangun usaha mereka dari nol dengan bantuan satu-satunya benda peninggalan ayahnya yang tersisa. Sebuah laptop usang yang bahkan keyboard-nya sering kali harus bermasalah dan tidak terhitung berapa puluh kali Ryan membongkar benda itu untuk memperbaikinya.

Mereka bekerja siang malam bergantian. Saat Rain berada di restoran sebagai juru cuci piring, maka Ryan berada di depan laptop usang untuk mengerjakan program yang mereka rancang, begitu sebaliknya.

Bertahun-tahun bersama Ryan, mereka membangun Internal Liquidation Program Scurity atau ILP Scurity. Membuat sistem keamanan dunia maya, mengembangkannya, dan membangun perusahaan di bidang perangkat lunak yang kini sangat diperhitungkan keberadaannya.

Sekarang setelah berbagai rintangan yang dilalui dan hanya tinggal memetik hasil jerih payah mereka, Ryan justru pergi meninggalkan kerja keras mereka dan membuatnya kini benar-benar merasa menjadi sebatang kara. Sekarang di usianya yang menginjak ke tiga puluh tujuh tahun, ia benar-benar sendiri di dunia ini.

Rain menerima secangkir kopi yang disuguhkan Marcus dan menatap uap kopi yang mengepul dari dalam cangkir. Hanya tinggal hitungan beberapa Minggu saja untuk bersandiwara menjadi Ryan di depan Cloudy dan ia yakin bisa menyelesaikannya dengan baik.

Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan RATE!

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
🍒❤️

90 Days with Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang