3

2.1K 297 11
                                    

     Bukan gudang, bukan kamar mandi belakang sekolah, tapi Jaemin  membawa Winter masuk ke dalam toilet laki-laki.

Jika perempuan normal, pasti akan berteriak, berusaha melepaskan tarikan Jaemin. Tapi, seperti yang diketahui, kewarasan Winter patut dipertanyakan. Karena sepanjang perjalanan hingga sekarang mereka berada dalam bilik yang sama, Winter hanya diam.

Saat ini toilet dalam keadaan sepi, tidak ada satu orang pun. Sebuah fakta yang cukup Jaemin syukuri. Ya, kalaupun ada orang pun akan Jaemin usir sih.

"Kenapa?" Tanya Winter. Matanya fokus menatap Jaemin.

Jaemin mendekat, mendorong Winter hingga dinding bilik. Sebelah tangannya ia tumpukan di sebelah kepala Winter. "Ngapain berdua sama Sungchan?"

Baru saja Winter mau menjawab, terdengar pintu kamar mandi terbuka, diiringi suara tawa. Jaemin meletakan Jari telunjuknya di depan bibir Winter. Membentuk isyarat untuk diam.

Winter tersenyum senang. "Tadi gue ketemu dia di depan kelas," Bisiknya, menghiraukan peringatan Jaemin untuk tetap diam.

"Diem." Jawab Jaemin. Bisa gawat jika mereka tertangkap berada di dalam satu bilik yang sama. Sebenarnya Jaemin sih tidak masalah, karena dia sudah lulus. Tetapi, Jaemin tidak ingin Winter terkena masalah.

"Eh, lo seriusan dah mau deketin Winter?"

Suara dari luar toilet membuat perhatian Jaemin teralihkan. Dia menatap pintu toilet, dan menyiapkan telinga untuk menguping pembicaraan siapapun yang ada diluar sana.

"Iya, dia udah putus dari si Sungchan kan?" Balas lelaki lainnya.

"Baru putus coy! Yakin gue dia masih galau sama mantannya."

Laki-laki itu tertawa, "Biarin lah, siapa tau gue deketin dia langsung lupa sama mantannya. Lagian, gue udah lama naksir dia. Keduluan Sungchan aja,"

Rahang Jaemin mengeras, dan Winter yang memperhatikan sontak saja menutup mulutnya sambil membuat suara, "o-ow."

"Anjir! Itu suara siapa?" Terdengar suara panik dari luar bilik. Winter tadi memang tidak berbisik, otomatis suaranya akan terdengar hingga luar.

"Hah, apaan?" Tidak terdengar jawaban.

"HADEH KALO MAU MOJOK DI GUDANG DONG MASA DI TOILET." Teriak lelaki diluar. Sepertinya sih mereka melihat jumlah kaki, lewat bawah bilik yang memang bolong. Tak lama, terdengar suara pintu tertutup keras.

"Seneng ya? Terkenal disekolah?" Tanya Jaemin, raut mukanya masih sama, datar tanpa senyum sama sekali.

"Hm, lumayan?" Winter mengangkat tangannya, ingin mengelus pipi Jaemin.

Jaemin tidak menghindar ataupun menghalau Winter. Dia membebaskan tangan Winter menyentuh pipinya. "Lo nggak boleh deket sama yang lain. Udah cukup Sungchan aja,"

"Terus? Lo boleh deket sama Shuhua?" Sarkas Winter. Jaemin terdiam.

"Nggak usah kegatelan," Elusan Winter berubah menjadi tepukan di pipi Jaemin.

Jaemin mengangguk sambil tersenyum miring. Dia harus menurut, dan Winter secara otomatis pun akan menurut dengannya.

"Nanti malem, ada dinner. Mau ikut?" Tanya Jaemin.

Winter mengernyitkan dahi, "Tumben, ngajak?"

"Your mother will join too."

"Oh? Mama nggak ngasih info."

"Mau dateng?" Tanya Jaemin.

Winter mengangguk, tentu saja dia harus ikut. Sehingga nanti Mama tidak akan bisa bertindak seenaknya di depan keluarga Jaemin.

×××

    "Winter!" Panggil Jaehyuk, teman sekelasnya.

Winter menoleh. Dan terlihat Jaehyuk sudah siap pulang dengan motor sport kebanggaannya. Berbeda dengan Winter yang baru berniat memesan ojek online.

"Kenapa?"

"Dijemput?"

"Iya, dijemput ojek." Winter mengangkat ponsel, memperlihatkan tampilan ojek online yang belum dipesannya.

"Belum pesen?" Winter menggeleng sebagai jawaban.

"Bareng aja deh, yuk?" Lanjut Jaehyuk.

"Nggak deh, gue ini mau order." Tolak Winter.

"Duh, udah deh bareng gue aja. Sejalan juga, hemat ongkos Winter." Kata Jaehyuk. Dulu, Jaehyuk memang pernah mengantar Winter pulang. Sehingga ia tahu bahwa rumahnya sejalan.

"Ngerepotin nggak?" Tanya Winter memastikan.

"Gaaak, udah buruan naik deh." Winter mengangguk. Jaehyuk ini adalah salah satu cowok, teman sekelas yang dekat dengannya, mereka berulang kali bertemu dalam kelompok pelajaran yang sama. Sehingga yaa, Winter tidak terlalu merasa risih.

"Pegangan dong!" Protes Jaehyuk. Winter memegang tas Jaehyuk. Dan mereka pun mulai berangkat pulang.

Tanpa sadar bahwa ada Jaemin yang melihat mereka.

"Aduh kasian banget yang daritadi nunggu bebeb pulang, eh bebebnya malah pulang sama yang lain." Celutuk Haechan membuat semua anak yang sedang nongkrong disana tertawa.

"Dah, ngopi dulu aja Min, ngopi." Jeno mengangkat gelas plastik berisikan kopi hitam pesanan Jaemin tadi.

Jaemin berdecak, lalu tertawa pelan. Tadi Winter menyuruhnya untuk tidak kegatelan, dan Jaemin menurutinya. Tapi..

Ah, sepertinya Jaemin harus membelikan Winter cermin.

Dan, jika diteliti. Sepertinya cowok yang mengantar Winter pulang itu sama dengan yang berbicara di toilet. Jaemin tersenyum sinis.

"Anjing ngeri cuy senyum lo." Renjun melempar tissue bekas tangannya kemuka Jaemin.

"Diem dulu deh, gue lagi gak mood."

"MASYAALLAH UDAH KAYA CEWE AJA LU." Teriak Haechan histeris.

×××

Chenle : Teman-teman minta doanya semua ya. Sore ini sahabat kita, Jaehyuk kecelakaan, tabrak lari. Dan sekarang udah masuk UGD, lagi operasi. Kalau ada yang mau bantu nyumbang boleh tf ke rekening gue. Kalo mau jenguk dsb nanti ya dibicarain lagi kalau kondisi Jaehyuk udah membaik.

× match made in heaven ×

× match made in heaven ×

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
match made in heaven; jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang