🍃🍃🍃
Hosh! Hosh! Hosh!
Wajah memerah, baju basah karena keringat, dan jangan lupakan tangan yang sibuk mengurut betis yang terasa keram. Kira-kira seperti itulah nasib sebagian besar murid-murid kelas X-2 di pinggir lapangan.
Beberapa murid yang berlalu lalang di sekitar lapangan hanya bisa menatap heran kearah mereka semua. Apa yang mereka lakukan disana? Apa mungkin mereka baru saja selesai kelas olahraga? Tapi kalau iya, kenapa mereka tidak mengenakan pakaian olahraga?
Tessa berusaha menahan tawanya agar tidak pecah. Helloooo, siapa yang mau digebukin ramai-ramai? Tessa masih sayang dengan nyawanya.
Tidak lama pak John datang menghampiri mereka yang masih setia di pinggir lapangan.
"Bagaimana? Apa hukumannya sudah cukup, atau kalian masih mau lagi?" tanya pak John dengan santai.
"CUKUP PAK" jawab mereka semua serempak.
"Apa kalian semua masih ingin membantah keputusan ketua kelas kalian?" kembali pak John bertanya.
"TIDAK" lagi, mereka menjawab serempak.
"Bagus. Sekarang kalian semua boleh istirahat. Dan Tessa, ikut keruangan saya!" titah pak John.
"Siap, pak"
🌿🌿🌿
G
abriel hanya bisa menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan kedua tangannya yang ada diatas meja. Dia menyesal tidak ikut bersama Tessa tadi keruang guru.
Saat ini suasana kelas tampak genting. Semua anak-anak yang tadi mendapatkan hukuman, merasa tidak terima. Tessa sudah keterlaluan.
Sepertinya, setelah ini sahabatnya itu akan terlibat masalah besar.
Tuk!
Seseorang mengetuk sedikit keras kepalanya. Gabriel mengangkat wajahnya demi melihat, siapakah pelaku kekerasan itu?
Sosok manusia bantet dan cowok jangkung yang sok kegantengan tapi memang kenyataannya dia ganteng. Banget malah.
"BENI! Lo apa-apaan sih? Kurang kerjaan?" geram Gabriel kesal.
"Sorry..., sengaja. Lagian lo sih, dari tadi dipanggil-panggil malah asik tidur. Lo ngantuk? Kalo ngantuk, pulang" Beni ikut-ikutan kesal.
"Stop. Lo berdua itu udah kaya kucing sama tikus aja. Ribut mulu kerjanya" ucap Louis mencoba melerai perdebatan yg tiada akhir dari dua orang berbeda gender itu.
Seakan teringat sesuatu, Louis kembali bersuara. "Tessa mana? Dari tadi gue nggak liat tuh anak"
"Keruang guru" jawab Gabriel sekenannya.
"Ngapain?" kali ini Beni ikut penasaran.
"Mending kita bicara ditempat lain aja" bukannya menjawab, Gabriel lantas menyeret kedua sahabatnya itu.
Louis dan Beni saling berpandangan dan hanya bisa pasrah mengikuti langkah Gabriel keluar dari kelas X-2.
🍀🍀🍀
"WHAT? JADI TESSA-Emmpthh" Beni menghentikan ucapannya saat telapak tangan Gabriel dengan tiba-tiba menyumpal mulutnya."Ssttttt...lo bisa kecilin suara nggak?"
Beni hanya bisa anggukkan kepala sebagai jawaban. Dan akhirnya Gabriel melepaskan sumpalannya dimulut Beni.
"OMG HELLOOOOOO...!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantastic Baby
Humorketika lo tiba-tiba di angkat menjadi ketua kelas, di kelas yang terkenal sebagai pembuat onar, apa yang akan lo lakuin?