3 ; spekulasi

342 80 6
                                    

Sepulang sekolah, Wonyoung dan Haruto benar-benar jalan bareng. Di jok belakang, Wonyoung udah nahan dari awal biar ga teriak.

Sumpah, dia mimpi apa sampe bisa jalan bareng Haruto?

"Ke minimarket bentar ya, gue mau beli minum." Wonyoung hanya pasrah. Ga peduli dia mah mau diajak kemana aja, asalkan sama Haruto.

Bahkan Wonyoung udah lupa sama kejadian ngga mengenakkan tadi siang. Sore ini, pikirannya full salting gara-gara tingkah Haruto yang di matanya semua kelihatan keren.

"Lo ngga mau beli? Ngga laper?" Tanya Haruto.

Wonyoung menggeleng, "masih kenyang." Kenyang melihat ketampananmu, To.

"Oke deh."

"Gue tunggu di luar, ya."

Haruto tampak sedikit gelisah, "ikut gue aja, yuk. Lumayan bisa ngadem, daripada di luar sendirian."

Ya udah sih ya, Wonyoung nurut. "Oke."

Di saat mereka masuk, dengan cepat Haruto menarik Wonyoung ke rak paling pojok. Melihat Wonyoung yang bingung dan meminta penjelasan, Haruto segera melepas cekalan tangannya. "Eh, maaf."

"Lo kenapa?" Tanya Wonyoung khawatir.

Haruto menghembuskan nafas, "jadi, gue ngerasa ada yang ngikutin kita. Buat mastiin itu, gue mampir kesini."

"Siapa?"

"Gue juga nggak tau, tapi kayanya kita beneran diikutin." Bisik Haruto.

Tak berselang lama setelah Haruto menutup mulut, dua orang dengan tampilan mencurigakan memasuki minimarket yang sama.

Dua-duanya menggunakan hoodie, kacamata hitam dan masker. Membuat Haruto dan Wonyoung tidak bisa melihat wajah mereka.

"Lo yakin mereka kesini?"

"Yakin banget lah," yang lebih tinggi membentuk angka v dengan jari tengah dan telunjuknya, yang menunjukkan ia bersungguh-sungguh.

"Gue kaya kenal suaranya," Wonyoung menggumam.

Mendengar hal tersebut, Haruto langsung menajamkan pendengarannya. Ternyata, ia tak sendiri ketika menganggap kedua suara tersebut familiar.

"Salah liat kali," yang mungil melepaskan kacamatanya sehingga menampakkan sepasang mata yang tidak asing.

Wonyoung seketika mendelik, "Jihan?!"

Kedua—tidak, ketiga remaja tersebut terkejut bukan main mendengar seruan Wonyoung. Haruto segera keluar dari persembunyiannya karena sekarang ia bisa menebak siapa sosok satunya.

"Hehe, jangan marah to." Sosok jangkung tersebut berjalan mundur, kemudian menarik Jihan untuk berlari ke rak paling ujung.

Wonyoung dan Haruto sontak mengejar Jihan dan Jeongwoo, sehingga terjadi kegaduhan di minimarket yang ukurannya tidak seberapa itu.

"SIALAN, NGAPAIN LO NGIKUTIN GUE KAYA MALING?! LO GA TAU APA GIMANA TAKUTNYA GUE?!"

"AMPUN WON AMPUN, MAAFFFFFF!"

"MAAF GUNDULMU, SINI LO JEONGWOO!"

Jeongwoo sama Wonyoung masih kejar-kejaran, ga kaya Jihan sama Haruto yang udah nyerah. Emang sepasang anak kembar itu stok tenaganya ga main-main.

Setelah capek, Jeongwoo angkat tangan. "Nyerahhhh, gue nyerahhhh!"

Wonyoung segera menjewer saudara kembarnya dan menyeretnya keluar dari minimarket.

Memang tidak tahu diri sekali para remaja tersebut. Udah bikin gaduh, ga beli apa-apa lagi.

Sekarang keempatnya berkumpul di tempat parkir, dengan posisi Jihan dan Jeongwoo sebagai tersangka.

"Sekarang jelasin, kenapa kalian ngikutin kami kaya orang aneh?" Wonyoung melipat kedua tangannya di dada.

Jihan nyenggol-nyenggol Jeongwoo, yang membuat pemuda itu menghembuskan nafas pasrah. "Yang ngide siapa, yang kena siapa. Untung gue sayang." Ia menggumam.

"Tadi sewaktu pulang, gue kan rencananya mau bareng Jihan. Terus di parkiran kita ketemu kalian. Ya kita kaget dong, kok bisa tiba-tiba kalian barengan padahal sebelumnya interaksi aja jarang. Akhirnya Jihan ngusulin supaya ngikutin kalian."

Haruto mengangguk-angguk paham, "ini gara-gara lo bego. Kalo elo nggak menyebar hoax, mana bisa sekarang gue sama Wonyoung."

"Hah? Hoax apaan jink?"

Wonyoung kembali teringat dendamnya pada Jeongwoo tadi siang, "Oh iya bangsat, gara-gara elo gue difitnah jadi cewek ga bener sama gebetan gue."

"Won.." Jihan menunjuk Haruto yang sekarang tengah berdehem canggung menggunakan ujung matanya.

Wonyoung tersadar, tapi lebih memilih bodoamat. "Biarin, lagian dia udah tau juga." Ia kembali menatap Jeongwoo sengit, "lo kalo ga tau apa-apa jangan asal ngeiyain blok! Gue ga pernah ya, ngefotoin Haruto di luar kelas."

Jeongwoo menaikkan alis, "hah? Gue emang awalnya ga percaya, tapi Haruto yang bilang dia yakin kalo itu elo."

Wonyoung ganti menatap Haruto meminta penjelasan, "INI YANG BENER MULUT SIAPA SIH?!"

"Iya, gue emang yang bilang. Soalnya setiap foto yang dikirim ke gue itu arah pengambilannya selalu dari elo, Won."

"Setelah lo sama Sullyoon cekikikan habis ngelihat gue, setelahnya gue dapet foto yang diambil dari tempat elo tadi."

Wonyoung bingung. "Sumpah to, demi apapun gue nggak pernah ngefoto elo di luar kelas."

"Ya terus siapa.."

"Lo ada secret admirer kali," celetuk Jeongwoo.

Haruto segera menggeplak kepala temannya, "ngaco. Kalo ini mah jatohnya sasaeng, bukan secret admirer."

"Ya tapi siapa? Gue nggak terima nih, gebetan gue difoto-foto tanpa ijin. Bahkan sampe diikutin ke rumahnya," ucap Wonyoung berapi-api.

Jeongwoo tampak kaget, "beneran to elo diikutin sampe rumah?"

Haruto mengeluarkan ponselnya, menunjukkan foto yang diambil setelah dirinya mandi.

"Wah, parah sih kalo sampe gini. Lo ga ada niatan lapor, to?"

Haruto menggeleng, "feeling gue, orang ini ngga ngincer gue."

"Lo jangan ngelawak deh, jelas-jelas yang difoto diem-diem itu elo." Jeongwoo mulai emosi.

"Harusnya elo lihat dari sudut yang lain, Woo. Yang difoto emang gue, tapi dia bikin seolah Wonyoung yang ngambil foto itu." Mendengar penjelasan Haruto, semuanya terdiam.

"Maksud lo—"

"Iya Woo, orang ini ngincer adek elo." Haruto menatap gadis di sampingnya dengan pandangan yang sulit dimengerti.

lingkaran setan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang