Chapter 2

1.7K 29 0
                                    

Duduk di kursi meja makan minimalis yang berhadapan langsung dan berjarak dua meter dengan kitchen island, Seirian asyik memainkan game di ponselnya. Ia tidak memperdulikan beberapa pelayan yang sedang menyiapkan makan pagi. Alcott belum turun dari kamarnya, ia tahu jika pria itu masih bergelung di bawah selimut.

Makanan tersaji, Seirian tidak ada niatan untuk memanggil Alcott turun. Ia makan dengan lahap, para pelayan menyingkir dari area sana. Selesai makan, Seirian kembali memainkan ponsel. Tiba-tiba panggilan masuk dari Osbert, ayahnya.

Tangannya otomatis memencet tombol merah membuat panggilannya berakhir. Kembali, panggilan masuk membuat Seirian langsung menolak. Seirian menatap ponselnya, menunggu dering telepon ketiga. Namun, satu menit menunggu tidak ada usaha lagi dari ayahnya.

Seirian kembali memainkan ponsel, membuka game remi yang sedang menjadi candunya. Ia mendongak mendengar suara orang menuruni tangga dengan tergesa. Alcott menyodorkan ponselnya yang langsung ditepis oleh gadis itu.

"Tuan Osbert."

"Aku tau, Cott."

"Terima, Nona."

"Tidak, aku sibuk."

Alcott mendekatkan ponsel ke telinganya. "Nona Eiri mendengarkan, Tuan." Setelahnya, ia dekatkan ponselnya ke telinga gadis itu.

Seirian mendengar apa yang ayahnya katakan. “Aku tidak mau pulang! Baru kemarin aku pulang. Aku tidak mau mendengarmu. Ya, aku memang pembangkang.?” balasnya lalu menjauhkan ponsel Cott.

Sayangnya Alcott keras kepala. Pria itu kembali mendekatkan ponselnya membuat Seirian membanting ponsel yang sedang ia mainkan dan berteriak, “Jangan menggangguku!”

Alcott menjauhkan ponselnya lalu menggeram, tentunya membuat Seirian langsung berdecak. “Jangan kekanakan dan dengarkan Tuan Osbert, Nona.”

“Ya, ya, aku akan mendengarkan. Dasar cerewet! Loudspeaker saja!” Seirian kembali memainkan remi.

Alcott melakukan seperti yang Seirian katakan.

“Kau sudah kembali mendengarku?”

Seirian menatap Alcott dengan aura permusuhan. “Ya.”

“Aku ulang kembali perintahku.”

“Hm.”

“Besok kau pulang kembali ke Berlin.”

“Kau sudah mengatakannya tadi dan aku tidak mau.”

“Kau harus melakukannya mau tak mau, Eiri.” Nada tegas Osbert tak terelakan. Pria itu sepertinya benar-benar akan menyeret Seirian agar mengikuti perintahnya.

“Aku sedang liburan untuk memperbaiki suasana hati karena kematian ibuku. Bisakah ayah tidak menggangguku saat ini?” Seirian membawa-bawa Airell yang tentunya memantik decihan pria itu. Mereka semua tahu jika ayah dan anak itu sama-sama membenci wanita yang baru saja dijemput oleh kematian.

“Kau pulang.”

Seirian tahu dirinya kalah sehingga dia menjawab, “Ya.”

“Kau akan mewakiliku menghadiri pertemuan. Lakukan kembali seperti yang kau lakukan dengan baik.” Peringatan Osbert terdengar jelas dari bagaimana datar nada bicaranya. Pria itu tidak main-main rupanya.

"Aku selalu melakukan semua hal dengan baik.”

“Buktikan padaku.”

“Kau menantangku?”

“Tidak,” Terdengar jelas dari nada suara Osbert jika pria itu terdengar sangat meremehkannya. “aku tutup dulu. Ingat, ada hukuman yang menantimu jika kau tidak bisa menjalin kesepakatan seperti dengan Tomps Corp tadi.”

Inflammable With The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang