Rampok di Ulang Tahun Shinta

27.9K 2.2K 52
                                    

Pesta ulang ke lima belas Shinta berlangsung meriah. Pesta itu dilangsungkan di tepi kolam renang kediaman orang tua Shinta. Teman-teman sekolah Shinta hampir datang semuanya. Rama bahkan mengundang teman-temannya juga. Jika Shinta dan teman-temannya berkumpul di tepi kolam renang, maka Rama memilih berkumpul bersama teman-teman dekatnya itu di teras lantai dua rumahnya. Kedua orangtua Rama dan Shinta sedang di Jepang, untuk menghadiri pertemuan dokter bedah saraf se-Asia Pacipic. Sebenarnya hanya Ayah mereka yang menghadiri pertemuan tersebut, tapi di saat-saat terakhir Shinta memaksa Ibunya untuk menemani sang Ayah. Shinta ingin pesta ulang tahunnya berlangsung meriah tanpa campur tangan Ibunya. Dan untunglah perempuan doyan belanja itu bisa di rayu Shinta di detik-detik terakhir.

Setelah acara tiup lilin dan potong kue, semua orang mulai berpencar. Sibuk dengan urusan masing-masing. Suara musik yang gegap gempita menghentak rumah besar itu. Shinta dan Melody sedang asyik bercanda dengan teman-teman sekelas mereka ketika Drew mendekati Melody.

"Mel... ikut gue," bisik Drew di telinga Melody.

Melody menoleh, mendapati Drew tengah menatapnya intens. Wajah Drew begitu dekat, Melody terkesiap.

"Mau kemana?" tanyanya bingung lalu menjauhkan wajahnya.

"Ada yang mau gue omongin," ujar Drew sambil menarik tangan Melody.

Melody menurut, entah mengapa malam ini ia malas ribut dengan Drew. Si Pengki itu selalu punya sejuta cara untuk memaksakan kehendaknya pada Melody. Dan Melody malas memancing keributan di pesta ulang tahun Shinta, apalagi dengan adanya Rama di lantai atas. Drew membawa Melody ke sudut taman tidak begitu jauh dari kolam renang. Mereka duduk di ayunan besi berwarna putih.

"Mau ngomong apa?" tanya Melody sambil menatap Drew.

"Gue mau lo jadi cewek gue," ujar Drew tanpa basa-basi.

"Ehh.. apa? Nggak mudeng gue," gumam Melody heran.

"Mulai sekarang kita pacaran."

"Ihh... " Melody menempelkan tangannya di dahi Drew, "Lo kayaknya gak demam. Lo tadi mau kesini buang air di bawah pohon gede, ya? Lo kayaknya kesurupan setan ngondek deh kayaknya."

Drew terbahak mendengar kata-kata Melody, "Gue dari rumah langsung kesini. Lagian kalo gue pingin begituan, gue milih-milih tempat kali, Mel. Lagian yang kerenan dikit napa, mendingan gue kesurupan roh Kurt Cobain lah."

"Trus kenapa lo ngomong ngaco?" tanya Melody sebal.

"Ya... gue pingin punya pacar."

"Lo pingin punya pacar kayak orang pingin makan rujak. Lo pingin, lo beli, lo makan, lo kenyang, lo buang bungkusnya. Gue manusia tau. Gue punya hati, pikiran dan perasaan. Dan tiga-tiganya bukan buat lo. Gue gak suka apalagi cinta sama lo."

Drew mengangkat bahunya tak peduli, tak tersinggung sama sekali dengan ucapan Melody. Ucapan Melody justru menambah minatnya untuk memiliki gadis itu.

"Gak masalah. Gue bisa bikin lo suka dan cinta sama gue."

"Gue gak mau," sahut Melody keras kepala.

"Kenapa?" tuntut Drew.

Karena gue cinta sama Rama, Pengki!!

"Bukan karena apa-apa," ujar Melody lalu mengalihkan pandangannya ke keriuhan jauh di depannya.

"Apa karena Rama?" tanya Drew hati-hati.

Melody menggeleng.

"Lalu karena apa lo nolak gue?" tanya Drew lagi.

Melody diam tak menjawab.

"Mel... " Drew memegang tangan Melody.

Melody menoleh, mata Drew menyorot penuh harap. Mata yang biasanya berbinar jahil itu menatapnya lembut. Ada perasaan menenangkan ketika Melody menatapnya. Entah mengapa Melody gugup seketika.

TerataiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang