Melambai-lambai tanaman hias disekeliling garden cafe & resto, sepi, sunyi dalam istirahat siang hari ini. Duduk termenung menanti saat terbenam mentari. Azri yang diam dan asyik bermain dengan pikirannya.
Terkejut dengan suara cempaka yang hadir dan siap untuk mengeluarkan segala ceritanya. Duduk di sudut cafe dan mendengarkan cerita-cerita tentang keganjalan dalam hari cempaka.
Terkadang ia cerita tentang kucingnya yang super malas, seperti tak niat jadi kucing, juga sifatnya yang cuek dan tidak aktif. Jadi kebalik deh, malah cempaka yang lebih aktif dari kucingnya. Atau tetang hobi yang memelihara ikan cupang kecil itu. Ekornya yang panjang ditambahi warna yang menarik, tak heran jika sebagian penjualan ikan cupang bisa memberi harga sejutaan lebih. Wahh kalau aku bisa budidayanya mungkin bisa laku. Hmmm.... Tapi aku tak mampu untuk melihara ikan,aku aja masih belajar untuk memenuhi stok di dapur rumah.
Terus tak hanya itu, yang lebih mengejutkan lagi, cempaka dan Aldi, pacaran...! Baru -baru ini. Sontak mataku terkejut dengan kejadian diantara mereka. Namun raut wajahku yang masih menyisakan pertanyaan, begitu cepatnya cinta menghampiri mereka? Tapi tetap nasihatku, kuberi padanya.
"Tapi cempaka, kamu harus tau, kan kita gak boleh pacaran. Itu mendekati zina, aku sering denger kajian di YouTube tentang hubungan lawan jenis."
"Ya Allah, bener, gak boleh, ku kira itu cara satu-satunya untuk dapat jodoh. Jadi aku gimana nih, zri."
"Yaa harus putus dong, atau kalau kamu benar-benar cinta, kalian bisa nikah aja. Yaaa ada cara lain nih, ta'aruf. Itu suatu proses perkenalan antara dua orang yang diwakili dengan wali."
"Haaa nikah, aku. Siap gak yaa. Tapi ku coba diskusi sama Aldi, makasih loh. Udah sering sederin aku cerita."
"Iya cempaka, kita sama-sama belajar yaa. Saling mengingatkan. Ehhh kalau jodoh gak kemana, tenang aja. Ok."Suara berbisik Azri terdengar.
Asyik mengobrol, cempaka menyenggol lengan Azri, sambil berbisik."Kamu kapan nikahnya."Azri hanya tersenyum dan kembali dalam pikirannya.
Tak terasa obrolan mereka di perhatikan seseorang dari pojok ruangan caffe, senyum tipis dan serius menghiasi wajahnya. Tak tau berapa lama Irfan menatapnya.
Teringat begitu seriusnya ia saat bekerja, sehingga tak mampu membedakan karyawan atau bos di sampingnya.
" Ehhh, tolong dong, ambil piring kotor itu, biar cepet selesai. Ayo...sini."
Tanpa menoleh Azri hanya fokus ke piring kotor dan melanjutkan cuciannya. Lagian ia harus lebih cepet,jadi beresnya bareng sama karyawan yang sibuk membersihkan meja dan ruang caffe.
"Terima kasih." Ucapan itu yang terus terngiang diingatan Irfan. Tak habis pikir ada orang yang benar-benar fokus dan asyik dengan pekerjaan nya.
"Irfan hanya tersenyum tipis, dan melanjutkan mendata pemasukan dan pengeluaran bulan itu."
Suara azan terdengar
Allahu Akbar.... Allahu Akbar....
"Alhamdulillah yaa kal, tepat waktu kita sampai di cafe, lumayan yaa pilihan kamu. Aku suka."
"Ia, Alhamdulillah. Yok udah buka kan. Aku sholat magrib dulu di musholah cafe ini. Kamu mau ke kamar mandi di sebelah kiri yaa."
"Ok."
Kelebihan utama cafe ini yaaa, tempat sholat, yang sering dilupakan.kebanyakan orang saat mereka sedang asik berbuka dan menghabiskan waktu dengan obrolan mereka. Namun kewajiban lupa di laksanakan.
Suasana hening di musholah, digantikan suara merdu ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dilantunkan imam sholat magrib. Khusyuk dan nikmat yang mendengarnya. Hingga doa pun tak tertinggal dibaca.
"Kal...kal..., Kamu gak berubah masih merdu dan menyentuh hati. Sampai kapan kamu terus diam dan membiarkan aku pergi kal." Suara hati syinta berbisik.
Di halaman musholah Haikal dan syinta berpapasan dengan Azri, Irfan dan cempaka. Papasan itu hanya disadari oleh Haikal yang melihat kedekatan Azri yang sibuk berbicara dengan Irfan begitu akrab.
Sampai di meja makan, mereka melanjutkan makan yang tertunda.
"Alhamdulillah, yuk kal. Makan."
"Ia" Wajah yang masih memikirkan siapa pria yang akrab dengan Azri tadi.
"Oia, apa nama cafe ini?. Kal..kal....hello."
Sampai tiga kali, Haikal baru sadar dari pikiran yang menghujaminya."Ehhh, ia. Ohhh. Garden cafe&resto." Haikal lanjut makan dan mengedipkan matanya agar sadar dari lamunan.
"Wahhh, enak banget yaaa.yuk lanjut syinta."
"Kamu kenapa sih, kayak banyak yang dipikirin."
"Ehh gak kok, Oia, kamu mau ngobrol apa. Biar aku denger nih."
"Kal setelah 5 tahun kita berteman, dan kamu selalu baik banget ke aku, apa... Kamu gak ada perasaan gitu." Tersenyum malu.
Sontak haikal terkejut dengan pertanyaan dadakan yang syinta keluarkan, membuat haikal tersedak dan menghabiskan minumnya tak tersisa. Hatinya pun berdegub kencang tak karuan, namun ingatan wanita berparas teduh itu tak hilang dari pikirannya.
"Ehhh, maaf. Aku terkejut kamu nanya itu. Seperti nya aku......"
Tak sempat menjawab, telpon berdering dan meminta Haikal untuk segera menjawab. Terlihat dilayar telpon, panggilan ibu. Tak berpikir panjang, Haikal mengangkatnya. Sekaligus menghindari pertanyaan dadakan itu.
"Waa'alaikumusalam, Bu ada apa.'
"Baik bu.'
Tak memiliki penjelasan.Haikal langsung mengajak syinta pulang dengan terburu-buru, mengambil dompet dan membayar lebih di kasir dengan cepat. Hal yang tak ingin ia temui, menjadi jalan takdir untuknya.
Tubuh tinggi putih itu membuat langkahnya cepat dan terlihat dari jarak mana pun. Azri yang duduk berdiri dan melihat kepanikan pria itu. Yang tak sabaran untuk menunggu dikasir.
Samar dan tak jelas. Azri tampak kenal pria itu, tapi kenapa terburu-buru. Juga temen wanitanya yang cantik seperti model. Membuat mereka seperti pasangan sempurna. Cantik dan tampan.
"Apakah itu orang yang kemarin.tapi itu... Ahh mungkin kekasihnya."
"kenapa itu zri?" cempaka bertanya.
"gak tahu, mungkin ada sesuatu yang darurat. Kita doain aja, moga selamat sampai tujuan dan di mudahkan urusannya."
" aaminn." Cempaka mmenimpali doa azri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tugas rahasia azri
General FictionIbu berubah sejak kehilangan papa, sedang aku hanya mampu tegar dan diam dalam menghadapi segala kenyataan. lalu kini, ibu juga menyusul papa. sementara aku sendiri, masih dalam diamku. yang meronta-ronta dihati. namun, ibu memberiku pengawal sej...