03. Rêveur

72 12 66
                                        

may contain some mature scenes

•───────•°•❀•°•───────•

"Gimana kalau kita hancurin karirnya?"

Suasana siang itu sontak menjadi hening karena perkataan Javis. Pria itu mengucapkan kalimat tersebut dengan santai seolah tanpa beban. Danny dan Cassandra saling berpandangan satu sama lain, sementara Zevanya langsung menatap Javis tajam.

"Don't do anything Javis or you will regret it," ujar Zevanya pelan namun mengancam.

Javis  membalas dengan mengangkat kedua bahunya, "Gue ga akan diam aja kalo dia bikin lo sakit hati," ujar Javis santai.

Zevanya menghela nafas, Javis itu sangat abu-abu. Semua sikapnya tak tertebak dan ia tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Zevanya tak ingin Javis 'menyentuh' Dilla duluan sebelum perintahnya karena itu akan menghancurkan semua rencana yang sudah Zevanya susun untuk menekan Raiden.

Cassandra memutar matanya malas, "Oh my Javis, lo jangan gerak duluan deh, apalagi sampai ngehancurin karirnya pacar Raiden itu. Kita harus gerak secara diam-diam namun teratur gitu loh. Kalau misalnya lo buat pergerakan dadakan gitu, bisa-bisa si Raiden curiga and then doi makin benci sama Zevanya," ujarnya gemas.

"Cassie bener Jav, lo gabisa tiba-tiba hancurin bisnis Dilla begitu aja. Harus ada alasan yang jelas supaya media ga curiga. Gue tau lo bisa ngelakuin apapun yang lo mau, tapi sabar dulu," ujar Danny membenarkan perkataan Cassandra.

"Oh come on guys, i'm just kidding," ujar Javis lalu tertawa, berbanding terbalik dengan ekspresi ketiga temannya yang menatap kesal ke arahnya.

"Your jokes isn't funny btw," ujar Zevanya datar seraya melipat kedua tangannya didepan dada.

"Mampus lo Jav, Zevanya ngambek," ujar Danny mengompori.

"Okay okay, i'm sorry guys. Pardon me miss Ranajaya," ujar Javis seraya membungkuk selayaknya pelayan pada tuannya.

"Nope," jawab Zevanya singkat.

"I'll send Mr. Araf to your house, he will be your chef for a week."

Javis tau sahabatnya yang satu itu sangat menyukai masakan koki pribadi dirumahnya dan tentunya tidak akan menolak jika Javis mengirim Mr. Araf untuk menjadi chef pribadinya selama seminggu.

"A month."

"Okay, a month. Anything for you Miss."

"Deal, i forgive you."

Dan akhirnya semudah itulah kekesalan Zevanya pada Javis berakhir. Mereka pun kembali makan dan berbincang ria hingga tak terasa waktu makan siang telah selesai.

****

Zevanya menghela nafas lelah. Seharian ini ia sangat sibuk dan sepertinya berendam didalam air hangat akan menghilangkan semua penatnya.

Para pelayan segera menyambutnya ketika ia baru saja memasuki pintu utama rumah utama keluarga Ranajaya. Mereka membungkukkan kepalanya disepanjang jalan masuk, seperti sudah menjadi sebuah kebiasaan untuk menyambut setiap anggota keluarga itu yang baru saja pulang.

Zevanya langsung mendudukkan diri di sofa kesayangan sang ibu. Para pelayan tadi langsung mengerjakan tugas mereka, dua diantara mereka membuka heelsnya dan langsung memasangkan sendal rumah yang terasa nyaman. Sementara sisanya ada yang mengantarkan barang Zevanya ke kamarnya, ada yang menyiapkan makan malam, dan ada yang menyiapkan air untuk mandi. Ah sungguh nyaman sekali hidup bak putri kerajaan.

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang