Peringatan:
Semua kejadian di cerita ini, nama tokoh, tempat, dan suasana di sini hanyalah rekayasa. Apabila ada kesamaan dari nama tokoh, tempat, dan suasana tersebut, itu hanyalah ketidaksengajaan. Mohon dimaklumi.Banyak perkataan Verbal yang sedikit menyinggung, jadi saya mohon maaf sebelumnya
Adrian, seorang remaja yang tengah menggerogoti bangku pendidikan di Sekolah Menengah Atas - yang sebelumnya tampak suram, kini melihat cahaya yang akan menjadi tujuan hidupnya. Netranya yang tampak telihat kosong kini menatap dalam-dalam sosok yang ia cari selama ini. Seorang gadis SMA seumurannya, dengan rambut lurus sedikit bergelombang, matanya yang sekarang sudah tidak memakai lensa pembantu penglihatannya, serta pipinya yang masih terlihat lembut, halus, yang pernah menahan air mata atas perbuatan bodoh yang dilakukan Adrian.
Gadis itu, Lavender Asteria Nayaka, berdiri tegak dengan menahan sebuah biola di pundak kirinya, jarinya yang menari-nari di atas Fingerboard, sedangkan tangan kanannya mengayunkan sebuah Bow yang menggesek dan menimbulkan suara dari alat musik yang sangat sulit dimainkan itu.
Adrian tenggelam dalam alunan musiknya. Betapa indahnya musik yang ia mainkan, membuat Adrian lupa apa tujuan utamanya datang ke sini.
"Udah liat? Tuh, Lavender." suara yang akhir akhir ini sering ia dengar. Seorang siswa SMA berbadan atletis, rambut ikal, dan seragam yang sama dengan Adrian. Ya, Miko. Ia datang untuk menjemput pacarnya yang tengah bermain piano, mengiringi permainan Lavender.
"Eh? Kok lu di sini? Oh, itu ya ..." Adrian terkejut, namun kemudian mengerti.
"Yaa Gua nunggu cewek gua, Dri," Miko menjawab. "Tuh, yang itu," sambung Miko sambil menunjukkan jarinya ke arah gadis pianis itu.
Ia memang hendak menjemput pacarnya tatkala kegiatan ekstrakurikulernya telah selesai.
"Lu gak ekskul emang, Mik?" Adrian bertanya, atau lebih tepatnya, basa-basi.
"Ekskul Gua hari Sabtu, jadi aman," Miko pun menjawab, seperlunya.
Adrian hendak menanyakan perihal pacar Miko yang sedang bermain piano itu, dengan tujuan memintanya lebih dekat dengan Lavender. "Ngomong-ngomong, Ceweklu itu ..." dia ragu bertanya, karena takut menyinggung Miko.
Miko pun menganggap Adrian hanya penasaran. "Oh, namanya Melodi. Dia dulu satu SMP sama kita. Dia temen deketnya Lavender, dari SMP. Dia satu sekolah kok sama kita. Lu gatau emang?"
"Eh? Satu sekolah? Ah, gua inget, dia ya?" Adrian bergumam kecil, sambil menundukkan kepalanya, berusaha mengingat.
Gadis yang ia lihat adalah Melodi. Gadis dengan rambutnya yang bergelombang dengan panjang seleher, adalah gadis yang sama dengan gadis yang ia lihat saat dia terjatuh dari sepeda, dan mendengar suara biola dan piano. Dengan kata lain, dia sedang melihat orang yang sama, dengan waktu yang berbeda.
Satu musik selesai dimainkan. "Mau ikut gak? Ke dalem yuk!" Miko menepuk pundak Adrian.
Di sinilah Adrian merasakan ketegangan di dalam dirinya. Tunggu sebentar, apa aku berani? batinnya.
Di ruangan itu tampak hanya ada delapan orang. Lavender yang memegang biola, Melodi yang duduk di kursi piano, dan ada tiga siswa yang terlihat menilai permainan mereka berdua, serta ada tiga guru pembimbing ekskul tersebut. Total ada lima anggota, dan tiga guru.
Sesaat setelah pintu terbuka dari arah kanan kelas, semua pandangan terpaku pada pandangan mereka berdua yang berada di lawang pintu. "Assalamu'alaikum." Miko mengucap salam.
Seisi ruangan pun menjawab salamnya.
"Waalaikumsalam, eh siapa tuh Mik?" ucap Melodi.
Miko pun menjawab, "Oh, iya, ini Adrian, dari SMA Lima juga, rencananya kan kita ada pensi gabungan nanti jadi kita ..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender
RomanceAku merasa bahagia saat bertemu dengamu. Tapi, mengapa segala sesuatu terada amat pilu? Kenangan yang menoreh luka, membawaku menjadi manusia yang tak layak diampuni Jika terus begini, lebih baik aku menjadi sebuah debu yang berterbangan saja Maka...