9

1.6K 239 10
                                    

     "BERCANDA!" Lanjut Jaemin kemudian.

"Gak lucu!" Jawab Winter yang diem-diem itu lega. Gila aja kalau Karina ikut vacation mereka. Niat refreshing, tapi beban stress Winter pasti malah makin nambah.

Jaemin hanya menanggapi kekesalan Winter dengan tertawa. "Weekend ya? Nanti gue jemput."

"Oke."

"Ngide dikit kek nanti mau kemana."

Winter menghembuskan nafas, "Terserah lo, gue siap badan aja."

"Apa? Siap badan? Emangnya kita mau ngapain?"

Merasa jika Jaemin tidak menangkap arti dari kalimat sesungguhnya, Winter spontan berteriak. "LO PIKIR APAAN!"

"HAHAHAHAHA."

"Diem lo! Pokoknya terserah mau kemana aja, gue cuma ngikut." Setelahnya Winter langsung mematikan sambungan telepon mereka. Tubuhnya berubah posisi menjadi menghadap samping, melihat kearah jendela.

Winter mulai tertawa kecil, bisa-bisanya Jaemin berpikir seperti itu.

Tapi.. kali ini mereka akan liburan hanya berdua. Bagaimana jika hal itu benar terjadi? Memikirkannya saja sudah membuat Winter tertawa lebih keras.

Bohong memang kalau dibilang hubungan Jaemin dan Winter ini terjalan tanpa adanya sexual touch. Udah pernah dibilang juga kan? Kalau mereka pernah saling melihat tubuh masing-masing. Cuma ya.. untuk bagian main course sih belum berani mereka. Terakhir kali bablas ngelakuin itupun didasari oleh emosi Jaemin yang nggak setuju kalau Winter dan Sungchan menjalani hubungan.

Jadi ya weekend ini pasti nggak akan ada hal aneh-aneh. Tujuan mereka itu cuma berlibur melepas penat. Tidak lebih dan tidak kurang juga.

×××

"Mau kemana kamu?" Mama Winter yang duduk di meja makan menyapa.

Winter yang pagi ini udah siap untuk pergi berlibur pun hanya melirik Mama sekilas. Terlihat diatas meja penuh dengan botol-botol alkohol, yang membuat Winter sendiri pun kaget dengan keberadaannya. Bukan cuma satu, tapi ada banyak sekali. Kalau tau ada alkohol sebanyak itu di rumah, harusnya Winter mencuri satu untuk cadangan di kamar.

"Liburan." Jawab Winter singkat. Ya walaupun dendamnya sudah menumpuk. Still, Winter tidak berniat berbohong tentang kepergiannya hari ini.

Mama tertawa sinis, "Mama lagi kacau gini, bisa-bisanya kamu liburan?"

"Itukan bukan urusan Winter? Mama yang buat masalah, kenapa harus aku yang repot." Winter mengangkat bahu tidak peduli. Toh memang benar kok hanya nama Mama yang dimuat dalam artikel, Winter sendiri tidak pernah diungkit, namanya bersih. Jadi kenapa dia harus ikut pusing?

"Kamu.. anak Mama Winter,-" Kalimat Mama terhenti. Raut wajahnya yang tadi suram kini berubah, mata Mama menatap Winter penuh binar-binar harapan.

"Winter, kamu bisa bantu Mama."

"Apa?"

Mama berdiri dari posisinya, dia menghampiri Winter lalu memegang kedua tangannya penuh harapan. "Kamu bisa ngomong ke media Winter! Bilang kalau Mama dan Minho itu nggak seperti yang mereka duga. Bilang kalau Mama dan Minho baru kenal setelah Papa meninggal."

Winter diam menatap raut muka Mama di depannya. Ekspresi bahagianya, binar harapan yang muncul dimatanya, terasa sangat menjijikan. Winter berpikir, bagaimana bisa ada orang yang tidak tau malu seperti ini?

match made in heaven; jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang