10 ; ingatan

187 42 1
                                    

"Haduhh, kamu itu bertingkah kaya gimana sih sampe kaya gini?" Mama Hyo-joo panik setengah mati ketika tadi anak sulungnya pulang dengan keadaan yang miris.

Tangan kanannya di-gips karena patah, kaki kirinya bengkak, kepala yang memar dan anggota tubuh lain luka-luka.

"Aduh maaa, sakit!" Jeongwoo mengerang ketika mamanya tiba-tiba menyingkap selimut dan memijat kakinya.

"Salah sendiri, gimana caranya coba kok bisa jadi kaya gini?"

Jeongwoo mendengus kesal karena disalahkan. Namun dirinya tidak dapat membela diri, karena ia sendiri tidak mengingat kejadian tadi.

Jeongwoo hanya ingat tiba-tiba ia terjatuh dari tangga.

Sudah. Hanya itu.

"Karma itu mah, siapa suruh berniat buruk mau bolos sekolah." Wonyoung datang membawa nampan berisi segelas air.

Jeongwoo segera melempar bantal di sampingnya, "karma matamu!"

"Justin!" Jeongwoo ciut ketika mamanya melotot sambil berkacak pinggang. Takut nanti kakinya yang bengkak disentil kuat.

"Ini ngapain sih daritadi papa dengerin teriak semua," Hyungsik menutup teleponnya karena suasana yang berisik.

Ketiganya saling melempar tatapan menyalahkan.

"Gimana kata kepala sekolah, pa?" Tanya Hyojoo.

"Agak susah, karena di daerah tangga nggak dipasang CCTV." Ia mendudukkan diri di sofa, sembari memijat pelipisnya.

Hyojoo beralih menatap putranya, "kamu beneran nggak inget apa-apa?"

Jeongwoo menggeleng.

"Mama takut nanti kaya kejadian dulu waktu kamu SD. Kita udah panik karena kamu pulang babak belur, setelah diselidiki ternyata kamu sendiri yang naik sepeda tapi nabrak tiang listrik. Kan malu, mana udah marah-marah." Wanita itu mendengus, mengingat-ingat kejadian memalukan di masa lalu.

Jeongwoo menggaruk tengkuknya canggung, "hehe. Tapi kali ini, kayanya Jeongwoo didorong, Ma."

"Masih kayanya, berarti belum yakin."

"Enggak Ma, beneran."

"Tau darimana?"

"Ga tau juga sih."

"Kalo nggak yakin, mending kamu diem aja." Ia bersedekap.

"Udah-udah, ayo kita keluar. Biar Jeongwoo istirahat." Hyungsik merangkul istrinya keluar dari kamar. Ia tahu jika istri dan anaknya tetap berada di ruangan yang sama, tanpa waktu lama rumah mereka akan segera meledak.

Di kamar itu, menyisakan Wonyoung dan Jeongwoo.

"Ngapain lo ngeliat kaya gitu?" Jeongwoo menatap Wonyoung horor. Sedari tadi, kembarannya itu terus-menerus menatapnya dengan aneh.

"Lo cuma alesan, kan?"

Jeongwoo tak mengerti, "hah? Yang jelas kalo ngomong, anjing."

"Lo berusaha bunuh diri, kan?" Tuduh Wonyoung, membuat Jeongwoo melotot kaget.

"Matamu! Kalo ngomong dijaga, asu. Gue masih muda, belum macarin Jihan juga. Seenaknya lo kata gue mau bunuh diri."

"Yaa justru karena itu!" Wonyoung mengarahkan telunjuknya ke Jeongwoo. "Gara-gara Jihan nggak masuk sekolah, lo berusaha bunuh diri, kan?!"

Jeongwoo semakin kesal dibuatnya, "stress. Gue ga expect lo bakal segoblok ini. Jangan bandingin gue sama elo, tai. Yang cuma gara-gara following Haruto nambah, lo mau gantung diri. Bocah gendeng."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

lingkaran setan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang