Sepanjang malam Raiden tak bisa tidur memikirkan bagaimana caranya mewujudkan permintaan Dilla untuk mengakhiri pertunangannya dengan Zevanya. Ia bisa saja membatalkan hubungan tersebut secara sepihak, namun ia yakin kedua orangtuanya tak akan setuju. Mereka sangat memuja Zevanya yang digadang-gadangkan sebagai menantu terbaik yang pernah ada.
Oh ayolah, baru membahasnya saja Raiden sudah merasa muak setengah mati. Bagaimana mungkin Zevanya yang licik itu bisa disebut menantu yang sempurna? Kedua orangtuanya tidak tau bagaimana sifat Zevanya yang sebenarnya.
Pun Zevanya pasti tidak akan menerima jika Raiden mencampakkannya begitu saja. Bisa saja ia membuat drama memuakkan untuk menarik simpati orang-orang disekitarnya seolah ia adalah korban, padahal sebenarnya Raiden lah korban disini, ia dipaksa untuk bertunangan dengan seseorang yang tidak ia inginkan.
Kepala Raiden terasa ingin pecah memikirkan permasalahan ini. Jika ia tidak mengambil tindakan sekarang, maka selamanya ia akan terjebak dengan wanita iblis itu. Tapi jika ia memaksa bertindak, Zergan dan ayahnya pasti tidak akan terima jika Zevanya disakiti olehnya.
Semua orang didunia bisnis mengenal Adiyaksa Ranajaya.
Pria itu terkenal kejam dan tak punya belas kasihan pada musuhnya. Sudah rahasia umum jika keluarga Ranajaya memiliki bisnis gelap dibalik kesuksesan mereka sebagai salah satu perusahaan besar yang ditakuti oleh pesaingnya. Tak ada yang berani mengganggu Adiyaksa, karena menggangunya sama dengan mati. Ia tidak akan diam jika saja jika sang putri kesayangan disakiti orang lain.
Raiden bisa melindungi dirinya sendiri, tapi bagaimana jika keluarganya dan Dilla juga terkena imbas perbuatannya?
Belum lagi Zergan. Sahabatnya itu memang selalu tenang dalam kondisi apapun, tapi Raiden tau jika dibalik kediaman itu ada kegelapan yang tersembunyi. Pria itu bahkan ditakuti oleh sepupunya sendiri-yang notabenenya masih memiliki hubungan keluarga-karena mereka tau bahwa Zergan adalah replika sang ayah, yang artinya ia sama kejamnya dengan Adiyaksa.
Jika ia bertengkar dengan Zergan, otomatis hubungannya dengan teman-temannya yang lain juga akan menjadi canggung. Dan Raiden tidak menginginkan hal tersebut.
Raiden menghela nafas gusar, ia melirik jam digital yang berada di nakas, sudah jam enam pagi dan rasanya sudah terlalu terlambat untuk tidur. Ia ingin mengambil libur sehari, namun hari ini ada laporan penting yang harus Raiden periksa. Pria itu beranjak dari tempat tidurnya dan segera membersihkan dirinya dikamar mandi.
Raidem memutuskan untuk berangkat awal ke kantor, mungkin ia bisa melupakan masalah ini untuk sejenak disana. Ia segera menghubungi sekretarisnya untuk meminta wanita itu menyiapkan sarapan pagi untuknya. Semoga saja ia menemukan titik terang dari permasalahannya nanti.
****
Suasana diruangan Raiden nampak tenang sebagaimana mestinya, pria itu fokus memeriksa laporan yang diberikan oleh bawahannya. Sifat perfeksionis Raiden menuntut bawahannya untuk membuat laporan yang benar dan tepat jika tidak ingin diberikan sanksi oleh pria itu. Tidak ada yang bisa membantah. Menatap mata Raiden dibalik kacamatanya saja mereka tak berani, apalagi jika disuruh menyuarakan protes.
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Raiden dari kertas dihadapannya, terdengar suara sang sekretaris yang meminta izin masuk.
"Nona Karina Eldera ingin menemui anda, Tuan," ujar Sofia, sekretaris Raiden seraya membungkuk hormat.
Raiden mengernyitkan dahinya bingung, apa alasan Karina datang kemari?
"Biarkan dia masuk."
"Baik, Tuan," ujar Sofia lalu pamit undur diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT
Fanfiction[ On Hold ] Raiden membenci wanita itu, sikapnya yang egois dan semena-mena membuat Raiden muak melihatnya. Takdir yang seolah mempermainkannya dan selalu berpihak pada wanita itu, membuat Raiden mau tau mau harus bertunangan dengannya. Wanita itu s...