06. Venomous

53 12 27
                                    

"Javis? tumben lo datang ga ada ngabarin dulu?" ujar Zevanya sembari mempersilahkan Javis masuk ke dalam penthouse nya.

"Males gue dirumah Nya, makanya gue kabur ke sini," ujar Javis yang langsung berbaring diatas sofa tanpa sungkan, anggap saja rumah sendiri pikirnya.

Zevanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku sahabatnya yang satu itu. Memang tak jarang penthouse nya menjadi base camp untuk berkumpul dengan teman-temannya. Karena selain luas, fasilitasnya juga lengkap dan tentunya sangat nyaman.

Melihat gelagat Zevanya yang nampak ingin mengomelinya, Javis segera menunjuk dua paper bag yang tadi dibawanya, "Gue bawain kue kesukaan lo, fudgy brownies sama Japanese cheesecake kan?"

"Well, sogokan lo kali ini berhasil, lo boleh disini sampe gue usir," ujar Zevanya enteng sambil mengambil dua paper bag tersebut dan melihat isinya. Yup, tepat seperti tebakan Javis ada dua jenis kue kesukaannya dalam masing-masing paper bag yang berbeda.

"Rugi bandar kalau gini ceritanya," ujar Javis ketika mendengar tiga kalimat terakhir dari perkataan Zevanya. Sementara sang tersangka tertawa puas karenanya.

"Thanks ya, btw lo mau minum apa? sekalian gue ke dapur nih," tanya Zevanya.

"Terserah," jawab Javis.

"Dapur gue ga ada minuman yang namanya terserah, ga usah aneh-aneh."

"Apa aja yang ada kalau gitu."

"Bedanya sama opsi pertama apaan? cuma memperhalus kata terserah jadi apa aja yang ada," protes Zevanya sembari berkacak pinggang.

"Ish, bawain gue iced lemon tea aja kalau gitu," ujar Javis kesal.

"Nah gitu dong dari tadi, jangan labil ga jelas." Zevanya masih sempat menghujat Javis saat ia pergi ke dapur untuk menyajikan cheseecake nya.

Javis memutar matanya malas, untung sahabat pikirnya.

Tak lama kemudian Zevanya kembali sembari membawa nampan yang berisi cheseecake yang sudah ia potong menjadi beberapa bagian dan iced lemon tea pesanan Javis serta segelas jus alpukat untuk dirinya sendiri.

"Thank you Nya," ujar Javis lalu segera meneguk minumannya.

Hening menyelimuti keduanya. Javis menikmati minumannya, sementara Zevanya menyimpan alat-alat lukisnya.

"Kali ini lo ngelukis apa?" tanya Javis ketika melihat sebuah kanvas yang ia yakini sudah penuh dengan coretan cat air yang indah, sayang Zevanya menutupinya dengan sebuah kain putih tipis sehingga Javis tak bisa melihat karya tersebut dengan jelas.

"Ada deh," jawab Zevanya bersikap sok misterius. Setelah selesai beres-beres, ia pun kembali ke ruang tamu dan duduk di sebelah Javis.

"Kok tumben lo males dirumah?" tanya Zevanya penasaran.

"Nyokap ngomel mulu karena gue ga pernah bawa cewek ke rumah. Padahal kan gue masih muda, masalah pasangan bisa diurus belakang. Eh ini nyokap gue sampe curiga kalau gue belok karena ga pernah keliatan suka sama cewek manapun, makanya gue males," jelas Javis kesal.

Mendengar cerita Javis dan dilengkapi dengan ekspresi kesal pria itu membuat Zevanya tertawa, "Gue kalau jadi nyokap lo juga curiga sih Jav," ejeknya, membuat wajah Javis semakin masam.

"Terserah lo aja deh Nya, sebahagianya lo aja," ujar Javis pasrah membuat tawa Zevanya semakin keras.

Suara smart door lock yang dibuka dari luar mengalihkan perhatian keduanya. Zevanya mencoba mengingat-ingat siapa yang tau pin rumahnya selain keluarganya, rasanya tidak ada. Bahkan Jadden yang bisa dibilang sebagai sepupu yang paling dekat dengan dirinya juga tidak mengetahui pin rumahnya. Di dukung oleh rasa penasaran, Zevanya segera melangkahkan kakinya menuju pintu tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang