“Kita ke hotel saja.”
“Tuan memerintahkan kita pulang ke rumah.”
“Hotel.”
“Rumah akan menjadi tujuan kita saat ini.”
“Kau!”
Seirian bisa apa selain pasrah. Ia tahu selalu kalah jika Alcott sudah membawa-bawa ayahnya dalam pembicaraan mereka. Di Berlin, Seirian merasa sangat tercekik daripada berada di negara lain. Makanya ia sangat suka berada di negara lain daripada di negara kelahirannya ini.
Saat gerbang mansion terbuka lebar menyambut kedatangan Seirian dan dua mobil lainnya, gadis itu mengembuskan napas kasar. Mobil berhenti di depan pintu utama. Seirian turun tanpa kata dan Alcott ikut turun tanpa memarkirkan mobilnya ke garasi. Akan ada pengawal lain yang melakukan itu untuknya.
“Menjijikan!” Teriakan Seirian diiringi lemparan sepatu hak tinggi yang dikenakannya pada ayahnya dan pelayan murahan yang entah dari mana memiliki keberanian untuk mengotori rumahnya.
Tiba di hadapan pelayan itu, yang bahkan berani menatap matanya menantang. Seirian menyeringai, tanpa perasaan ia berkata, “Kau dipecat!”
“Anda tidak bisa memecatku, Nona.”
Dengan bersedekap tangan di dada, Seirian menatap datar si pelayan. “Oh ya, kenapa?”
“Tuan Osbert tidak akan membiarkannya.”
Seirian menatap tajam ayahnya yang hanya memasang wajah datar. “Urus jalangmu sekarang!”
“Aku bukan jalang!” Pelayan itu, yang bahkan tidak Seirian ingat siapa namanya berteriak tidak terima.
“Kau, pergilah.” Osbert angkat bicara.
“Tuan ... ” Ia mengeluarkan permohonan dengan menyelipkan nada menggoda.
“Pergi.”
Pelayan itu pergi ke dapur, tapi seruan pria yang baru saja bercumbu dengannya membuatnya urung. “Seret dia keluar!”
Alcott yang sedari berdiri dengan jarak tiga meter di belakang Seirian dan juga menjadi penonton dengan sigap menyeret wanita itu keluar. “Lepaskan aku! Aku tidak menerima pemecatan sepihak ini! Setidaknya biarkan aku pergi saat matahari sudah terbit! Ini bahkan baru jam dua dini hari! Berengsek kau!”
Seirian maju mendekati ayahnya hingga mereka hanya berjarak satu langkah. Gadis itu mendongak pada Osbert yang tidak memiliki niatan menunduk menatapnya. Tatapan pria itu jelas tidak terpengaruh dengan kemarahannya yang menguar kuat.
“Jangan melakukan hal menjijikkan seperti tadi di rumah ini seperti kau melakukannya dengan Airell. Apa kau begitu kehilangan wanita itu sehingga harus melakukannya di sofa seperti kau melakukan hal itu dengannya? Kau mencoba mengenang wanita itu?”
Osbert hanya diam.
“Lakukan di luar! Aku tak peduli. Jangan lagi mengotori rumah ini dengan jalang-jalang lain. Sudah cukup dua puluh empat tahun aku hidup menyaksikan hal menjijikkan di tempat ini.” Seirian pergi ke kamarnya.
Osbert mengusap keningnya yang terkena lemparan hak tinggi putrinya begitu gadis cantiknya pergi. “Sial. Aku pikir Eira tidak datang secepat ini.”
Osbert merogoh kantong celana santainya. Ia menelepon seseorang. “Siapkan mobil.” Pria itu akan melakukan seperti apa yang putrinya katakan. Ia akan melakukannya di luar rumah ini.
Ditutupnya pintu kamar dengan dibanting. Seirian duduk di sisi kiri tepi tempat tidurnya. Matanya menangkap bayangan dirinya sendiri di cermin besar yang juga berfungsi sebagai lemari. Wajahnya terlihat jelas jika ia sedang emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inflammable With The Mafia
RomanceWARNING⚠️ 21+ (umpatan, kata-kata kasar, adegan ciuman dan seksual, pembunuhan, sadis, dan adegan dewasa lainnya.) - Adult Romance, Billionaire x Mafia - 🥀🗝️🌹 "Kau akan menikah." "Kenapa aku harus melakukanny...