1

1.2K 211 9
                                    

Perlahan ia membuka kelopak mata, mengernyit saat hal yang pertama kali ia lihat adalah sinar lampu dalam sebuah ruangan, menyilaukan pandangan. Junkyu tidak terlalu bodoh untuk mengetahui bahwa dia sedang berada di rumah sakit. Junkyu juga tidak hilang ingatan untuk mengingat kejadian di malam itu, berujung membuatnya mau tak mau harus terbaring kaku di tempat ini.

Hening. Atmosfer ruangan ini terasa begitu sunyi dan hampa. Tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia selain dirinya. Namun, tak lama setelah itu pintu pun berderit, masuklah seorang pemuda jangkung dengan sebuket bunga dalam genggamannya.

"Yoonbin?"

Ha Yoonbin meletakkan bunganya, menyiapkan vas yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit, lalu memasukkan bunga itu ke dalam vas tersebut, menyusunnya sedemikian rupa. Setelah selesai dengan pekerjaannya, ia tersenyum puas, melirik ke arah Junkyu sejenak, lalu kembali melangkahkan kakinya pergi.

Junkyu terkejut dengan kedatangan sepupunya itu. Anehnya, kenapa Yoonbin bersikap seolah tak melihat dirinya? Mengganti bunga di vas lalu pergi begitu saja tanpa memedulikannya. Ayolah, bahkan bertanya keadaan Junkyu saja tidak ia lakukan.

Sudah berapa lama Junkyu tidak sadarkan diri? Bukankah harusnya Yoonbin senang saat melihat Junkyu kembali siuman?

"Yoonbin!" teriak Junkyu berusaha memanggil kembali sepupunya.

Junkyu membuka pintu, berlari menyusul sepupu yang selalu peduli kepadanya itu. Meneriaki namanya mengharap sahutan, tapi nihil, Yoonbin sama sekali tak membalikkan badan, menoleh pun tidak. Ia mengabaikan Junkyu seolah tak dapat mendengarnya.

"Ya! Ha Yoonbin!"

Bahkan sekarang Junkyu telah berhasil mensejajarkan langkahnya dengan pemuda tampan itu dengan mulut yang tak berhenti merutukinya, tapi Yoonbin tetap tenang, sembari sesekali mengecek ponsel dan juga jam di pergelangan tangannya.

Junkyu ingin meraih lengan Yoonbin, tapi....








Tidak bisa.









Junkyu terkesiap saat melihat jemarinya tak dapat menggapai lengan itu, ia bingung, ia kalut, dan juga bertanya-tanya kenapa jari-jarinya dapat menembus lengan Yoonbin begitu saja. Ada apa sebenarnya? Apa yang sedang terjadi?

Junkyu beralih menatap ke sekelilingnya, berusaha mendapat atensi dari orang-orang yang sedang berlalu-lalang di koridor rumah sakit ini. Tetapi tetap saja tidak berhasil. Mereka semua seolah-olah tak dapat melihatnya, mendengarnya, atau pun merasakan kehadirannya.

Tiba-tiba Junkyu tersadar akan suatu hal, dalam hatinya ia berharap bahwa ini tidaklah benar dan hanyalah halusinasinya saja. Junkyu berlari kembali menuju kamar di mana ia dirawat, membiarkan Yoonbin pergi meninggalkan rumah sakit tanpa berniat untuk mengejarnya lagi.

Tak butuh waktu lama, kini pemuda yang memiliki senyum manis itu telah sampai, ia memelankan langkah kakinya saat mendapati beberapa pasien dan juga perawat sedang berkumpul di depan pintu kamarnya. Terdengar bisik-bisik, seperti sedang membicarakan suatu hal yang menarik.

"Apa Anda serius?" tanya perawat berparas cantik kepada segerombol pasien itu.

"Saya serius, suster. Saya melihat dengan mata dan kepala saya sendiri kalau pintu kamar ini terbuka tanpa ada orang yang membukanya."

Suasana kembali riuh. Beberapa dari mereka kembali berbisik-bisik tidak jelas. "Saya sering mendengar kalau rumah sakit ini memang angker," sahut yang lain, yang kembali mendapat tatapan tak percaya dan beragam komentar tak masuk akal lainnya.

Sedangkan perasaan Junkyu menjadi tambah tidak enak, dugaannya semakin terasa nyata adanya. Dengan itu, ia memberanikan diri untuk mengintip ke dalam kamar, melihat apa yang sebenarnya tidak ingin ia lihat. Tapi sayang, ia benar-benar melihatnya. Junkyu melihat raganya yang masih terkulai lemas di atas ranjang rumah sakit, diam tak berkutik di tempatnya.

Damn, I'm A Ghost ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang