7 ; jihan

234 68 0
                                    

"WEH, NGAPAIN ITU CUK?!" Dohyon menyembunyikan wajahnya dibalik bantal, namun sesekali mengintip adegan dari film yang mereka putar.

"Alay," Jungwon memutar bola matanya malas.

"Matamu alay! Ini adegan ga senonoh bngst, lo sering liat ya?!" Dohyon justru melayangkan tuduhan pada pemuda satunya, yang kini melotot kaget.

"Kakikmu! Cuma ngecup kening doang lo bilang ga senonoh hahhh?!"

Buk! Buk!

"ANYING, SIALAN LO JIHAN!"

"BANGS—"

"HEH, BERANI-BERANINYA KALIAN MAKI-MAKI JIHAN?!" Seruan Jeongwoo membuat nyali Jungwon dan Dohyon seketika menciut.

"Bacott, kalian semua bacottt! Mending keluar kalo berantem!" Ia berkacak pinggang, mengomeli dua pemuda itu. Tatapannya beralih ke Jeongwoo, "kamu juga ngapain ikutan sih?!"

Dohyon tertawa keras, "AOWKKWWKWK LO ITU NGGA DIAJAK."

"Bangsat, sini lo!" Jeongwoo dan Dohyon berakhir kejar-kejaran di taman malam itu.

Kumpulan remaja itu tengah melihat film di layar lebar belakang rumah Park bersaudara. Ditambah Jeongwoo dan Haruto, suasana semakin ramai hingga membuat pusing.

Di tengah keramaian tersebut, Wonyoung hanya diam. Sedari tadi, pandangannya tertuju pada Jihan. Bahkan ia sama sekali tidak menonton film yang diputar.

Fokusnya kembali terpusat pada suara Haruto pada saat ia menelepon Jihan. Untuk apa mereka berdua bersama? Bahkan, tadi Jihan datang bersama Haruto.

Baik, mereka adalah teman SMP. Namun, benarkah keduanya sedekat itu?

Yahh, anggap saja dirinya berlebihan. Namun, akhir-akhir ini dirinya memang agak sensitif.

Wonyoung hampir gila memikirkan segala kemungkinan yang ada. Hingga akhirnya, ia memutuskan pamit lebih awal. "Gue masuk dulu, dingin."

Tanpa menunggu respon dari yang lain, gadis itu beranjak dari tempat duduknya.

#

Jangan kira Haruto tidak menyadari tingkah Wonyoung yang aneh.

Pemuda itu sadar sedari awal. Bahkan ketika ia datang ke rumah gadis itu, ekspresinya tampak datar. Seperti ada yang ingin ia katakan, namun tertahan.

Bahkan ketika Dohyon menggodanya, Wonyoung tidak menggubrisnya. Ia hanya berdecak, kemudian menjauh. Sungguh bukan sosok yang Haruto kenal.

Eh? Memangnya sejak kapan kalian kenal, Watanabe?

Puncak kecurigaan Haruto adalah saat Wonyoung pamit masuk ke dalam dengan alasan yang tidak masuk akal, karena suhu malam ini terbilang panas.

Akhirnya, ia menyusul gadis itu ke dalam. Ia memblokir jalan Wonyoung ketika akan naik tangga.

Gadis itu sedikit terkejut, namun masih diam. Tidak ada satupun kata mutiara yang keluar.

"Lo kenapa? Sakit?" Haruto baru akan menempelkan punggung tangannya ke dahi Wonyoung, namun gadis itu menepisnya.

"Iya, gue capek."

"Kalo capek kenapa nyuruh temen-temen lo kesini? Apa gue suruh pulang aja?"

"Nggak usah, gue mau tidur aja."

lingkaran setan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang