1

3K 320 7
                                    

     "Ngapain kesini?"

"Mau jenguk elo, takutnya jadi gila abis ditinggal mati bokap." Jaemin berbaring menyamping, menatap Winter yang balik menatapnya dengan sinis.

"Not funny,"

"It wasn't a joke tho,-"

Ucapan Jaemin terpotong karena bunyi ketukan pada pintu kamar, "Winter.. Winter?"

Si pemilik nama menyaut, "Iya Ma?" Dia berjalan menuju pintu. Namun, sebelum membuka pintu, Winter memberi peringatan penuh untuk Jaemin. "Jangan kemana-mana."

Jaemin sendiri hanya bergumam, dan memejamkan matanya. Berniat mengistirahatkan matanya. Tapi, niatnya itu tidak terlaksanakan. Karena baru sebentar saja, mata Jaemin kembali terbuka.

"Kamu tau kan kalau Papa itu bunuh diri karena stress kerja?" Suara Mama Winter terdengar.

"...iya Ma."

"Winter... Papa itu kerja keras buat kamu. Buat kebahagiaan kamu.."

"Iya."

"Tapi sekarang Papa udah nggak ada. Sekarang cuma ada mama yang bisa bahagiaiin kamu,-"

"Iya Ma,"

"Tadi sebenernya.. Mama bicara sama pengacara Papa. Dia bilang, selama ini Papa nyimpen wasiat."

"Wasiat?"

"Iya, isinya semua harta Papa akan jatuh di tangan anak pertama,-"

"-Tapi Winter, menurut Mama kamu ini masih kecil. Belum bisa ngatur wasiat Papa."

"Terus, Mama mau Winter ngelakuin apa?"

"Sampai kamu cukup umur buat ngatur wasiatnya, gimana kalau kamu tanda tanganin dulu surat pengalihan ahli waris?"

"Apa?"

Jaemin terkekeh pelan. Jadi, ini inti dari permulaan di awal?

"M-maksud Mama bukan jahat Winter. Mama cuma takut kalau kamu bakal ngehamburin harta Papa tanpa tujuan yang jelas."

"Mama cuma mau bantu kamu.."

Lalu tidak terdengar balasan. Ah, sepertinya ini sudah waktunya Jaemin untuk membantu Winter. Oleh karena itu, Jaemin bangkit dari ranjang. Dan membuka pintu, membuat Winter dan ibunya terlonjak kaget.

"Eh? Halo tante," Sapa Jaemin sambil memasang ekspresi kaget.

"Loh Jaemin. Kok kamu bisa ada di kamar Winter?" Tanya Mama kaget. Sebenernya dari nada suaranya, Jaemin tau sih kalau orang didepannya ini takut obrolannya tadi terdengar.

"Jaemin tadi mau jenguk Winter."

"Oh, iya-iya. Kalau gitu Winter temenin Jaemin dulu aja ya.. obrolan tadi kita lanjut nanti." Mama tersenyum lalu memilih turun dari lantai dua, pergi dari hadapan mereka.

Winter ngeliatnya cuma bisa mendengus kesal, lalu dia kembali masuk kedalam kamar. Jaemin tentu saja ada dibelakangnya, mengikuti langkah Winter.

"Tutup pintunya." Perintah Winter. Jaemin nurut, sambil nahan tawa. Sebentar lagi.. Winter pasti meledak,-

"Haah, dia pikir gue bego apa?"

Kan?

"Mungkin?" Timpal Jaemin, sambil berjalan mendahului Winter untuk kembali rebahan di kasur.

"Bunuh diri katanya? Pa-Papa gak mungkin. Itu pasti kerjaan dia sama om lo," Winter natap Jaemin sinis. Iya, the truth is her mom and jaemin's uncle have an affair. Dan lucunya itu mereka masih nggak ngakuin satu sama lain di depan Winter, padahal udah dari jauh hari dia dan Jaemin memergoki mereka yang sedang asik bermesraan. Meninggalkan ayahnya sendiri, sibuk mengurus sumber pendapatan keluarga.

"Hm, sini." Bosan melihat Winter yang mengomel, Jaemin menepuk posisi kasur disebelahnya. Menyuruh Winter untuk tiduran disebelahnya. Dan Winter menurut, namun bedanya dia mengambil posisi menyamping memeluk pinggang Jaemin.

"Cuma elo, cuma lo satu-satunya yang ngertiin gue." Ucap Winter tiba-tiba. Jaemin tersenyum, lalu ikut berbaring menghadap Winter, membalas pelukannya.

"Hm,"

"Dari dulu sampai sekarang, you're all mine kan?" Tanya Winter. Rasa kesal dan marahnya tadi perlahan surut akibat pelukan Jaemin.

"Hm, tapi jangan lupa kalau.. lo juga all mine."

"All yours," Balas Winter lalu tertawa. Lucu. Mereka udah kenal lama, ah lebih tepatnya dari tingkat awal sekolah menengah pertama. Mereka juga sudah mengklaim hak milik satu sama lain, tapi status mereka hingga saat ini.. masih teman.

"Terus, kemarin ngapain sama Sungchan?" Tanya Jaemin. Pertanyaan yang selama ini dia pendam.

Winter membenamkan hidungnya pada leher Jaemin, menciumi bau favoritnya. "Mungkin penasaran?"

"Penasaran berbulan-bulan?" Tanya Jaemin sembari mendesis, menahan geli pada bagian lehernya.

"Jaemin, don't act like an innocent. Lo juga sering kaya gitu."

Jaemin tertawa pelan. "Revenge?"

"Anjing!" Umpat Jaemin yang kaget. Karena, bukannya menjawab, Winter malah mengigit keras lehernya. Pasti meninggalkan bekas. "Lo ngapain hah?"

Kini giliran Winter yang tertawa, "Maybe.. revenge?"

Ah, dari dulu hingga sekarang Winter memang tidak pernah gagal menjadi perempuan yang Jaemin suka.

× match made in heaven ×

"We all pretend to be the heroes on the good side. But What if we're the villains on the other side?"

(Stella Jang - Villain)

note :

dark romance - yandere stuff - crazy couple.

3 hal yang pengen aku coba tulis hahahahahahahahha. cuma MMIH ini macem light version-nya maybe? belum berani nulis yang berat-berat :(

match made in heaven; jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang