100 DAYS

1.1K 129 111
                                    

"Kadang yang merusak dirimu bukanlah keadaan, melainkan keinginan. Hingga berharap dapat menembus takdir Tuhan".

--

Tay mencari New kemana – mana namun lelaki cantik itu tak terlihat dimanapun. Ia merasa tubuhnya sakit dan lehernya kaku, "Apa semalam aku terjatuh?", tanyanya sendiri. Dia berusaha mengingat kejadian semalam, seingatnya tadi malam dalam keadaan mabuk dia masih bertemu New, namun ia tak ingat apa yang terjadi selanjutnya.

Sibuk dengan pikirannya kaki Tay tidak sengaja terantuk kaki bangku, "Awwwww!", dia mengaduh kesakitan merasa jempol kakinya seperti mau putus. Sejenak dia berpikir lalu berkata, "Selama ini aku tidak merasa sakit karna memiliki manik rubah di tubuhku. Lalu mengapa aku merasa sakit karna hal kecil begini? Apa manik rubah itu sudah tak ada ditubuhku? Jangan – jangan New pergi?!".

Tay berjalan ke rooftop dan berteriak memanggil nama New, bahkan Tay berteriak memerintahkan lelaki cantik itu kembali untuk sarapan daging tetapi New tidak datang, "Seberapa besar aku mencoba memanggilnya tapi dia tidak menjawab, bahkan dia tidak muncul ketika aku memintanya kembali. New benar – benar pergi, jadi dia pergi ..."

Tay menunduk, menutup wajahnya dengan tangannya terlihat sedih namun tiba – tiba dia tersenyum dan berteriak, "Dia pergiii! Akhirnya hari ini datang juga! AKU BEBASSSS!".

Tay berlari ke dalam rumah dan mengemasi barang – barangnya dengan tergesa. Ia berpikir untuk segera pergi dan menyembunyikan diri sebelum New kembali. Ketika sedang berkemas, di bawah bantal ia menemukan 9 kupon es krim gratis yang sudah dikumpulkan oleh New. "Huh! Dia pergi sebelum makan es krim gratis", ucapnya lirih sambil menatap kupon itu.

Ia menghela nafas berat lalu mengeratkan tasnya gambloknya dan berjalan pergi meninggalkan rumah atap. Tay berjalan dengan riang dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya,

Tenyata New masih berada di sekitar gedung latihan drama, ia merasa sedih melihat Tay yang tampak sangat bahagia karna kepergiannya. "Bye bye! Tee", ucapnya lirih dari balik pohon.

Tiba – tiba air turun dari langit membasahi Tay membuatnya mematung, ia mendongakkan wajahnya ke langit sambil bicara, "Mulai sekarang, rasanya benar – benar tidak nyaman melihat hujan di hari yang cerah".

--

Rumah Tay

"Aku pulanggg!", teriak Tay ketika sampai di rumah kakeknya.

"Akhirnya kau pulang", ucap kakek senang tapi ia mengedarkan pandangannya ke sekitar mencari seseorang.

"Kakek mencari siapa?".

"Dimana pacarmu?".

"Dia pergi", ucap Tay tak bersemangat.

"Pergi! Kemana? Kenapa kau tidak mencarinya? Jangan - jangan kau menelantarkannya!", tanya kakek tegas.

"Mengapa aku harus mencarinya? Dia pergi menginggalkanku atas keinginannya sendiri!", balas Tay meninggikan suara dan berlalu pergi ke kamarnya, tak mempedulikan kakek yang menatapnya heran.

"Sudahlah pho, jangan terlalu menekannya", ucap bibi Godji menenangkan.

Di kamar Tay merebahkan tubuhnya di kasur, "Kenapa kakek marah? Dia kan tidak tau apa yang terjadi!".

Tay menatap langit – langit kamarnya dan lanjut bicara, "Sekarang aku ada di kamarku, gumiho itu sudah benar – benar hilang. Tapi –".

"– kenapa aku merasa hampa dan tidak nyaman? Apa dia mengambil sesuatu di tubuhku selain maniknya?", tanpa sadar ia memegang dada sebelah kirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY GUMIHO I TAYNEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang