Memusatkan seluruh perhatian kepada Jeffrey, Lena pelan-pelan memalingkan wajah, melihat kondisi tubuhnya. Gadis itu terlihat berusaha bergerak sejengkal, hendak berdiri dari posisi duduknya. "Tidak, terima kasih. Kau tidak perlu repot-repot melakukan itu, aku bisa melakukannya sendiri." Lena langsung beranjak dengan wajah yang diusahakan agar tenang, dua telapak tangannya bergerak gesit untuk membersihkan helai rumput-rumput yang menempel lekat pada gaun berlengan panjangnya. Kemudian Lena menggerakan satu kaki, mengeluarkan ringisan kecil, ternyata lumayan sakit lantaran kondisi terkilirnya. Sial, jika seperti ini, dia tidak bisa berlatih besok hari lagi. Kala hal itu berlangsung, Lena juga mendapatkan Jeffrey yang masih bersedia untuk membantunya.
"Kamu takkan bisa berjalan, kakimu terkilir." Mengulur tangan, Jeffrey setia menunggu jawaban Lena sambil berdiri di sana. Lena mengernyit tipis, menggeleng sebagai jawaban. "Tidak perlu, ini terlalu parah juga. Aku masih bisa berjalan tanpa bantuanmu." Pada akhirnya, Lena mulai berlangkah melewati pria itu dalam kondisi satu kaki yang menyeret sepanjang jalan. Beberapa kali juga, Jeffrey hendak memberi bantuan agar manusia itu dapat bergerak tanpa kesakitan, tapi berkali-kali ditolak keras. Entahlah, mungkin Lena masih tampaknya murka atas perkataannya silam. Jeffrey terpaksa terdiam saja, memandangi punggung kecil yang kian menjauh darinya.
Sampai di istana, dua makhluk itu memutuskan untuk bersinggah di kamar sang Vampir. Lena duduk di tepi kasur Jeffrey, sekilas menunduk, melihat kaki kiri yang terkilir—ternyata tidak terlalu parah seperti yang dia kira karena masih bisa berjalan dengan baik. Lena ingat bahwa dia membawa banyak sekali persiapan dari rumah, termasuk perban yang ada di dalam tasnya. Tubuh ringkih gadis itu perlahan beranjak, namun sebuah tangan menahan satu bahunya. Lena kembali terduduk di tepi ranjang besar ini, mengerutkan dahi tatkala melihat Jeffrey yang telah melakukannya.
"Mau ke mana? Kakimu masih terkilir." Sekilas, kedua netra berwarna hitam pekat Jeffrey tertuju ke kaki Lena yang bergantung di samping tempat tidurnya. Garis rahang tajamnya mengeras, membuat Lena yang melihat itu bergidik ngeri. Apalagi tatapan dingin itu kembali lagi, dan menatap Lena secara terang-terangan. Apa pria itu sedang memiliki suasana hati yang buruk? Ternyata juga menyeramkan. Lena menunduk, berusaha menenangkan diri lalu berdeham rendah. "Aku ingin ambil tasku yang ada di kamar itu," jawab Lena sembari diam-diam melirik wajah Jeffrey yang kini terpusat lurus kepadanya. "Tasnya yang berwarna merah muda. Di dalamnya, ada perban untuk kakiku." Lena menunduk pelan lagi.
Bukannya menjawab, Lena melihat Jeffrey yang langsung melesat meninggalkan kamar ini tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Pintu kayu mendobrak kencang, membuat Lena melompat sedikit dari kasur. Lena beralih kembali melihat ke perapian yang kobaran api merah panasnya bernyala-nyala terang di dekat ranjang, sehingga lantai dingin ini pelan-pelan juga dirambati oleh kehangatan. Kedua kaki Lena perlahan berayun-ayun di tepi ranjang, dua lengannya bertumpu juga di sepanjang tepi ranjang.
Benak perempuan itu berkelana ke ekspresi dari Jeffrey beberapa saat yang lalu. Lena sedikit memiringkan kepala tak pasti, apa Jeffrey marah kepadanya karena sudah berkali-kali menolak bantuan tadi? Lena tidak tahu, akan tetapi jantungnya jadi berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGACY OF HADES
FantasySebagian dari dewa dan dewi dalam Mitologi Yunani memiliki keturunan-keturunan yang berdarah setengah manusia dan setengah dewa. Beberapa dari anak yang terlahir sebagai "demigod" itu membangun suatu kerajaan pada satu pulau besar tersembunyi yang d...