"Hikss... Hikss... " gadis bersurai emas itu terus meneteskan air mata. Di pangkuannya sudah banyak tisu yang berhamburan.
Pemuda berambut hitam di sebelahnya hanya cuek dan fokus pada game di handphone.
Tapi makin lama isakan itu tidak berhenti-henti, membuatnya tidak bisa fokus pada gamenya. Dengan wajah kesal, mata ruby itu menatap gadis di sampingnya.
"Berhentilah menangis, Princess. Sudah lebih sejam kau menangis tau."
Mata permata itu menatap kesal ke arah sang pemuda.
"Hikss... Aku sedang hikss... Sedih hikss..." Ucapnya masih dengan air mata yang mengalir.
Dengan inisiatif, pemuda yang bernama Lucas itu mengambil tisu baru dan langsung melap jejak air mata di pipi gadis sebelahnya.
Rona merah terlihat di pipi gadis yang tak lain adalah Athanasia. Ia tersentuh. Lucas ternyata bisa perhatian juga, pikirnya.
"Princess, kau terlihat jelek sekali."
'Tidak! Lupakan saja yang ku katakan barusah.' Batin Athanasia kesal.
"Arggh!! Hikss... Hiksss.... Bisa kau sedikit perhatian? Hikss... Aku sangat hiksss sedih karena hikss harus meninggalkan hikss mama, papa, dan Lily. Huwaaa..... " Rembesan air mata mengalir dengan deras dan usaha Lucas tadi sia-sia saja.
"Lalu, kenapa kau memilih pergi Princess? Bukankah masih ada Akademi Obelia yang bisa kau pilih." Ucap Lucas dengan perempatan siku di kepala.
"Itu... Hikss karena aku ingin ke sana." Jawab Athanasia dengan padangan ke arah lain.
"Eehh... Bukan karena ingin bertemu anjing putih junior itu?" Ucap Lucas.
"Maksudmu Ijekiel? Tentu saja bukan! Aku hiksss hanya ingin hikss sekolah di akademi Arlanta. Aku ingin melihat salju di sana...." Jawab Athanasia jujur. Alasan utamanya ingin sekolah di akademi Arlanta karena ingin melihat salju. Terdengar konyol bagi kalian, kan? Lucas bahkan semakin kesal dengan ucapan Athanasia.
"Apa???! Jadi itu alasanmu sebenarnya? Bukankah kau bilang karena metode pengajaran Akademi itu sangat bagus dibanding yang lain?"
"Itu juga salah satu alasan ku!"
"Intinya, melihat salju adalah tujuan utama mu sekolah di sana?"
Dan Athanasia mengangguk sebagai jawaban. Lucas rasanya ingin terjun bebas dari pesawat yang ia tumpangi.
"Ouch..."
Kepala Lucas berdenyut sakit. Princess di sampingnya memang luar biasa sekali.
"Apa Paduka tau alasan mu ini?"
"Tidak." Jawab Athanasia sambil menggeleng.
"Hmm.... Kalau paduka tau dia pasti akan membawa ratusan ton salju ke istana." Ujar Lucas membayangkan sang Paduka benar-benar melakukan yang ia katakan.
"Hei! Tidak mungkin papa melakukan itu!" Bantah Athanasia. Yang diucapkan Lucas sangat tidak mungkin.
"Well, mungkin saja."
Setelah itu tidak ada perbincangan lagi. Athanasia kembali sibuk membersihkan sisa-sisa air matanya. Berbicara dengan Lucas mampu membuatnya tenang. Di sisi lain, Lucas kembali sibuk memainkan game di hpnya.
Athanasia melirik ke arah Lucas yang sedang sibuk bermain game itu. Sampai akhirnya dia menyadari sesuatu.
"Hei! Kita di pesawat bagaimana bisa kau bermain Handphone!" Protes Athanasia. Saat ini mereka berdua di dalam pesawat menuju ke Arlanta. Mereka sudah 1 jam menaiki pesawat sedangkan masih tersisa 3 jam lagi sebelum mereka sampai ke Arlanta.
"Tenang saja. Game ini offline dan hp ku sudah di mode pesawat." Ucap Lucas yang pandangannya masih ke arah game yang ia mainkan.
"Tunggu dulu, apa itu game puzzle? Kau tidak suka game seperti itu, kan?" mereka sudah berteman sejak kecil yang membuat mereka tau satu sama lain. Termasuk Athanasia yang tau Lucas tidak menyukai game seperti Puzzle.
"Aku memang tidak suka. Tapi Llyod mendownload game ini. Daripada tidak dimainkan lebih baik ku mainkan." Llyod adalah adik Lucas. Lebih tepatnya adik angkat.
"Ehh.... Pantas saja." Llyod itu hebat di akademik sedangkan Lucas malah sebaliknya.
"Lucas... " Panggil Athanasia.
"Hn..."
"Apa kau tidak rindu keluarga mu? Paman, bibi, dan Llyod?" Tanya Athanasia. Athanasia saja sudah merindukan mamanya yang suka mengomel, papanya yang tampan bagai dewa yunani, dan juga Lily yang baik, ah! Jangan lupakan Felix yang selalu ceria.
"Tentu aku rindu. Tapi apa boleh buat. Seorang Princess menyusahkan menyeret ku untuk ikut bersamanya sekolah di Arlanta. Hah.... Hidupku sungguh malang." Keluh dengan suara yang memprihatinkan.
Athanasia yang mendengar itu merasa tertusuk.
"Hei! Aku tidak menyeretmu ikut bersama ku."
"Memang. Tapi ayah kejam mu memaksa ku ikut bersama mu."
"Kalau gitu protes saja pada papa."
"Maaf Princes, aku masih sayang kepala ku."
Perdebatan mereka memenuhi tempat VIP yang hanya diisi mereka berdua.
"Tapi terima kasih. Berkat mu aku bisa sedikit tidur siang." Ucap Lucas lagi. Lucas adalah teman sekaligus bodyguard Princess Athanasia.
Sebagai bodyguard seorang Princess ia tentu memiliki kemampuan bertarung yang hebat. Terlebih memiliki ayah yang seorang Pemimpin Pasukan Keamaan Kerajaan membuat Lucas tidak bisa istirahat. Ia harus melakukan beberapa latihan khusus, contohnya bela diri. Bersama Athanasia adalah waktu istirahat baginya karena ia bisa tidur siang atau menikmati cemilan coklat.
Lucas merasa pundaknya berat. Begitu melihat, Athanasia sedang menyandarkan kepalanya di pundaknya.
Tanpa Lucas sadari kedua pipinya memerah.
"Lucas... Kau terpaksa ikut bersama ku?" Tanya Athanasia dengan suara pelan.
"Hah... Awalnya. Tapi sekarang aku tidak masalah. Lagian pergi ke Arlanta tidak buruk juga. Princess, asal kau tau saja..... "
Lucas tidak melanjutkan ucapannya. Athanasia terlihat memejamkan matanya. Napas gadis itu teratur yang menandakan dirinya tertidur.
Lucas terus menatapi gadis yang tertidur itu.
"Tidur saja kau terlihat cantik seperti ini." gumam Lucas.
"Permisi, anda ingin sesuatu?" Sebuah suara mengagetkan Lucas. Seorang pramugari datang dengan membawakan troli berisi makanan dan minuman.
Pramugari itu terlihat salah tingkah karena pemandangan di depannya.
'Dasar anak muda.' Batin Permaisuri itu. Ia tidak tau jika gadis uang tertidur itu adalah Princess Obelia karena identitas Lucas Athanasia telah di rahasiakan.
"Tolong berikan minuman soda itu saja." Ucap Lucas pelan. Pramugari itu langsung mengambil minuman soda yang diminta Lucas. Lalu ia melangkah pergi.
Lucas minum dengan perlahan. Iris rubynya menatap ke arah hpnya.
'Masih tersisa 2 jam 30 menit.' Gumamnya pelan lalu menyimpan hp itu di saku celana. lucas hanya meminum setengah dan menyandarkan punggungnya di sandaran tempatnya duduk. Berusaha mencari posisi nyaman untuk tidur.
Tak butuh berapa lama sampai dia ikut tertidur. Perlahan-lahan kepala Lucas semakin menurun membuat kepalanya dan Athanasia saling bertemu.
Sungguh pemandangan itu sangat indah. Seandainya sang Kaisar Obelia melihat ia pasti akan langsung membatalkan penerbangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[WMMAP FANFIC] Princess Goes To School (Hiatus)
FanfictionModern life Athyxlucas . . . . . . Hadiah ulang tahun yang diminta Princess Athanasia bukanlah mobil, rumah, villa, atapun istana layaknya Princess yang lain. Hadiah yang diminta Princess Athanasia cukup membuat semua orang kebingungan. "Aku mau se...