3x³-12x-15<0

23 4 0
                                    

Mohon dukungannya ya!!

Vote terlebih dahulu sebelum memulai baca.

OKE!
.
.
.

Aska menggeram frustasi. Sudah 2 botol alkohol yang lolos menerobos tenggorokannya.

Pikirannya merancau tak tau arah. Aska kembali menuangkan lagi dalam gelasnya. Meneguk sekali tegukan.

Radit dan Dion dibuat bingung dengan sahabat mereka yang satu ini. Segitu frustasinya di putusi Vanilla, kayak nggak ada cewek lain aja di dunia ini.

"Udahla Ka, lagian si Vanilla juga udah minta putuskan. Emang apalagi masalahnya?" ucap Radit santai.

Padahal semua masalah ini karena ulah Radit. Kalau Radit tidak menaruhkan obat perangsang di minuman ia, mungkin ia dan Vanilla akan terus bersama.

"Vanilla juga nggak hamil anak elo kan. Ngapain di jadiin ribet. Ye gak Don?"

Brak

Aska menggebrak meja Radit dan Dion dibuat terkejut oleh tindakan Aska.

Hamil

Hamil

Hamil

Kata itu terus berputar dalam pikiran Aska.  Mana mungkin ia biarin Vanilla menanggung semuanya.

Dan satu kenyataan pahit lainnya. Vanilla yang akan memilih untuk pindah dan menjauh darinya.

Gimana bisa ia hidup tanpa Vanilla di sampingnya. Sudah banyak rintangan yang mereka lalui selama ini. Dan karena Vanilla juga ia dapat tau arti dari hidup yang ia miliki.

AGRRRH

Aska menggerang frustasi. Temannya ini juga tidak dapat memberikan ia solusi. Sekarang apa yang harus Aska lakukan?

Perlu di ingatkan Aska masih dalam keadaan normal walau dia sudah banyak meneguk minuman itu. Walau kepalanya sedikit deki sedikit terasa pusing, Aska merogoh kantong celana yang ia kenakan.

Mengeluarkan iphone yang berlogo apel di gigit, beralih ke galeri ia menatap foto Vanilla yang bahagia. Tidak ada sedikitpun tatapan kesedihan yang terpajang di sana.

Aska berdiri dan melangkah keluar bar untuk pulang beristirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aska berdiri dan melangkah keluar bar untuk pulang beristirahat.

Radit dan Dion saling menatap, mengangkat bahu tidak perduli dengan Aska. Mereka tau Aska butuh waktu sendiri .

Aska sampai di depan mansion miliknya. Ia terdiam sesaat di senderan mobil merasakan pusing yang menjalar di kepalanya.

Ia melangkahkan kakinya memasuki rumah. Derap langkah Aska terdengar samar di telinga sang ayah.

"Kau mabuk huh?" tanya Brian menatap tajam anak pertamanya.

Aska tidak memperdulikan Brian yang sedang bertanya padanya. Ia terus melangkah hingga masuk ke dalam kamarnya.

VANILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang