I Hope You Hear Me

8.8K 562 17
                                    

"Eh?!" Pemuda itu memekik terkejut. Baru saja ia selesai menuangkan sedikit air ke dalam gelasnya.

"Lihat ini! LIHAT APA YANG SUDAH KAU PERBUAT!! Gara gara kamu, sekarang kakakmu menderita gagal ginjal!!"

*deg

Entahlah. Pemuda itu -Jisung merunduk menatap tak percaya pada kertas putih itu. Iya, hasil yang sangat mengejutkan.

Wah?? Bukannya yang kemarin tertabrak adalah Jisung? Kenapa jadi sang kakak yang sakit?

Jadi...

Sore itu Jaemin, Jeno dan Renjun dalam perjalanan menuju taman. Tanpa Jisung tentunya. Hari itu Jisung bersama sang kakak sulungnya, Mark dan juga Haechan.

Namun dengan permintaan yang cukup menjengkelkan di telinga Jisung. Mark akhirnya menyetujui Haechan untuk menyusul 3 saudaranya yang lain.

Jisung menatap sendu tawa ke 5 kakaknya itu.

"Sudah cukup lama ya... Chenle."

.

.

.

Senja mulai hilang, kini sedikit demi sedikit berganti sift dengan bulan. Mereka ber 6 akhirnya pulang. Namun dengan segala kecerobohan yang Renjun punya, ia hampir tertabrak mobil sebelum...

"RENJUN AWAS!!!!!"

BRAKK!!

"JISUNG?!!!!!"

Jisung terlempar cukup jauh, namun ia masih bisa bangkit, ia benar benar anak yang tangguh. Berbeda dengan Renjun yang sempat ia dorong untuk menghindar dari tertabrak justru pingsan saat itu juga.

Mereka berlarian di sepanjang koridor rumah sakit mendampingi Renjun yang masih terbaring. Mereka, kecuali Jisung. Jisung izin pulang lebih dahulu. Padahal ia sudah di paksa untuk ikut dan di obati di rumah sakit. Tapi Jisung menolaknya, dengan alasan tak ingin merepotkan.

Mark sudah lelah membujuk akhirnya pasrah dan menyusul mobil ambulance.

Jisung hanya ingin. Mereka untuk tidak tau apa apa. Jisung takut mereka membecinya karena hal kecil itu. Jisung takut.

"Ayah... hentikan kumohonn.."

.

.

Sudah 2 minggu lamanya Renjun di rawat dan hari ini ia boleh pulang. Semua saudaranya menyambut dengan gembira. Renjun juga begitu ia senang akhirnya bisa bebas dari ruangan itu.

"Ayahh~"

"Ah? Renjun? Ohh kemari sayang. Duduk bersama ayah." Ucap ayah mengenterupsi. Mereka duduk berdampingan menjadi dua kubu di sisi kanan dan kiri ayah. "Bagaimana kabarmu sayang? Apa sudah merasa baik?"

"Sangat baik! Maaf ayah aku ceroboh... aku membuat Jisung tertabrak, ah iya? Bagaimana Jisung? Apa dia baik ayah?"

Mark menegak. Bodoh! Dia baru ingat bungsunya itu juga terluka. Dan tentu lebih parah dari Renjun.

Mark menatap ayahnya berusaha meminta jawaban. Dan sang ayah? Ia gugup tak tau harus mengatakan apa pada putranya.

"Kak Renjun? Kau pulang? Apa kau baik? Apa kata dokter? Sudahkah kau sembuh benar?" Pertanyaan Jisung yang banyak itu hanya mendapat kebungkaman kakak kakaknya yang lain.

"Apa ini?! I-ini? Kemarin kan katamu akan di obati?!"

Kemarin yang di maksud Haechan pastinya 2 minggu lalu. Jisung hanya menyeringai menatap kakaknya itu dengan senyuman yang ia paksa.

"K-kemarin ya?"

"Ayah?" Mark menatap tak percaya pada ayahnya itu. Ia tau betul perbuatan siapa, dan dengan alasan apa. Mark tau betul.

"Ikut kakak. Kita ke rumah sakit sekarang."

"J-jangan... kakak bisa kan obati aku sendiri?"

"Ke rumah sakit."

"O-oke... tapi kakak jangan masuk ke ruangan ya?"

Mark tentunya ingin menolak. Tapi, ia tau ada satu hal yang terus menjadi privasi Jisung. Apapun itu, di punggungnya.

Ibu mereka pernah berkata, "jisung adalah anak kecil tampan yang akan membawa warna dalan hidup kalian. Jangan pernah menyakitinya. Jangan pernah melukai punggung kecil itu. Ya? Mama mohon jangan.."

Namun semua berubah seiring berjalannya waktu. Kalimat sang ibu bagai kiasan yang di karang penulis. Dan tidak perlu di anggap serius.

.

"Kamu penderita-"|"sssstttt"

Kalimat Taeil yang mengambang itu di hentikan oleh Jisung. Ia meminta agar Taeil tidak mengatakan apapun tentang penyakitnya itu.

"Sudahlah paman... aku sudah tak mau lagi tau apapun. Obati saja lukaku dan aku akan pulang."

"Tapi.. ini sudah pada tahap terakhir Jisung. Kamu tidak boleh menyia-nyiakan ini.."

"Ini yang mereka ingin kan. Bahkan ginjalku hilang satu, hhh."

Mendengar itu Taeil justru tersenyum miris. Operasi ginjal saat itu, ia dan beberapa dokter di minta untuk diam agar tidak memberitahu siapapun tentang pendonornya kepada 5 bersaudara oleh Ayah Jisung.

Dan Jisung? Ia meminta agar para dokter diam atas apa yang mereka tau tentang keadaannya.

.

.

"Bagaimana Paman?" Tanya Mark yang kini berdiri di depan Taeil. Taeil melirik kecil kearah Jisung dan di balas dengan gelengan yang hampir tak terlihat tapi Taeil melihatnya.

"Dia baik baik saja, hanya beberapa memar dan cedera yang... bukan berasal dari kecelakaan." Tutur Taeil jujur.

"Paman?!" Jisung terkejut dengan apa yang Taeil katakan. Ah, bodohnya Jisung. Taeil ini kalau tidak di mintai semua. Ia akan mengatakan yang boleh di katakan, seperti tadi.

"Lalu? Dari mana itu semua berasal?"

"Entah, dia sepertinya di hajar oleh seseorang."

Oh ayolah paman Taeil? Kau bercanda kan? Tidak tau seperti apa suasana di rumah nantinya.

"Shit! Ikut aku Jisung." Ucap Mark kemudian menunduk hormat meninggalkan Taeil di sana.

'Ahh pamannn???????' Begitulah kira kira gerakan mulut yang mencuat cuat kesal. Taeil yang melihat hanya tersenyum tipis menanggapi.


→←→←→←→←→←→←

Dah segini dulu aja

Tunggu lanjutannya ya??

See you😊

>Tinggalkan Jejak bila berkenan<

I Hope You Hear Me ¦ Jisung NCT[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang