Ruangan itu tenang dan sepi, hanya sesekali terdengar suara pulpen yang sedang menari indah di atas dokumen-dokumen yang menunggu untuk di bubuhkan tinta tersebut.
Suasana kota yang selalu sibuk, terlebih lagi ketika mendekati jam pulang kerja seperti saat ini, tak menganggu konsentrasi pemilik ruangan tersebut. Pria itu tetap tenang, meskipun kini sang surya perlahan mulai pergi, meninggalkan semburat jingga yang menyenangkan untuk dipandang.
Raiden Abinaya, pria berusia 24 tahun itu berkedudukan sebagai wakil direktur di Abinaya's Group, perusahaan besar yang bergerak di bidang perhotelan dan berbagai resort. Ayahnya ingin ia belajar menghandle perusahaan, sebelum diwariskan sepenuhnya padanya nanti.
Usianya memang masih muda, namun ia dihormati oleh semua orang disana. Bukan hanya karena dia masuk jajaran pimpinan tertinggi, tetapi pria muda itu juga sangat berwibawa dan berkharisma, terlebih parasnya yang tampak tidak nyata pasti akan membuat siapapun terpesona.
Raiden masih fokus memperhatikan dokumen yang harus ditandatanganinya, ia membaca dengan teliti karena tak ingin ada sedikitpun kesalahan yang bisa saja merugikan klien atau sebaliknya merugikan perusahaan mereka.
Sebagai pencinta seni, tatanan ruangan Raiden benar-benar sangat nyaman, membuat siapapun kerasan berada disana. Suasana tenang itu tiba-tiba kacau karena suara pintu yang terbuka paksa.
"Hai sayang," ujar si pelaku kekacauan dengan wajah tanpa dosa. Ia kemudian menghampiri Raiden dan mencium bibir pria itu, tidak peduli meskipun Raiden memasang ekspresi tak suka.
"Kenapa ke sini?" tanya Raiden lalu kembali fokus pada dokumen di tangannya. Wanita itu duduk di sofa, bahkan menaikan kedua kakinya, tidak peduli dengan norma kesopanan atau apalah itu.
"Mau ketemu kamu, trus ngajak dinner bareng sepupuku," jawab Zevanya. Sebenarnya tak ada yang salah dengan nada bicara wanita itu, namun nada bicaranya terdengar menyebalkan ditelinga Raiden, entahlah, bahkan perempuan itu bernafas saja rasanya sudah salah di mata Raiden.
"Aku sibuk," ujar Raven singkat, sarat akan penolakan.
"Gapapa, aku tungguin," ujar wanita itu pantang menyerah.
Raiden memutar matanya malas, Zevanya dan segala sifat keras kepalanya.
Zevanya Anastasia Ranajaya, putri sulung dari Danzello Ranajaya itu memang terkenal karena sifatnya yang suka semena-mena.
Parasnya memang cantik, postur tubuh bak model papan atas, dan kecerdasannya juga tak dapat di ragukan lagi. Menurut Raiden itu bukan kecerdasan, tetapi sudah menjadi kelicikan yang tak dapat diragukan lagi.
Terlahir sebagai "old money" keluarga Ranajaya membuat wanita itu menjadi sombong dan pastinya selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, meskipun harus melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkannya. Prinsip "money can talk" benar-benar berlaku disini. Terlebih ia adalah anak dari sang pewaris dan cucu perempuan pertama di keluarganya, bisa dibayangkan seberapa dimanjakannya wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT
Fanfiction[ On Hold ] Raiden membenci wanita itu, sikapnya yang egois dan semena-mena membuat Raiden muak melihatnya. Takdir yang seolah mempermainkannya dan selalu berpihak pada wanita itu, membuat Raiden mau tau mau harus bertunangan dengannya. Wanita itu s...