T h r e e

51 4 0
                                    

Tiga: Lettha

Aku mengedipkan mata. Mereka semua hilang tanpa jejak. Kecuali... anak kecil di kakiku ini. Aku berusaha untuk tidak berkedip, agar aku bisa bicara tenang dengan anak kecil ini.

"Kak... terimakasih sudah melindungiku..."

Tolong jangan berkedip.

"Kak... kenapa mata kakak merah?"

JANGAN BERKEDIP

"Kak..."

Aku akhirnya berkedip juga. Tapi tidak ada yang terjadi.

"Sekarang tidak merah lagi.." aku tersenyum, "kenapa kamu bisa melihat arwah tadi?"
"Kakak tidak tahu jika aku ini hantu?"

Yang benar saja, bagaimana aku bisa lupa?

"Siapa namamu?"

"Lettha."

Lettha POV

Kak Mitha melepaskan pisau pisau yang tertancap di mata dan paru paru. Syukurlah, sekarang aku merasa lega. Sedari tadi aku berusaha melawan sakit.

"Lettha, kenapa kamu ingin aku menjagaku?"

"Itu takdir kakak..."

"Huh?"

"Karena bayi di gedung tua itu adalah aku"

Kak Mitha sepertinya mulai ketakutan.

"Kakak tahu, bahwa sebenarnya wanita yang menggendongku adalah Kakak pada saat Kakak dewasa. Kakak dapat bermimpi, kakak menggendongku bukan? Dan itulah yang akan terjadi di masa depan. Tetapi bukan di gedung lama. Melainkan... rumah ini."

Kak Mitha mulai merasa ngeri?

"Aku tahu masa depan kakak. Dulu, kakak pernah diperkosa oleh pacar kakak sendiri. Kakak yang meronta ronta sudah tidak dipedulikannya. Dia asyik dengan kegiatannya. Setelah itu Kakak ditinggalkan begitu saja. Lalu sembilan bulan kemudian Kakak melahirkanku. Duabelas hari setelah kakak melahirkanku, Kakak menggendongku di rumah sambil menyanyikan lagu Nina Bobo seperti apa yang kakak lihat di gedung tua. Kakak memberiku nama Lettha. Sebentar lagi di kawasan gedung tua akan dibangun rumah sakit. Lihat saja. Disitu kakak melahirkanku. Dan saat Kakak sedang asyik menyanyikan lagu untukku, tak sadar bahwa pacar kakak yang memperkosa kakak itu menusuk kakak tepat di punggung. Itu adalah malam terburuk bagi kakak."

"Teruskan."

"Kakak sudah tahu aku mengalami kelainan yaitu tidak memiliki kelopak mata alias buta. Jadi, kejadian itu yang kakak lihat di gedung tua."

"Apa benar apa yang kau katakan?"

"Aku tak pernah memiliki reputasi sebagai pembohong."

"Lalu siapa yang merawatmu sampai kamu bisa seperti ini?"

"Panti aduhan. Saat umurku segini, aku dibunuh oleh pacar kakak yang memperkosaku itu dengan cara menusuk mataku dan menusuk paru paruku. Aku tidak tahu apa alasannya namun yang jelas setelah itu aku bertemu kakak. Sebagai hantu. Dan aku terkejut melihat kakak yang masih kecil."

"Kau bisa mengubah masa depanku bukan?"

"Tentu saja tidak. Aku hanya anak kecil."

"Please, anakku*"

"Aku tidak bisa."

Mitha POV

Lettha sudah pergi setelah aku keluar kamar. Sekarang sudah malam. Aku tidak tahu bahwa hari ini bisa sepanjang ini.

Aku sebenarnya tidak sepenuhnya percaya dengan kata kata Lettha.

Kami (Ayah, Mama dan Aku) sedang berkumpul di ruang tamu. Kami sedang mengobrol dan sekarang entah kenapa aku selalu membawa pisau lipat ke mana mana.

Aku berkedip. Muka Ayah dan Mama berubah menjadi tengkorak. Darah keluar dan mereka membawa pisau lipat untuk membunuhku!

Aku kaget dan tidak tahu kenapa aku mengambil pisau lipat dan langsung menusukkan ke paru paru mereka.

Mereka mati dan aku tertawa sesaat sebelum aku berkedip.

Itu Ayah dan Mama. Bukan tengkorak yang tadi aku lihat.

Aku merasa sedih.

Kini aku sudah berubah menjadi psycho...

1 bulan kemudian

Kini aku dirawat di panti asuhan. Sekarang aku masih saja sering melihat makhluk halus. Dan makin hari aku makin sering mengobrol dengan Lettha. Dia hadir dan mengubah hidupku. Aku lumayan membencinya, tapi dia sudah aku maafkan. Ini juga panti asuhan Lettha nantinya.

Aku sekarang akan sekolah di gedung baru. Aku lumayan penasaran seperti apa gedung baru itu.

Bagaimana dengan pembunuhan itu?

Aku tidak ketahuan sebagai pembunuhya. Melainkan aku justru diperlakukan baik oleh mereka. Aku disuruh pindah saja ke panti asuhan karena aku tak punya keluarga selain mereka. Aku sudah menghapus sidik jariku sebelum para polisi datang. Bahkan aku sempat berbohong. Aku berkata bahwa setelah aku keluar kamar aku melihat orangtuaku tidak berdaya. Aku bahkan sampai berpura pura -atau mungkin benar benar menangis- di hadapan para polisi. Sungguh aneh sifatku sekarang,

Mitha yang lama sudah tidak ada lagi
Yang ada hanyalah Mitha baru. Mitha yang seorang psikopat

A/N

Hai!

Idenya lagi mulus so aku apdet dua kali.

Gimana? Kasian Mithanya

bye

A Terrible NightWhere stories live. Discover now