Part 5 - Xavier's Apartment

264 279 101
                                    

☆Please to vote☆
Hope you like it

***

"Sudah," ucap Valeryn lalu menatap dirinya di cermin.

Rambutnya yang masih basah, hoodie abu-abu yang kebesaran milik Xavier berhasil menutup hingga pahanya. Valeryn berjalan keluar dari kamar mandi dan melihat Xavier yang masih asik sibuk sendiri.

"Kak, ada hair dryer ga? Rambut Vale masih basah," ucap Valeryn lalu berjalan mendekat.

Xavier hanya mendongakkan kepalanya dan menatap Valeryn dalam diam. Dia tidak menyangka bahwa hoodie miliknya bisa cocok di Valeryn. Badan Valeryn tenggelam dalam hoodienya. Dari tadi, Valeryn hanya memainkan ujung lengan hoodie yang kebesaran.

"Ada, dalam kamar gue. Bentar," ujar Xavier lalu berjalan menuju kamarnya.

Valeryn langsung saja duduk di sofa. Dia berbaring karena merasa lelah. Xavier datang dengan membawa hair dryer di tangannya.

"Nihh."

Valeryn langsung saja mengubah posisinya menjadi duduk, "makasih."

Dia berjalan menuju stop kontak yang berada di dekat televisi. Valeryn membuka ponselnya sejenak. Dia pun meletakkan ponselnya lalu mengeringkan rambutnya. Xavier hanya menatap Valeryn diam-diam. Entah apa yang ada di pikiran laki-laki itu.

Valeryn sudah merasa kesal karena dari tadi dia sulit untuk mengeringkan rambut bagian belakang. Dia melatakan hair dryernya di lantai lalu meniup poninya keatas.

"Biar gue bantu," ucap Xavier tiba-tiba.

Xavier berjalan mendekat ke arah Valeryn lalu mengambil hair dryer yang ada di depannya. Xavier memegang rambut Valeryn dan mengeringkannya. Jangan tanya kabar jantung Valeryn saat ini. Dia merasa bisa meninggal di tempat sekarang juga.

Tanpa Valeryn sadari, Xavier sudah mencabut hair dryernya dari stop kontak. Jantung Valeryn belum aman saat ini. Kecepatan jantungnya belum berdetak dengan normal.

"Lo kenapa? Mirip orang serangan jantung aja," kata Xavier.

Memang gue bisa serangan jantung oleh kakak, jawab Valeryn dalam hati.

Nada dering dari ponsel Valeryn berdering. Dengan cepat dia mengambil ponselnya dan melihat nama yang tertera di layarnya.

"Mampus gue, singa betina ngamuk," guman Valeryn.

"Kenapa ga diangkat?" tanya Xavier bingung.

"Ehh, ga kenapa-napa kok," jawab Valeryn panik.

Dia mengambil tas sekolahnya dan paper bag yang berisi seragamnya. Dengan cepat dia menuju pintu depan.

"Aku pulang dulu, kak. Nanti hoodie kakak ku pulangin kalau sudah di cuci," ucap Valeryn lalu membuka pintu. "Makasih untuk hari ini. Love you!"

Valeryn menutup pintu apartemen Xavier. Dia melihat ponselnya yang sudah berhenti berdering. Baru saja gadis itu masuk ke dalam lift, ponselnya kembali berdering. Dengan perasaan tenggang, Valeryn mengangkat telepon itu.

Sorry, My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang