08

193 32 5
                                    


Part ini belum diedit, jadi mohon kerja samanya untuk tandai typo yang kalian temuin okk👌👌

Happy reading...!!
.
.
.

Ada banyak hal yang tidak harus dikorbankan meskipun untuk seseorang yang sangat dekat atau bisa disebut keluarga, salah satunya kebahagiaan.

Bahagia, kata yang terdengar simpel tapi sangat sulit untuk digapai bagi beberapa orang seperti Azel. Gadis malang yang selalu memimpikan secuil perhatian orangtuanya.

Hidup dengan orangtua lengkap tidak ada bedanya seperti seorang yatim piatu, tidak ada support dari orang-orang terdekat, tidak ada pelukan hangat ketika ia lelah, tidak ada bisikan menenangkan ketika ia mulai menyerah dengan kehidupan, hampa dan kosong dua kata itu menjelaskan keadaan gadis yang tengah melamun di cafe.

Tatapan kosongnya mengundang beberapa pasang mata dari pengunjung agar melihat ke arahnya. Gadis cantik namun hidupnya penuh dengan rasa keputusasaan.

"Azel, anterin pesanan ke meja no delapan"

Si gadis menoleh cepat kemudian tersenyum saat mendapati rekan kerjanya yang tengah berdiri di balik meja kasir.

Setelah menerima sebuah nampan berisi secangkir kopi hitam, Azel langsung melangkah ke arah meja yang disebutkan rekan kerjanya barusan.

Langkah Azel semakin melambat kala sepasang manik cokelat nya menangkap perawakan seseorang yang sangat di kenalnya. Tanpa sadar sepasang mata cantik itu mulai berkaca-kaca, juga tangan yang bergetar kala jaraknya semakin dekat dengan orang tersebut.

"Secangkir kopi hitam pesanan anda, si-silahkan dinikmati" ujar Azel terbata seraya menundukan kepala, tidak berani menatap ke arah sang pengunjung cafe.

"Rupanya kamu kerja disini"

Azel memejamkan matanya sejenak mendengar suara itu, datar dan penuh penekanan.

"Iya" balas Azel pelan seperti sebuah bisikan.

"Bagus, saya tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun lagi untuk kamu"

"Kalau tidak ada keperluan lagi, saya permisi" ujar Azel sopan.

"Saya belum selesai bicara"

Azel meremas ujung roknya, berusaha untuk mengendalikan dirinya, bagaimanapun juga Azel masih mengingat kalau dirinya sedang berada di cafe, jangan sampai tercipta keributan terlebih dirinya adalah salah satu pegawai yang harus menghormati dan bersikap sopan kepada pelanggan.

"Maaf, tapi masih banyak pekerjaan yang menunggu saya" ujar Azel kembali. Gadis itu berbalik hendak meninggalkan pengunjung tersebut, atau lebih tepatnya sang papa.

"Azella!! Sudah mulai berani melawan saya?!!"

Seperti ada magnet antara sepatu yang Azel kenakan dengan lantai, buktinya begitu ia mendengar suara papa, kakinya berhenti secara otomatis dan susah digerakkan.

"Selesai dari cafe, kemudian menjadi wanita sewaan laki-laki hidung belang, apa itu jenis pekerjaan yang kamu lakukan selama ini?" Sebuah pertanyaan tapi lebih terdengar seperti tuduhan mengalun cukup keras membuat beberapa pengunjung serta pegawai cafe lainnya menoleh ke arah Azel dan papa dengan pandangan yang berbeda-beda.

"Apa maksud papa?"

Papa tertawa mengejek ke arah Azel, ia berdiri kemudian mendekat ke arah gadis itu.

"Sudah berapa laki-laki yang menyewa kamu?"

Azel menatap sang papa tidak percaya, hatinya seolah diremas kuat oleh tuduhan yang papa lontarkan.

ENIGMA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang