Selamat datang di dalam sebuah lingkaran hitam yang akan mengelilingi atmamu hingga tak ingin lepas. Kisah ini akan menuntunmu secara perlahan menuju gelombang yang tak tentu.
Saya persembahkan cerita ini kepada khalayak luas.
NC-17
Pagi itu, seorang pemuda terlihat berjalan melewati lorong kelas yang masih ramai oleh banyak orang. Death Side Serpents. Kalimat tersebut berhasil mencuri perhatian banyak atma yang sedang berada di sana. Kepala ular kobra terbuka telah terpajang di punggung pemuda tersebut. Langkah kakinya sudah berbeda. Tidak ada lagi langkah kaki yang bersuara. Dia yang sedang memendam duka, karena kehilangan keluarga. Hasrat ingin membalaskan dendam atas pertumpahan darah, sampai saat ini masih bergejolak di dalam hati.
"Bangsat!" umpat pemuda itu sambil meletakkan tasnya di atas meja.
Sampai detik ini, berandal brengsek si pelaku pembunuhan masih belum ditemukan. Hal ini kian membuatnya kesal. Ikut masuk ke dalam ATHIDENTS tidak membuatnya menemui titik temu.
"Tam, gue bawain lo minum," ucap seorang gadis yang tiba-tiba datang menghampiri.
Mendengar suara gadis itu, lantas membuat pemuda tersebut langsung mendongak ke atas. "Lo kenapa selalu muncul di hadapan gue? Kehadiran lo itu selalu bikin gue merasa terganggu. Gue bisa beli sendiri!" balasnya tak suka sambil melenggang pergi keluar kelas.
Tama atau yang biasa dikenal dengan Gautama Omkara Wasa. Kepribadiannya berubah sejak peristiwa setahun yang lalu menimpa keluarganya.
Pemuda itu selalu merasa terganggu akan kehadiran gadis yang dikenal dengan nama Caca. Tama sendiri tidak tau nama asli maupun nama panjang gadis tersebut. Intinya, Caca adalah gadis pengganggu bagi Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mellifluous [HIATUS]
Fiksi RemajaJika instrumen musik digunakan untuk menghasilkan bunyi dan nada, maka butuh seseorang pemilik suara indah untuk menyempurnakannya. Gautama Omkara Wasa, kesempurnaan yang membuat suaranya bergema membentuk gelombang indah di atas kuda besi, membuat...