15. Berjumpa Kembali, Undur Diri dari Dunia (END)

97 9 1
                                    

Arsya melihat semua. Semua kejadian yang tidak ia ketahui di masa lalu nya. Dari papa dan mama nya yang bertengkar hebat, kejadian di rumah Jaka, pertemuan antara Jaka dan Nayla, hingga pergi nya Jaka karena hendak menyelamatkan dirinya.

Arsya menjadi paham kenapa Jaka kabur dari nya, Arsya paham kenapa Jaka menghindari dirinya sejak saat itu.

Dahulu Arsya lah yang merasa sangat dirugikan dalam hal ini. Papa nya berselingkuh, tidak berselang lama Jaka ikut pergi meninggalkan dirinya saat membutuhkan bahu untuk bersandar.

Arsya kira Jaka marah, Arsya kira Jaka dendam, Arsya kira pemuda berhati hangat itu tak lagi ingin menjadi teman nya.

Ternyata Arsya salah, Arsya benar-benar salah. Hidup lima tahun dalam kesalahpahaman membuat Arsya benci sekaligus rindu pada Jaka.

Tidak ada yang ingin memberi tahu Arsya, tidak ada yang ingin menjelaskan kenapa Jaka memilih pergi.

Nyatanya bukan hanya Arsya yang perlu bahu untuk menghilangkan penat nya, namun Jaka juga. Sayangnya Jaka tidak pernah mengatakan hal itu kepada siapapun.

Jaka terlalu sibuk menjadi bahu bagi orang lain tanpa sadar ia juga perlu bahu orang lain untuk menjadi tempat peraduan yang tidak pernah ia utarakan.

Semua yang Jaka ucapkan dari mulutnya omong kosong. Nyatanya keluarga Jaka tidak pernah menjadi keluarga harmonis. Saat Jaka bilang kalau ia dan mama nya akan pergi ke pantai berdua nyatanya Jaka sendirian berangkat kesana, menikmati deburan ombak nan menghanyutkan, suara sahut-sahutan burung di angkasa, hingga sunset jingga kesukaan nya.

Mama Jaka tidak pernah memperhatikan nya.

Bagaimana kabarnya, apakah mimpi nya indah, sudah makan atau belum. Hanya itu, hanya itu yang Jaka inginkan. Hal tersebut mungkin terdengar sepele namun berdampak besar bagi seorang Janaka. Dia tidak pernah merengek untuk dibelikan sesuatu yang mahal.

Bahkan sudah lama sang ibu rumah tangga tidak tersenyum kepada Jaka.

Meski begitu Jaka masih menyayangi wanita yang sudah melahirkan nya di dunia ini. Wanita yang membuat Jaka dapat menikmati kebahagiaan lain, selain dari keluarga. Jaka tetap berterimakasih, sangat sangat berterimakasih.

Seperti saat ini. Jaka sudah berhadapan dengan salah satu sumber kebahagiaan nya. Salah satu alasan kenapa Jaka memilih meneruskan hidup diantara pecahan kaca yang menghalangi langkah nya.

Dan orang itu adalah Arsya.

Mereka berdua berjalan beriringan, sesekali Arsya di depan untuk menghalau beling-beling tersebut agar tidak mengenai Jaka. Terkadang pula Jaka yang di depan untuk melindungi Arsya dari serangan api milik lawan.

Keduanya saling bergantung satu sama lain. Arsya membutuhkan Jaka, dan Jaka pun membutuhkan Arsya.

"Ka.."

"Paan."

Arsya mendengus kesal. Padahal dia sudah larut dalam emosi namun karena Jaka air mata nya yang hendak jatuh malah masuk kembali.

"Anjing Lo mati segala."

"Lo juga mati ya bangsat!"

"Yaudah mau ngomong apa? Cepetan!" Desak Jaka agar Arsya menghentikan tangisan nya. "Cepet anjir Lo kira orang itu mau kasih Lo waktu lagi?"

"Lah dia emangnya orang?"

"Eh, gak tau juga sih." Jaka menggaruk tengkuknya. Terlihat cengiran yang sering Jaka perlihatkan.

"Gue cuman mau bilang makasih, maaf," terdapat jeda dalam kalimat Arsya. "Seharusnya gue ngerti waktu itu kenapa Lo lari, kenapa Lo menghindar."

"Salah gue sya, mama-"

Arsya ; second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang