07

140 23 3
                                    

Halo gimana kabar kalian?
Semoga sehat-sehat terus ya, sebelum lanjut ke cerita author minta tolong dong rekomendasiin cerita ini ke temen-temen, atau keluarga kalian yang suka baca wattpad...

Author sedih banget cerita ini masih sepi dan pembacanya segitu aja🥺🥺

Udah segitu aja, happy reading 😉😉

.
.
.

Pagi-pagi sekali Azel sudah menampakkan diri di sekolah, sebenarnya ia sangat malas tapi terpaksa karena hari ini ia harus memberikan Jevan bekal buatan Abel jadi ia memutuskan untuk mengendap-endap menuju kelas laki-laki itu.

Ada satu hal yang Azel lupakan yaitu kelas Jevan yang merupakan kelas unggulan dimana penghuninya selalu datang pagi. Di jendela luar kelas, gadis berambut sebahu itu meringis karena beberapa teman kelas Jevan sudah duduk rapi di bangkunya. Tidak mungkin ia menerobos masuk dan meletakkan bekal di bangku Jevan begitu saja.

"Azel kan?"

"Eh?"

Azel berbalik saat merasakan tepukan halus di bahunya, gadis itu meneliti sosok laki-laki yang menyapanya barusan kemudian menggaruk pelipisnya canggung.

"Eh Rendi, haha" ujar Azel kaku.

"Ngapain ngintip? Nyari Jevan ya?" Tanya Rendi, nadanya biasa saja tapi kenapa di telinga Azel terdengar menggoda.

"Iya, tapi nggak jadi"

"Kenapa? tuh orangnya udah datang" Rendi menunjuk ke arah parkiran yang memang dekat dengan letak kelas Jevan.

Azel semakin gelagapan, ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengelak, mau kabur juga terlambat karena Rendi sudah meneriaki Jevan menyuruh laki-laki itu menghampiri mereka. Azel merutuk dalam hati, kenapa sih semua teman-teman Jevan sangat menyebalkan.

"Kenapa?" Jevan bertanya setelah berdiri di depan Azel dan Rendi, nada bicaranya tidak lagi ramah seperti hari-hari sebelumnya.

Azel melirik sekilas ke arah Jevan yang kini menatapnya datar, sepertinya Jevan marah kepadanya. Azel tersenyum kecut, ini memang kesalahannya telah berkata keterlaluan.

"Gue duluan ya, kalian ngobrol aja" Rendi tiba-tiba bersuara, tanpa menunggu persetujuan dari Azel dan Jevan, Rendi sudah berlalu terlebih dahulu meninggalkan mereka.

"Kalau nggak ada yang mau diomongin gue mau masuk ke kelas" suara berat Jevan mengalun setelah terdiam beberapa saat menyadarkan Azel dari lamunannya.

Gadis bersepatu kets putih itu meremas ujung roknya, masih ragu untuk mengutarakan tujuannya. "Ini, jangan lupa dimakan" ujar Azel seraya menyodorkan kotak bekal berukuran sedang ke arah Jevan. Laki-laki itu tidak langsung menerimanya, sepasang manik gelapnya menatap Azel begitu dalam membuat si gadis gugup seketika.

"Kita nggak seakrab yang lo bilang, jadi ngapain lo repot-repot ngasih bekal" suara datar Jevan menciptakan ringisan pelan dari bibir Azel. Jevan, laki-laki kalem itu ternyata bisa mengucapkan kalimat pedas yang langsung membuat Azel bungkam.

"Maaf" ujar Azel pelan. Perlahan sepasang mata bulat gadis itu mulai menatap lawan bicaranya, raut wajahnya menunjukkan kalau dirinya sungguh-sungguh.

"Gue minta maaf, seharusnya gue berterimakasih kemarin karena lo udah nolongin gue"

Helaan nafas terdengar dari mulut Jevan, tangan besarnya bergerak meraih kotak bekal yang tersodor di depannya. Walaupun ia masih kesal dengan Azel tapi entah kenapa setiap melihat wajah gadis itu mampu membuat nya luluh dalam sekejap.

ENIGMA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang