06. Datangnya Kembali

77 19 12
                                    

Suara dentingan sendok yang beradu dengan garpu dan mangkok beling berisi bakso yang tengah mereka santap terasa lebih nyaring kali ini.

Siapa lagi kalau bukan ulah Jaka? Pemuda itu menghentak kaki nya berulang kali, sambil bergumam sendiri. Arsya yang melihat itu cukup merasa muak.

"Lo kenapa sih Ka?"

Jaka enggan menatapnya. "Gpp."

"Oh."

Arsya mengalihkan pandangan nya kearah Joan yang sedari tadi hanya mengaduk bakso nya, tak berniat mencicip sedikit pun.

"Gak suka bakso nya?"

Joan tersentak, menatap Arsya yang duduk di hadapannya. "S-suka kok bang."

"Kenapa gak di makan?"

Joan melirik kearah Jaka sekilas lalu berusaha mengutarakan kalimat nya yang terus tertahan.

"Bang Arsya kenapa giniin gue?"

"Maksud?"

"Bukan nya apa-apa bang, gue cuma takut. Gue gak pernah kenal bang Arsya tapi tiba-tiba baik banget. Mau Abang apa sebenernya? Gue bisa bantu apa buat Abang?"

Pemuda berkulit seputih salju itu terlihat bingung, lalu menyenggol lengan Jaka yang masih berkutat dengan bakso nya. Bahkan kini pemuda itu menambahkan lagi sambal di makanan karena dirasa kurang pedas.

"Kenapa dia?" Tanya Arsya sambil menunjuk Joan.

"Lah kok nanya gue?! Ya gue gatau lah anjiing!" Sungut Jaka.

"Ya santai aja kali."

Arsya kembali menatap Joan. Tatapan begitu dalam, ia berusaha menelisik lebih jauh kenapa adik kelas nya berucap seperti itu kepada nya.

Joan takut. Entah kenapa tiba-tiba tubuh nya sedikit bergetar melihat Arsya.

Kilasan balik dirinya berhadapan oleh Arsya terputar di dalam memorinya. Ia masih sangat ingat saat dengan ganas Arsya memukul, meninju, bahkan menginjak nya di gang dekat sekolah hanya karena urusan sepele.

"Gara gara Lo es krim gue jatoh!"

"M-maaf bang, gak sengaja."

Arsya menghentikan pergerakan sejenak, menarik rambut belakang Joan agar menatapnya.

"Gak sengaja Lo bilang? Cih!"

Setelah nya Arsya kembali meninju perut Joan, semua rintihan Joan tidak ada yang mendengar. Sekuat dan sekeras apapun Joan berteriak hingga urat leher nya putus pun tidak ada yang datang. Rasanya saat itu ia ingin mati agar terhindar dari pukulan brutal Arsya.

"M-maaf bang.. maaf." Lirih nya berulang kali.

Akhirnya Arsya menghentikan serangannya. Ia menatap nanar Joan yang sudah tergeletak lunglai tak berdaya, bahkan hanya untuk bergerak saja kelihatannya sangat sulit.

"Gue ingetin Lo sekali lagi jangan pernah muncul dihadapan gue!"

Joan mengangguk pelan, sangat pelan. Entah Arsya melihat atau tidak. Namun dirinya berani bersumpah kalau memang waktu itu kepala nya ia usahakan untuk mengangguk, setidaknya agar Arsya segera pergi dari pandangan nya.

"Woi?"

Tangan Arsya terlambai ke depan wajah Joan yang tengah melamun.

"Joan woi!"

Akhirnya Joan kembali, setelah menyaksikan pilu nya kenangan dia dulu yang di pukul habis-habisan oleh Arsya hingga masuk rumah sakit.

"Lo kenapa?" Arsya yang mulai ikut panik karena raut wajah Joan yang juga panik.

Arsya ; second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang