Satu

372 64 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Eleanor tersentak kaget dan bangun dari tidurnya. Berteriak sekeras mungkin, berharap saudara tirinya sadar apa yang sedang ia lakukan sekarang. Sekaligus meminta pertolongan kepada pelayan yang ada di luar kamar.

Tangan Elena -saudara tiri Eleanor- yang memegang belati ia arahkan tepat di jantung Eleanor. Tatapan benci Elena semakin menajam bersamaan dengan  tangannya yang semakin erat mencengkram kedua tangan Eleanor.

"Apa yang sedang kau lakukan Elena?!" seru Eleanor.

"Aku ... Hanya ingin menyingkirkan benalu yang ada di hidupku!" ucap Elena menusuk.

"Ah ... Sebelum belati ini merusak jantungmu, kurasa kau harus tahu satu hal." ucap Elena dengan senyum tipisnya.

"L-lepaskan!" Eleanor tak menghiraukan setiap kata yang keluar dari mulut Elena. Ia hanya fokus menggerakkan tubuhnya, berharap cekalan Elena bisa mengendur sedikit saja.

"Kau tahu? Tunangan tercintamu  adalah seorang penipu yang handal! Kau termakan omongan manisnya selama lima tahun. Dan hal yang paling membuatku senang adalah ... DIA KEKASIHKU!" ucap Elena dengan senyum sinisnya.

Menyerukan hal yang paling ingin ia beri tahu kepada kakaknya semenjak lima tahun yang lalu. Yang tentu saja akan membuat hati Eleanor hancur berkeping-keping.

Eleanor langsung terdiam membeku saat ucapan Elena masuk kedalam gendang telinganya. Otaknya berusaha mencerna setiap kata yang Elena ucapkan. Eleanor yang masih mencintai tunangannya berusaha mengelak dan tidak mempercayai ucapan Elena.

"Apa? Kau tak percaya?" tanya Elena remeh.

Elena lalu menaruh belatinya di samping kepala Eleanor. Tangannya yang bebas dari belati, merogoh saku celananya. Mengeluarkan selembar kertas foto yang masih baru.

"Lihat! Kita saling mencintai!" Tawa Elena menggema mengisi setiap sudut kamar Eleanor.

Eleanor tidak bisa mengelak lagi saat melihat selembar kertas foto yang ada di tangan Elena. Kertas foto itu memperlihatkan Elena yang sedang membawa kue kecil di tangannya dan tunangannya yang sedang memeluknya mesra. Senyuman bahagia mereka merekah tanpa rasa bersalah.

Air mata Eleanor langsung menetes dengan sendirinya. Lidahnya Kelu. Ia ingin menyangkalnya, tapi hatinya terlanjur hancur dan mempercayai foto itu.

"Ah ... Satu lagi. Terimakasih atas semua hadiah yang kau berikan kepada tunanganmu. Ah! Maksutku, kekasihku. Aku sangat menyukainya!" ucap Elena puas.

Kini, terjawab sudah atas perilaku mantan tunangannya yang mencurigakan. Ia selalu meminta tas yang mahal kepada Eleanor. Berkedok jika barang-barang itu akan ia berikan kepada ibunya.

Kecurigaan Eleanor mulai muncul saat mengunjungi rumah mantan ibu mertuanya. Ia tidak melihat tas mahal pemberiannya di rak koleksi tas mantan ibu mertuanya. Padahal, mantan ibu mertuanya selalu memamerkan hadiah yang ia beri kedalam rak koleksi tasnya.

"Aku bersumpah akan membalas perbuatan kalian di kehidupan ku yang selanjutnya!" Eleanor berteriak nyaring.

"Aku tunggu ... HAHAHAHAHA!" balas Elena. Tangannya langsung melepas kertas foto yang ada di genggamannya dan mengambil belati yang ada di samping kepala Eleanor.

Dengan cepat, Elena menusuk jantung Eleanor dengan keji. Menusuknya berkali-kali dengan perasaan puas tiada tara.

"AAAAAAKH!"

Teriakan menyedihkan Eleanor menggema. Bulan purnama dan gugusan bintang menjadi saksi kematiannya yang mengenaskan. Ia berjanji, akan membalas perbuatan saudara tirinya.

Perlahan, kesadaran Eleanor menghilang. Matanya mulai menutup dengan perlahan. Samar-samar mendengar tawa puas Elena yang memekakkan telinga. Saudara tirinya benar-benar seorang psikopat.

.
.
.
.
.

ᴅᴏɴ'ᴛ ғᴏʀɢᴇᴛ ᴛᴏ ᴠᴏᴛᴇ ᴀɴᴅ ᴄᴏᴍᴍᴇɴᴛ
ʙɪɢ ʟᴏᴠᴇ ғᴏʀ ᴜ, ʀᴇᴀᴅᴇʀs

** Hola! Ini cerita pertama Nauri. So, kalau ada typo or kritik kalian bisa comment. Kritik di kalian akan sangat membantu dalam perkembangan menulis Nauri. Ah! Gunakan bahasa yang baik ya... Nauri akan sangat berterimakasih
꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡a

ɢᴇʟɪᴅᴀ || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang