Nama gadis itu Shinta. Si tomboy berambut cepak itu teman sekelas Melody. Sejak hari pertama ia masuk ke kelas, mati-matian Melody mendekatinya. Bukan tanpa alasan gadis seangkuh Melody merendahkan diri mengemis pertemanan. Shinta itu adik perempuan Rama. Jika bukan karena Rama takkan sudi Melody mendekati Shinta, bahkan sampai membuntutinya hingga ke perpustakaan sekolah hari ini.
Shinta membanting buku yang sedang dibacanya lalu mendelik menatap Melody, "Ngapain lo ngikutin gue, udah kayak kutil. Ngeganggu tau!"
"Lo lagi cari bahan untuk tugas Bahasa Indosesia?" tanya Melody ramah, berusaha mengabaikan kejudesan Shinta.
"Hhmm..."
"Gue udah buat kok, kalo lo mau boleh liat."
"Yakin bagus?"
Melody mengangguk, "Rama yang bantuin ngerjaiin. Pasti bagus."
Shinta cemberut. Rama. Kakak semata wayangnya membantu Melody mengerjakan tugas sekolah. Sedangkan jika ia yang meminta, selalu saja Rama menolak dengan alasan : jika Shinta mau pintar dan sukses, ia harus membiasakan diri mengerjakan segala sesuatu sendiri. Shinta harus mandiri. Dan walaupun Shinta merayu dengan segala cara, Rama tetap kokoh pada pendirian itu layaknya patung Pancoran yang tak lekang oleh panas dan hujan. Dan kini si Melody-Melody ini duduk di depannya dan mengatakan Rama membantunya mengerjakan tugas sekolah. Mata Shinta menyipit. Dari awal ia sudah tahu, si Cantik ini pasti punya kekurangan. Jelas ia tak pintar. Kepala si Cantik ini jelas berotak kecil. Tuhan itu Maha Adil. Tapi walaupun tak berotak encer jelas ia punya bakat tukang rayu layaknya pedagang kaki lima, hingga Rama pun jatuh bangun di bawah kaki indahnya itu.
Shinta tersenyum, "Ok... lo yang ngerjain."
"Loh.. kok gue?" tanya Melody heran.
"Lo kan ngebet pengin jadi temen gue, tapi gue kasih tau ya, gue gak minat punya temen cewek apalagi kayak lo. Tapi karena gue kasian sama lo, hmmm... gue pertimbangkan lo buat jadi asisten gue."
"Whaatt? Gue? Gak salah ngomong lo?"
"Mau gak lo? Gue tau kok lo ngedeketin gue karena gue adik Rama. Lo gak tulus. So.. ngapain lo ngarepin gue nerima lo jadi temen gue. Lagian cewek kayak lo mana punya temen disini. Lo sadar nggak lo tuh sok setengah mati. Cowok-cowok minder ngedeketin lo dan cewek-cewek bakal males punya temen lebih kece dari mereka. Bisa ileran semua gebetan mereka ngeliat lo. Jadi terserah lo. Terima ato enggak tawaran gue."
Melody cemberut lalu mengangguk.
"Bagus, besok tugas Bahasa gue udah harus kelar. Dan sekarang lo ikut gue," ujar Shinta sambil bangkit berdiri.
"Kita mau kemana?" tanya Melody sambil menjejeri langkah Shinta.
"Ikut aja nggak usah banyak tanya."
Melody diam, berjalan tergesa di samping Shinta. Lima menit kemudian mereka tiba di kantin. Shinta menuju meja penuh anak laki-laki yang berisik.
"Drew...!!"
Drew? Melody mengangkat wajahnya, waspada seketika. Si Pengki? Ada hubungan apa Shinta dengan si Pengki? Pacarnya. Astaga!
Drew membalikkan badannya tersenyum menatap Shinta tanpa melirik sedikitpun pada Melody.
"Hei... ngapain lo?" tanyanya sambil meraih tangan Shinta dan menempatkan di samping tempat duduknya.
"Laper... itu mie ayam lo? Buat gue, ya?"
Drew mengangguk lalu mengangsurkan mangkuk mie ayamnya. Shinta makan dengan segera sambil bercanda dengan Drew dan teman-temannya. Melody sebal setengah mati, dia diminta ikut ke kantin malah di diamkan seolah-olah ia debu di ujung sepatu Shinta. Melody mendengus, menghentakkan kakinya meninggalkan kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teratai
Romance(Sudah diterbitkan Penerbit Elex Media Komputindo-2017) Pernahkah terbayang olehmu cinta pertama begitu memabukkan juga begitu menyakitkan jika kau tak pandai menjaga hatimu. Drew pintar, memesona dan sukses. Ia dingin dan terluka karena menyerahka...