Kodok Bengek

228 6 3
                                    

Dua minggu setelah pertemuan gue dengan mantan (baca bab tak terhapus), kita gak pernah komunikasian lagi. Iya sih, memang, rasa untuk ingin tahu kabar dia pasti ada. Masa di mana gue selalu teringat dia, dan ingin menghubunginya pasti gak terelakkan. Tapi sebisa mungkin gue redam. Gue tahu, ketika gue dan dia semakin sering berkomunikasi, kemungkinan kita balikan jadi makin besar. Gue gak mau balikan sama dia. Itu sebabnya, gue ganti nomor hape dan pin BBM yang baru. Menghindari segala kemungkinan. Andai saja gue nemu uang satu karung pas nulis cerita ini, mungkin gue juga bakal ganti rumah. Oh iya, operasi muka juga. Biar gak ancur-ancur amat.

Untuk menghilangkan fokus sama mantan, gue mengalihkannya pada note gue. Mencoba mencari tahu jadwal kegiatan yang belum gue selesaikan atau sekedar merevisinya. Itung-itung nyari keringet. Kebetulan ada satu kegiatan gue dengan teman-teman komunitas Videografi bikin Video kreatif. Tujuan dari video ini juga mengangkat trend positif yang berkaitan kehidupan remaja. Jadi remaja dapat menuangkan emosi, kreatifitas, dan karyanya dalam bentuk yang menguntungkan bagi mereka sendiri. Kita ingin lihat dukungan remaja ini, jika banyak maka akan kita adain event dalam waktu dekat.

Waktu gue rapat ngebahas masalah ini, banyak yang ngira kita mau bikin film. Beberapa anggota komunitas ada yang menawarkan diri jadi aktor. Yang cewek malah berdiri, senyum-senyum sambil bilang "gue yang maen felem dong bang." Gue nepuk jidat. Apa yang gue presentasikan gak bisa dicerna otak mereka. Tapi sebagian anggota, ada yang memahami. Malah saking serius nya, seorang teman gue bernama Dexter sampai buka baju, katanya itu bentuk semangat. Dan sebelum dia terlalu bersemangat (yang akan berakhir dengan buka celana) gue himbau untuk tidak berlebihan. Karena kita mau bikin short movie untuk anak muda berbau kreatifitas, bukan film bokep gagal budget. Secara ajaib, mereka semua ngerti arah dan tujuan naskah gue.

Bukan team namanya jika mengambil keputusan sepihak. Gue pun lantas meminta masukan dari mereka. "Kalo ada yang mau ngasih saran, silahkan." Pinta gue, dalam rapat di Ten Coffee malam ini.

Ada yang berfikir. Mungkin dia gak ngerti bahasa gue.
Ada yang ngelirik-lirik ke atas. Gue juga gak tahu dia ngelirik apaan.
Ada yang tiduran di atas meja sambil makan kayu... belakangan diketahui dia gila.

"Gue ada ide. Gimana kalau kita bikin video tentang party. Dugem bro... dugem." Dexter ngasih saran kampungan.

"Dex... dugem tuh identik dengan kehidupan malam lah. Loe mau komunitas lain nge-cap kita miring?" Balas gue, dengan ketus dan di akhiri kepala geleng-geleng. "Lagian masa tema yang kaya gitu kita angkat ke kampus. Ah... elo. Gimana juga gue mau ngomong sama Sponsor entar."

"Maaf." Jawab Dexter, sekenanya. Dalam keadaan ini, gagasan Dexter di eliminasi dengan kejam.

Kiki, temen gue yang lain, mencoba ngomong, "Kita nyerah bro. Gak ada ide." Memang untuk urusan ini, anggota komunitas bergantung ke gue. Ngelihat track record gue sebagai penulis lokal yang bukunya udah banyak bertebaran di Gramedia, sapa sih yang ragu? Padahal nih ye, mereka gak tahu, kalau tuh buku gue cetak sendiri (self-publishing) terus gue maen ke Gramedia, nyelipin bukunya ke rak buku best seller. Kyaaa kyaaa kyaa kyaaa! =))

Membuat naskah short movie memang gak mudah. Dibutuhkan beberapa ide briliant dan konsep. Dan sedikit pengalaman pribadi. Untuk video yang bakal dibuat kali ini, segmen pasarnya remaja. Gue ada ide untuk mencampur kehidupan percintaan remaja dan kehidupan keluarga yang pelik. Dua hal ini sangat identik dengan remaja.
****

Sutradara adalah orang yang mengatur agar proses syuting berjalan seperti yang di inginkan. Karena tampang gue gak enak buat di rekam, gue milih jadi sutrada ecek-ecek. Lagian di sini tanpa ada yang membiayai. Semuanya dikerjakan dengan sukarela alias free. Makanya biar kerjanya cepat, gue pengen jadi leader project ini.

Pacar BipolarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang