Peringatan:
Semua kejadian di cerita ini, nama tokoh, tempat, dan suasana di sini hanyalah rekayasa. Apabila ada kesamaan dari nama tokoh, tempat, dan suasana tersebut, itu hanyalah ketidaksengajaan. Mohon dimaklumi.Banyak perkataan yang sedikit menyinggung, jadi saya mohon maaf sebelumnya.
*Plakkkk
Sepulangnya Adrian ke rumah, ia ditampar keras oleh Ibunya.
"Ke-ke-kenapa bu?" Adrian bertanya dengan terbata-bata. Ketakutan, serta kebingungan.
"Baju kamu, baju kamu kok tinggal dikit?! Terus katanya kamu udah gak kerja lagi di toko kue! Terus apa-apaan itu kalender kamu?! Kenapa cuma sampe tanggal lima belas?!" ucap Ibunya.
Adrian sambil memegang pipinya ia berkata, "Eh? Kok Ibu tau aku udah berhenti kerja di toko ku-"
"Kamu mau bunuh diri? Mau ninggalin Ibu sendiri gitu? Kenapa kamu mau bunuh diri???" tanya Ibunya, sambil menahan tangis.
Adrian yang mengerti perasaan Ibunya pun memeluknya. "Maaf ya, Bu. Adrian kemaren emang pengen bunuh diri. Tapi, Adrian sekarang udah gak ada niatan bunuh diri, kok. Maaf ya, Bu. Adrian udah bikin Ibu Khawatir,"
Sang Ibu menangis deras. Air matanya sudah tak terbendung. Ia menangis di pelukan anaknya.
Ibu, Maaf. Aku membuatmu khawatir. sekarang, anakmu sedang berusaha untuk menerima dirinya sendiri, dan menjadi manusia yang lebih baik.
Minggu, pagi, Taman Merpati.
Tak biasanya ia keluar di hari Minggu, apalagi waktu baru saja menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh menit. Ia berjalan menuju satu tempat; Taman Merpati-suatu tempat yang diceritakan oleh temannya, Miko. Dengan pakaiannya yang tersisa- celana hitam yang menyesuaikan bentuk kakinya yang tidak terlalu besar, lalu kaos hitam lalu dilapisi oleh kemeja motif flannel.
Ia pun menyusun langkah demi langkah kakinya yang dibalut sepatu sekolahnya yang sudah sedikit menguning. Dengan membawa Tote bag, ia mampir sejenak ke toko kue tempat ia dulu bekerja, bukan sebagai pekerja yang sudah minggat, tapi sebagai pembeli. Ibunya menyuruhnya membeli kue, karena mereka akan kedatangan tamu. Sang ibu berkata bahwa ia tidak akan sempat membeli kuenya, karena ia sibuk bekerja di salon yang ia dirikan sendiri.
Baru saja ia masuk, ia langsung disindir halus oleh salah satu rekan kerjanya yang sedang menyapu lantai. "Oh, yang sok-sok mau keluar pengen balik lagi nih kayaknya," ucapnya
"Lho, Adrian? Ada apa, Dri?" ucap mantan rekan kerjanya yang berdiri di belakang Display, tempat untuk menaruh roti yang akan dijual.
Adrian pun mengabaikan ucapan mereka berdua, ia pun berjalan menuju meja kasir, "Anu, gue mau beli roti bolen isi pisangnya, satu kotak,"
Lalu mantan rekan kerjanya langsung mengambil satu kotak berisi roti bolen pisang, lalu membungkusnya.
"Oke, Dri, totalnya lima puluh ribu ya dri"
Adrian menyimpan uangnya di meja kasir berjumlah lima puluh ribu, pas.
"Ini aja?"
Adrian pun melihat ke arah Meja Display. Ia melihat dua buah donat dengan rasa yang sama, yaitu rasa coklat. "Sama donat itu deh, dua," ucapnya.
"Jadi enam puluh ye,"
Adrian menambahkan dua puluh ribu. Uang kembali sepuluh ribu.
Sementara itu, Lavender sudah sampai di Taman Merpati.
"Mbak, jus jeruknya satu ya, kayak biasa," ucap Lavender yang sudah sering membeli jus yang sama setiap minggunya.
"Siap kak! Ditunggu ya," jawab Pedagang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender
RomanceAku merasa bahagia saat bertemu dengamu. Tapi, mengapa segala sesuatu terada amat pilu? Kenangan yang menoreh luka, membawaku menjadi manusia yang tak layak diampuni Jika terus begini, lebih baik aku menjadi sebuah debu yang berterbangan saja Maka...