☆Please to vote☆
Hope you like it***
Valeryn terbangun di tempat yang cukup familiar. Dia merasa pernah kesini sebelumnya. Saat berfikir, Valeryn merasakan kepalanya pusing total.
"Haish, efek kebanyakan minum jadi gini nih," ucap Valeryn kesal.
Dia turun dari kasur lalu berjalan menuju kamar mandi. Valeryn memuntahkan semua isi perutnya. Dia merasa mual. Tidak sampai disitu, kepalanya kembali pening. Valeryn kembali berbaring dan lengan kanannya menutup matanya.
"Ini, ini kan tempat Kak Xavier!" ucap Valeryn kaget lalu terduduk.
Tidak salah lagi, Valeryn mengingat dengan baik tempat ini. Kamar Xavier dengan wangi khasnya. Tiba-tiba Valeryn merasa bahagia. Xavier membawanya ke apartemennya. Valeryn berjalan keluar dan tidak mendapati siapa pun.
"Oh iya, hari ini kan sekolah!" teriak Valeryn panik.
Dia melihat jam yang ada di ponselnya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
Mampus, terpaksa hari ini gue bolos dulu, batin Valeryn.
Dia kembali duduk di sofa dan memejamkan matanya. Tidak sampai disitu, Valeryn menelusuri seluk beluk isi apartemen Xavier. Mulai dari dapur, kamar mandi, kamar tidur, ruang tamu, semuanya.
"Ga ada gitu simpen foto pas masih kecil. Kan gue penasaran," gumam Valeryn.
Valeryn menarik loker yang ada di baeah televisi. Dia melihat sepotong foto yang menarik perhatiannya. Valeryn melihat dengan lekat. Tempat yang menjadi latarnya tampak tidak asing.
"Ini bukannya di panti pas paman Arnold bawa gue kesini 6 tahun lalu? Kak Xavier, anak panti?"
Valeryn melihat semuanya. Anak-anak yang tersenyum bahagia. Teman-teman pantinya dulu. Valeryn mengingat dengan jelas. Disaat mereka bermain bersama, ada satu laki-laki yang hanya diam saja. Bocah yang dulu hanya menyendiri.
"Kebetulan sekali, ternyata bocah itu Kak Xavier."
Valeryn tersenyum sambil memandangi foto yang berada di tangannya. Dia mengingat memori masa lalunya, saat dia belum berangkat ke Amerika. Hujan turun dengan derasnya. Dia dan anak panti sibuk bermain hujan, ada 1 anak yang tidak ingin ikut bermain.
Valeryn dan teman-teman panti yang lain sibuk berlari-larian di bawah hujan. Valeryn tampak bergembira. Mereka berlarian kesana dan kemari.
"Valeryn! Hati-hati nanti jatuh!" ucap Arnold khawatir.
"Tenang saja paman, tidak akan," balas Valeryn yang masih berusia 10 tahun.
Valeryn mengambil gayung dan menadah air hujan. Hujan turun dengan derasnya, tetapi anak panti tidak takut sama sekali. Mereka malah menikmati momen ini. Valeryn menyiram satu persatu anak panti. Semuanya tampak berteriak bahagia.
Valeryn meneduh sejenak. Dia melihat ada sesosok anak laki-laki yang sedang duduk menyendiri. Tanpa takut, Valeryn mendekati anak itu. Valeryn tampak bahagia, hanya saja anak itu kebalikannya. Wajahnya tampak murung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, My Future
Fiksi Remaja[ON GOING] Valeryn berusaha semaksimal mungkin untuk menggapai Xavier, namun semuanya tidak semudah yang dibayangkan. Permainan takdir tidak semudah itu. Disaat Valeryn hampir mencapai puncaknya, takdir berkata lain. Akankah mereka bisa bersatu? Ata...