Aku ga tau mengapa aku disini. Sudah hampr 8 tahun aku ada disini. Di dalam rumah sakit Medika Alam. Aku bukan dokter tapi aku boleh berada disini atas seijin pemilik rumah sakit. Dokter lainnya tak pernah merasa terganggu oleh ku.
Jika waktunya makan siang, sudah ada yang menyiapkan makan siangku bersama para dokter diruang makan. Makanan bukan masalah, aku bisa mendapatkan makanan extra dari para dokter yang menyukaiku. Indahnya menjadi pusat perhatian. Semua mata tertuju padaku.
Ada yang bilang aku ini adalah kecantikan yang paling sempurna ciptaan Tuhan. Dan hanya dengan melihatku perasaan mereka pun kembali rileks.
Pekerjaanku tak mengenal waktu, kapan saja aku mau aku akan bekerja sesuai naluriku. Tapi sayang ga semua senang dengan pekerjaanku, banyak yang menutup pintu rapat rapat jika tau aku akan datang kekamar perawatan.
Ya jika aku datang kedalam ruang perawatan dan menghampiri salah satu ranjang dalam kamar itu, biasanya kematian akan menghampiri orang tersebut.
Tidak pada setiap orang yang akan meninggal, biasanya ada sesuatu cerita di balik kematian orang tersebut, yang mungkin menjadi pelajaran bagi yang menyadarinya.
Aku tak tau bagaimana aku bisa mencium kematian seseorang yang mulai mendekat. Mungkin itu salah satu kelebihanku. Makannya banyak yang mengamatiku kemana aku akan melangkah. Dan sebisa mungkin mereka menutup pintunya.
Tetapi kematian bukan karena aku. Biarpun aku tak bisa masuk karena mereka menutup pintu toh malaikat pencabut nyawa tetap bisa masuk.
Lalu apa gunaku? Aku tak tau. Diijinkan disinipun bukan aku yang meminta. Tapi banyak orang menghargai tugasku, karena dengan keberadaanku mereka mempunyai waktu unuk berdoa bersama dan mempersiapkan mental mereka untuk kehilangan.
Mengapa Tuhan kasih kelebihan ini kepadaku? Aku ga tau. Aku ga minta kalian percaya, ini adalah salah satu kebesaran Tuhan yang ingin dia tunjukan kepada sebagian manusia sombong, jika kematian bisa datang kapan saja. Tak perlu ada aku.
Suatu hari aku mendatangi seorang solehah yang masih lemah dari melahirkan anak pertamnya, wajahnya terang dan bersinar, aku suka berada disekitarnya. Raut wajahnya tenang dan tersenyum, aku tau ia habis merasakan sakit yang luar biasa, berjuang hidup dan mati, mengantarkan seorang bayi kedunia. Tapi sayang Tuhan punya rencana lain untuknya. Sebuah surga menantinya. Aku menghampirinya lama sekali. Dan dengan dituntun oleh suaminya ia berhasil melafalkan syahadat dan menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang. Dan suaminya pun merelakan kepergiannya dengan ikhlas.
Lain lagi dengan seorang pria dengan sakit paru-paru yang sudah dideritanya menahun. Saat aku menghampirinya suasananya sangat tidak enak. Ia meracau, dan mengeluarkan suara suara aneh. Wajahnya hitam ketakutan dan berkeringat. Tidak banyak yang menjenguknya dalam seminggu terakhir ini. Bahkan anaknya pun tidak pernah hadir. Aku tak tau apa dosa orang ini yangku tau ada sebuah gelang besi mehubungkannya dengan besi ranjang. Dan tidak berapa lama dia mengeluarkan suara ngorok yang kencang dan saat itu juga ia meregang nyawa dengan mata terbuka. Aku berlari keluar ketakutan karena yang kulihat hanya kabut hitam mengelilinginya.
Aku senang beradaa di dalam ruangan anak anak. Biasanya aku bermain disana berlama lama. Bukan karena aku tau mereka akan pergi meninggalkan keluarganya.Tapi karena aku tak pernah merasakan apapun di awal kepergian mereka yang belom mempunyai dosa. Aku hanya suka anak anak. Mereka polos dan menyukaiku. Mereka berwarna ceria. Jika salah seorang dari mereka pergi meninggalkan dunia, aku hanya bisa menatap sepasang malaikat tersenyum kepada mereka dan membawa ketempat yang terindah. Kalau saja aku boleh selamanya berada disini.
Tapi kini aku melihat jasad ku sendiri...aku melihat beberapa petugas rumah sakit menangisi jasadku. Mereka berteriak kepada orang yang membunuhku. Dan menangkap orang tersebut untuk di laporkan ke polisi.
Aku melayang menjauh tapi aku masih bisa kulihat mereka kehilangan ku. Semua orang yang mencintaiku menitikan air mata. Ibu kantin yang menyiapkan makan ku selama ini menangis meraung sambil membawa semangkuk ikan kesukaanku setelah seorang satpam rumah sakit memberi tau kabar duka ini.
Suster suster yang senang membelaiku juga seketika syok mendengar berita ini. Ya aku adalah piala bergilir mereka, dari satu pangkuan ke pangkuan lain. Hanya aku yang boleh duduk di atas meja kepala suster. Dan tidur siang disalah satu kursi ruang tunggu dokter. Tidak jarang sepotong daging atau sepotong ayam diberikan oleh dokter yang sedang diet kepadaku.
Aku primadona di rumah sakit ini, sudah banyak media yang mengambil fotoku, bahkan ada beberapa orang berobat kesini hanya ingin melihatku. Kucing berbulu halus dan lembut, berbadan gempal, yang membuat ku berjalan menggemaskan, seperti yang mereka selalu katakan. Badan ku gempal karena makanan yang selalu berlimpah. Buluku halus karena suster kepala tak mau aku berkutu hingga acara mandi dilakukan setiap minggu.
Tapi semua tinggal kenangan manis, lelaki yang membunuhku melakukannya karena ia sedih istrinya wafat setelah aku mengunjunginya, dan ia tak sempat berkata selamat tinggal. Ia menyalahkan aku dan membuatnya gelap mata dan menusukku dengan pisau buah. Tak mengapa aku iklas karena nyawaku hanya kepunyaan Tuhan. Semoga Tuhan memaafkan orang tersebut.
Untuk mengenangku mereka membuat sebuah patung diriku untuk hiasan di sebuah pojok taman. Disitu tertulis, mengenang seekor kucing manis yang selalu menjadi kesayangan kami. Aku amat terharu. Mereka sangat menghargai aku mahluk kecil yang ga bisa berbuat banyak. Tapi mereka menghargaiku sebagai salah satu mahluk Tuhan.

KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Menulis Cerpen
Random30 hari merangkai kata indah menjadi kisah - kisah menarik yang sayang dilewati. Mungkin salah satunya sama dengan kisahmu.....