Peringatan:
Semua kejadian di cerita ini, nama tokoh, tempat, dan suasana di sini hanyalah rekayasa. Apabila ada kesamaan dari nama tokoh, tempat, dan suasana tersebut, itu hanyalah ketidaksengajaan. Mohon dimaklumi.Banyak perkataan Verbal yang sedikit menyinggung, jadi saya mohon maaf sebelumnya
Cacian, hinaan, dan bahkan sampai serangan fisik, akhir-akhir ini sudah menjadi makanan Adrian sehari-hari. Anak yang malang. Adrian tidak memberontak. Ia menerima apa yang diperlakukan oleh temannya kepadanya, mengingat ia juga sudah melakukan hal yang sama kepada gadis lemah lembut seperti Lavender.
"Jadi korban bully itu kaga enak, ya," ucap seseorang di sebelah Adrian yang sedang duduk termenung di lorong kelas, dengan baju basah dan kepala yang sepertinya dilempari oleh tanah yang dibasahi air.
"Miko?" Adrian menjawab.
Tanpa menoleh, Miko pun berkata, "dengan kondisi kayak gini, harusnya lu udah paham. Gimana? Apa masih mau jahatin orang lain lagi?"
Adrian tak menjawab.
"Yak, ga usah dijawab apa yg barusan gw tanya. Yang jelas, gw gak bisa bantuin lu sekarang, cuma gw berharap lu bisa sadar, cepat atau lambat," ucap Miko sambil mengulurkan tangannya, membantu Adrian untuk berdiri.
Adrian semakin termenung. Ia mengabaikam uluran tangan Miko. "Lu ga perlu bantuin gw, atau nasehatin gw. Gw bukan adek apalagi anaklu." jawab Adrian dingin.
Miko pun meninggalkan Adrian yang duduk termenung, di lorong kelas yang gelap, yang mana pencahayaan hanya dari langit mendung yang seolah tak kuasa membendung air hujan.
Berbeda dengan Adrian, Lavender kini berbalik disambut hangat oleh teman-teman sekelasnya. Chandra dan Rafi yang terlihat tak enak pada Adrian berusaha menenangkan Adrian, sekaligus meminta maaf.
Dengan sedikit terbata-bata, Chandra pun meminta maaf."Dri, maaf banget cuy, kita waktu itu gak belain elu. Bukan apa-apa, gue gamau gue keseret masalah gara gara ini. Gue minta maaf dan gue masi mau temenan sama lu, kok."
Adrian yang sudah terlanjur marah pada mereka pun mendorong Chandra ke arah meja. Punggungnya terkena sudut meja. Pastinya itu akan terasa sangat sakit.
"Lu kenapa si Dri?? Kita niat minta maaf baik baik loh!" ucap Rafi, dengan suara tinggi, sehingga terdengar ke seisi kelas.
"Lu udh nganggep gue brengsek kan? Kalo gitu kenapa gue gak brengsek aja sekalian?" ucap Adrian, seperti menahan tangis.
Ia pun menendang perut Rafi dengan sepatunya yang mengotori seragamnya. Salah satu siswa di kelas membantu membangunkan Rafi dan Chandra.
"Emang gak ada kapoknya tu orang!"
"Yaa, penjara udah banyak, penjahat juga tetep ada tuh,"
"Emang dasarnya resek ya resek!"
Adrian yang tak kuasa pun berlari meninggalkan kelas, dan tak tahu ke mana, bahkan saat kelas sudah dimulai, ia belum kembali.
"Pagi semuanya, kita langsung aja mulai kelas pagi ini. Bangku itu kosong tapi tasnya ada. Kemana muridnya?" Pak Guru bertanya.
Seisi kelas hening. Tak ada yang menjawab.
"Langsung aja kita mulai. Hari ini kita akan membahas ......"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender
RomanceAku merasa bahagia saat bertemu dengamu. Tapi, mengapa segala sesuatu terada amat pilu? Kenangan yang menoreh luka, membawaku menjadi manusia yang tak layak diampuni Jika terus begini, lebih baik aku menjadi sebuah debu yang berterbangan saja Maka...