"Jadi, kalian ini itu Vampir yang benar-benar meminum darah binatang sebagai gantinya darah manusia?" Sekali lagi, pertanyaan itu terlontar dari bibir Arina, mungkin sudah kesekian kalinya para Vampir-Vampir di mansion ini ditanyakan seperti demikian. Hal itulah yang membuat kepala Theo terasa kian sesak, seolah-olah ada rasa nyeri dan pusing—perasaan yang dia pernah rasakan saat menjadi manusia ketika ada beban pikiran namun kali ini terjadi lagi tatkala ditanya lagi oleh perempuan manusia itu. Pilihan membawa Arina ke sini jelas sekali sangat salah. "Tidak, ya! Jangan menanya hal itu lagi kepadaku!"
"Ya, habisnya, aku masih belum percaya sepenuhnya kepadamu. Wajar jika aku mencoba memastikannya berkali-kali." Tungkai bergerak di atas lantai berpanel kayu, menghasilnya bunyi berkeriut-keriut di udara ketika wanita itu tak henti berbolak-balik ke sana dan kemari sementara sang anak kecil sedang dipangku oleh Vampir yang mengaku sudah berkeluarga dan memiliki anak dan cucu-cucu di rumah. Kerlap-kerlip lilin-lilin kandelir berkilauan jauh di atas atap tinggi sana, menerangi mansion ini, memberi kesan kuat jika kita sedang berada di suatu perabadan yang berbeda meskipun sebenarnya tidak benar. Udara mansion dipekati oleh bau seperti kayu mahoni, barang-barang antik berumur tua, aroma debu tebal yang khas, juga yang paling tercium kentara adalah bau anyir darah amis yang menggeluti tempat ini.
"Aku sudah capek mendengarnya berulang kali. Terserahmu saja, lah." Theo berujar pasrah, memalingkan wajah ke samping, beralih memijat kening sebagai penyaluran rasa frustasinya. Namun si wanita manusia itu masih berjalan-jalan mengelilingi lantai paling pertama mansion. Dia menghampiri ke dekat salah satu sisi dinding yang diggantungi oleh pajangan kepala rusa. "Kalau lihat dari sini, kalian sepertinya menjadikan rusa sebagai makanan pengganti. Selain itu, binatang apa saja yang kalian ambil darahnya? Singa?"
Menanggapi pertanyaan Arina, Theo melunturkan segala eskpresi kejengkelan yang terpasang di wajah. Bibirnya berkedut-kedut, berupaya menahan tawa namun gagal seketika. Gelak tawa Vampir itu menggelegarkan seisi ruangan, membuyarkan setiap makhluk di sana, baik manusia atau para Vampir, mungkin juga para makhluk-makhluk tak kasat mata yang bergentayangan menempati mansion penuh kesuraman itu—dan dipastikan akan ikut merasa merinding ketika mendengar tawa itu. "Dasar bodoh. Singa mana bisa ditemukan di sini! Kalau kasih pertanyaan coba yang lebih masuk akal. Kau ini bagaimana, sih?"
"Hei, Vampir. Aku hanya bertanya saja, loh? Ya, siapa tahu saja, kalian memang juga meminum darah singa! Letak salahku juga di mana?" bela perempuan itu. Kendati begitu, Theo tetap menggeleng-geleng, masih tertawa sampai puas. "Rusa dan serigala. Kami meminum darah dari antara dua binatang itu, dan selain dari itu, kami tidak minat untuk menyicipinya sekalipun—kecuali darah manusia, jika kami sudah terasa kelaparan setengah mati."
Bibir perempuan itu merekah, membentuk senyuman sarkas. "Sudah kuduga. Ujung-ujungnya, kau juga berkata yang sejujurnya kepadaku setelah berulang-ulang kali berbohong."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGACY OF HADES
FantasySebagian dari dewa dan dewi dalam Mitologi Yunani memiliki keturunan-keturunan yang berdarah setengah manusia dan setengah dewa. Beberapa dari anak yang terlahir sebagai "demigod" itu membangun suatu kerajaan pada satu pulau besar tersembunyi yang d...