02

180 27 0
                                    

🧸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🧸


“Mama”

“berhenti memanggil ku Mama”

“Maaaa”

“YAKK!!!”

Ini lah yang terjadi setelah malam hujan itu berlalu, pria jangkung yang tertabrak di kata dokter mengalami geger otak ringan hingga membuat memorinya hilang sementara. Karena pria jangkung yang belum diberi nama ini tidak tau siapa-siapa dan terus memanggilnya Mama, dokter menyarankan untuk di bawa pulang dan dirawat sendiri saja.

Dan yaaa

Begitulah

“jangan marah aku takut” cicit nya menunduk takut.

Arin menghela kala sadar ia baru saja berteriak keras, di dekati pria yang berposisi duduk di sofa. “maaf maaf aku nggak maksud gitu, kamu kenapa manggil hm?” tangan kecil yang mengusap surai lebatnya sedikit menenangkan, dengan berani diangkat lagi kepala yang tadi menunduk. Senyum merekah di wajah tampannya hingga menimbulkan lesung pipi yang dalamnya sangat amat menggemaskan, lucu sudut bibir Arin ikut terangkat.

“Laparr”

“yaudah tunggu sini aku masak dulu” Arin bangkit. Lupakan dulu soal panggilan gila itu, ia harus memberi anak orang itu makan terlebih dahulu nanti baru dipikirkan lagi. Ia juga harus menamai pria itu sepertinya.

Setengah jam kemudian

Arin membawakan nampan yang sudah diisi sepiring nasi goreng kimchi ke ruang tamu “cuma ada ini, gapapa kan?” Arin duduk di bawah, pria yang tadi tiduran segera bangkit ikut duduk di bawah tepatnya di samping Arin

“wahh baunya enak, aku makan ya Maa” ia memakan makanannya dengan lahap.

Arin tak habis pikir namja tampan ini kenapa bisa memanggilnya Mama sih?tidakkah dilihat rupa Arin masih sangat muda, bahkan jika diterka mungkin mereka bisa saja seumuran.

“Mama nggak makan?” pria bertanya dengan mulut penuh, Arin tersenyum lekas menggeleng. “jangan ngomong” suruh Arin menyingkirkan sisa nasi di pinggir bibir si namja. Entahlah tiap menerima tatapan berbinar dari sang namja Arin jadi lupa akan kesalnya, lupa kalau pria ini orang asing yang seharusnya diwaspadai kan. Dia terlalu lucu, menggemaskan mengingatkan Arin pada sosok yang tinggal di Busan sana.

“Maaf Maa hehe”

“kamu jangan panggil aku Mama ya, mending panggil kakak aja”

“kakak?”

Arin mengangguk

“kalau ini kakak terus Mama mana? Aku mau Mamaa”

“Mamanya yaa nggak ada”

“Huwaa mau Mamaa” sudut bibirnya melorot kebawah, mata yang baru saja kering itu mulai digenangi air mata kembali. Arin lagi dan lagi hanya bisa menghela pria ini sudah cukup umur tapi kenapa tingkahnya kayak anak SD banget sihh. Apa ini efek gara-gara kepalanya terbentur ya? Ah, sepertinya arin harus kembali ke rumah sakit besok.

“oke oke yaudah iya ini Mama udah jangan nangis lagi”

“bener ya ini Mama”

“iyaa”

Cengiran lebar ia lukis dengan bebasnya

“omong omong aku kasih nama kamu—”

“Soobin”

“ya?” Arin mengangkat alisnya kaget “kamu ingat nama kamu?”

Gelengan menjadi jawaban “Choi Soobin” nametag usang di berikan pada Arin “aku nemu itu di saku celana tadi”

Arin mengangguk paham, mungkin iya itu namanya. Apa dia seorang pelajar?siswa SMA? Ah mungkin saja. “oke. Baiklah Choi Soobin sampai ingatan kamu kembali kamu bakal tinggal disini, dan kamar kamuu itu itu pintu yang cat biru ya. Nanti selesai makan langsung masuk kamar, sekarang aku mau mandi dulu kamar aku yang pintu kuning, ingat jangan pernah masuk ke sana. Paham”

Soobin mengangguk

Dan Arin segera memasuki kamar. Ia tak segera mandi, tubuhnya di hempasan ke kasur. Penat sekali rasanya.

Pria dewasa memanggilnya Mama?! Ya tuhan Arin pusing.

🧸

🧸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓]One Day, The Boys🧸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang