"Hai sayang."
Sebuah sapaan yang diakhiri dengan kecupan di pipi Raiden mengejutkan Raiden dan Dilla yang tengah asik makan berdua. Raiden tak perlu menebak siapa pelakunya, karena ia tau hanya ada satu orang yang berani bertingkah kurang ajar seperti ini padanya, siapa lagi kalau bukan Zevanya.
"Apa yang kau lakukan disini?" ujar Raiden pelan nyaris berbisik.
"Tentu saja menghampiri tunanganku, apalagi?" balas Zevanya. Wanita itu dengan seenaknya meminta sebuah kursi tambahan waitress yang kebetulan lewat, dengan memasang wajah masa bodoh nya ia duduk disebelah Raiden dan memeluk lengan pria itu.
"What the-," umpat Raiden seraya berusaha melepaskan tangan Zevanya. Namun, ia merasa tangan wanita itu menggenggam kuat lengannya, berbanding terbalik dengan ekspresi Zevanya yang tersenyum manis padanya. Tanpa merasa bersalah, ia menyenderkan kepalanya dibahu Raiden.
"My cousins is watching us right now. Keep your attitude," bisik Zevanya pelan tanpa melunturkan senyumannya.
Yang dikatakannya bukanlah kebohongan. Saat ini para sepupunya tengah berkumpul salah satu private room yang tepat menghadap ke sini. Meskipun mereka nampak seolah berbincang santai, namun Zevanya tau jika mereka sesekali mencuri pandang ke arah sini. Mereka sangat ingin mencari celah untuk mempermalukan Zevanya.
Beruntung 'kekasih tercinta' Raiden duduk membelakangi mereka, jika tidak mungkin akan runyam masalahnya.
Raiden menatap Dilla yang hanya tersenyum tipis, nyaris tanpa ekspresi. Wanita itu mengangguk dan ekspresinya seolah-olah mengatakan 'tidak apa-apa, biarkan saja'. Namun Raiden tau jika sebenarnya Dilla juga tidak menyukai kehadiran Zevanya yang tiba-tiba menganggu lunch mereka, kekasihnya itu hanya bersikap tenang.
"Kenapa aku harus melakukannya?" desis Raiden.
Salah satu alis Zevanya naik mendengar perkataan Raiden, ah pria ini sedang mencoba bermain-main dengannya pikir Zevanya.
"Jika kau ingin 'kekasih tercinta' mu itu tetap jauh dari jangkauanku, maka jangan membuatku marah kepadamu," ujar Zevanya tersenyum.
Raiden memejamkan matanya mendengar ancaman wanita gila disebelahnya ini. Ia benar-benar tau bagaimana memanfaatkan kelemahan Raiden. Bukannya Raiden tak mampu melindungi Dilla, namun sangat sulit mencegah seseorang yang sangat nekat seperti Zevanya.
"Ok, fine. I will do this. Berhenti menyender dibahuku, dan lepaskan tanganmu dari lenganku. Duduklah sewajarnya," bisik Raiden mengancam. Ia mulai risih dengan segala tingkah laku Zevanya, apalagi wanita itu melakukannya didepan Dilla.
"Terimakasih sayang," ujar Zevanya tidak nyambung. Ia tidak mengindahkan ancaman Raiden, justru ia semakin mengeratkan pelukannya dilengan Raiden. Zevanya mengecup pipi Raiden sekali lagi, dan kini ia mengalihkan pandangannya pada Dilla yang duduk dihadapannya.
"Hello miss Cahyanindya. It really nice to see you here, how are you?" ujar Zevanya sumringah, kalimat manis yang terdengar seperti sindiran.
"I'm fine, thank you miss Ranajaya. How about you? by the way, glad to see you again," jawab Dilla balas tersenyum.
Raiden mereka dirinya sedang berada diantara dua bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Satu sisi ada Dilla, sang kekasih yang sepertinya kali ini menolak untuk mengalah. Sementara disisi lain ada Zevanya, yang seperti kita ketahui wanita itu nekat, ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Nice question, i'm happier than ever. Hidupku terasa sangat menyenangkan, apalagi setelah bertunangan dengan orang yang aku cintai," jawab Zevanya. Wanita itu sudah melepaskan pelukannya dilengan Raiden, kini ia menatap Dilla seraya melipat kedua tangannya didepan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT
Fanfic[ On Hold ] Raiden membenci wanita itu, sikapnya yang egois dan semena-mena membuat Raiden muak melihatnya. Takdir yang seolah mempermainkannya dan selalu berpihak pada wanita itu, membuat Raiden mau tau mau harus bertunangan dengannya. Wanita itu s...