Haloo guys, sorry banget ya kalau aku up nya lelet trus alurnya kadang aneh, jujur waktu aku baca ulang cerita ini emang ngawur, belum layak di up. Tapi terpaksa aku lanjutin karena udah terlanjur aku publikasi, padahal niat awalnya aku mau tamatin dulu baru di up satu persatu.Btw, cerita ini lagi aku revisi disela-sela banyaknya tugas, nah dua part terakhir yang aku up baru-baru ini udah aku hapus. Saran aku sebelum baca part ini, lebih baik baca part sebelumnya dulu biar nyambung dan buat kalian nggak bingung.
Selamat membaca, jangan lupa vote dan komen😊😊
***
Seminggu dirawat di rumah sakit membuat Azel cukup bosan, tidak ada kegiatan lain selain berbaring dan makan jika sudah waktunya. Ia ingin kembali bersekolah, beraktivitas seperti biasa yaitu menjahili beberapa siswa/siswi sampai membuat emosi guru bk.
Ceklek...
Suara pintu ruang rawat Azel terbuka membuat si gadis yang tengah menatap luar jendela menoleh ke sumber suara. Dua sosok berbeda jenis kelamin masuk, Abel bersama Jevan yang tengah menenteng paperbag berwarna cokelat mendekat.
"Udah mendingan?" Suara Abel pertama kali terdengar.
"Udah dari dua hari yang lalu, gue mau pulang Bel" jawab Azel.
Bukannya mendapat jawaban yang diinginkan, Azel justru mendapat gelengan dari Abel. "Kamu belum pulih, kata dokter-"
"Gue udah, lo liat aja sendiri gue udah bisa jalan-jalan, mukul orang juga gue udah bisa" ujar Azel meyakinkan mengundang tawa kecil dari sosok tinggi yang belum juga mengeluarkan suara sejak tiba di ruangan ini.
Jevan bergerak mendekat, ia meletakkan paperbag yang entah berisi apa di atas meja dekat ranjang yang selama seminggu ini menjadi saksi kebosanan Azel.
"Nggak usah banyak gerak kalau mau cepet pulang" celetuk Jevan.
Yang diajak berbicara tak terlalu mendengerkan, ia fokus pada jalan raya yang tampak ramai di bawah sana karena memang sudah jamnya pulang sekolah. Azel tiba-tiba teringat satu hal, gadis itu berbalik kemudian menatap Abel "Mama kapan kesini?" Tanyanya.
Diam, Abel tidak tahu harus menjawab apa. Ia sudah berusaha membujuk mama mereka untuk sekedar mampir sebentar, tapi wanita paruh baya itu tetap pada pendiriannya yaitu tidak mau repot-repot untuk melihat keadaan Azel, toh kalau sudah sembuh juga akan pulang.
"Kamu udah makan?" Abel berusaha mengalihkan topik.
Gelengan pelan menjadi jawaban Azel. "Tunggu sebentar biar aku beliin di luar" ujar Abel cepat, tanpa melihat respon Azel gadis itu sudah melongos pergi meninggalkan kembarannya itu dengan Jevan.
Kini Azel tak lagi berdiri di depan jendela, ia memilih duduk di sofa yang tersedia di ruang rawatnya. "Nggak capek berdiri?"
Menyadari Azel baru saja bertanya padanya, Jevan langsung memfokuskan diri pada sosok gadis yang akhir-akhir ini menarik perhatiannya.
"Lumayan pegel"
"Duduk aja, salah sendiri berdiri terus"
Jevan tersenyum mendengar nada tak ramah Azel, yang ia ingat terakhir kali terlibat dengan gadis itu nada bicaranya normal-normal saja bahkan terkesan ramah.
"Lo ngapain kesini lagi?"
"Jengukin-"
"Lo udah kesini kemarin sama temen-temen lo, emang lo nggak bosen ke rumah sakit? Gue aja enek banget disini"
Jevan terkekeh pelan, ia baru tahu kalau Azel suka mengomel tidak jelas, juga ceplas-ceplos?
"Kenapa liatin gue? Suka lo sama gue?" Canda Azel, gadis itu tertawa pelan mendengar ucapannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA (REVISI)
Teen FictionFollow first 🙏🙏 ### Cover by pinterest... ~~~ Ini Tentang Azella Jovanka, gadis kembar yang tidak pernah diinginkan kehadirannya. Impiannya yang terkesan sederhana belum juga tercapai yaitu merasakan setidaknya sedikit dari banyaknya kasih sayang...