Prolog

5 1 0
                                    

"Bu, aku menang olimpiade fisika tingkat kabupaten" kata Rere dengan gembira nya kepada yang ibu nya yang sedang memainkan hp.

"Terus?" tanya ibu nya sembari memainkan hp nya Seakan kemenangan sang anak adalah hal yang tidak penting.

Rere duduk di samping ibu nya lalu ia tersenyum "aku menang juara loh bu, tapi kenapa ibu seperti nggak senang dengan kemenangan ku?" tanya Rere yang masih memegang medali nya.

Vira ibunya ia meletakkan hp nya di meja lalu ia menatap Rere dengan tajam "inget nggak ada yang lebih berarti dari selembar uang" ucap nya.

"Bu, tapi aku menang loh bahkan juara se kabupaten" ucap Rere.

"Saya tidak peduli, mau kamu menang se-kabupaten ke, sekecamatan ke, ataupun se dunia kalo kamu tidak menghasilkan uang untuk apa?" tanya ibu nya.

Rere tersenyum ke ibunya lalu ia mengambil amplop coklat dalam tas nya yang berisikan uang hadiah dari kemenangan ia tunjukan pada ibu nya.

"Aku juga dapat uang kok bu sebagai hadiah nya" kata Rere.

Vira langsung mengambil amplop itu dari tangan Rere ia menghitung beberapa lembar uang merah dari dalam amplop itu.

"Bagus, uang ini buat ibu. Mayan lah buat shopping" kata Vira.

"Jangan bu, uang itu akan aku belikan peralatan sekolah ku" ucap Rere mencegah.

Vira mendelik kesal ke Rere "dasar pelit, sama ibu nya sendiri kamu nggak mau berbagi" kata ibu nya.

"Bukannya nggak mau berbagi, tapi aku butuh uang itu itu bu" kata Rere.

"Terus saya peduli? Oh no!" kata Vira tepat didepan depan muka Rere lalu ia bangkit dari duduknya tak lupa ia mengambil handphone nya lalu pergi menuju kamarnya.

Rere langsung mencegah ibunya yang akan masuk ke kamar "Rere mohon bu, jangan gunakan uang itu untuk shopping ibu karena Rere butuh uang itu untuk membeli keperluan sekolah" kata Rere memegang tangan ibunya.

Vira menghempaskan tangan Rere kasar bahkan Rere sampai terjatuh dilantai.

"Jangan pernah mengatur saya!" bentak ibu nya.

"Bu aku mohon bu jangan pakai uang itu, kembalikan ke Rere bu" ucap Rere.

Vira berjongkok di depan Rere ia mencengkram rahang Rere "saya sudah melahirkan kamu dan kamu keberatan jika uang kamu saya pakai?" tanya Vira.

"Bukan begitu bu, tapi aku butuh uang itu" ucap Rere.

"Kamu tau susah payah saya melahirkan kamu bahkan saya tidak pernah mengharapkan kamu, tapi saya tetap melahirkan kamu" kata ibu nya.

"Lalu kenapa ibu tak menyayangi Rere seperti ibu menyayangi kak Zifa?" tanya Rere sambil berdiri.

"Karena saya menyayangi Zifa tidak dengan kamu!" jawab ibu nya.

"Kenapa, padahal kita sama-sama anak ibu?" tanya Rere.

"Karena kalian berbeda, Zifa dia adalah anak dari laki-laki yang yang saya cintai, sedangkan kamu anak yang tidak saya inginkan dan bukan dari laki-laki yang saya cintai"

"Kehadiran kamu adalah hal yang paling menjijikan dalam hidup saya!" Kata ibu nya dengan tajam.

Air mata lolos langsung turun deras dari mata Rere, perkataan yang keluar dari mulut ibunya bagai belati yang menusuk hatinya.

"Menjijikan? Segitu hinakah aku bu?" tanya Rere pilu.

"Iyah saya terpaksa mempertahankan kamu karena ibu saya, tapi tetap saja bagi saya kamu adalah kesialan dalam hidup saya, kamu adalah anak haram!" Kata ibunya menekan kata haram.

Rere menangis pilu mendengar perkataan ibunya. Hatinya sakit sangatlah sakit bahkan mulutnya susah untuk berbicara karena menahan isakan nya.

Rere menatap kepergian sang ibunda dengan sakit yang ia rasa di hatinya.

"Ya Allah kenapa hidupku seperti ini, kenapa engkau menciptakan aku kalau hidupku hanya untuk menderita?" Ujar Rere sembari menangis.

About Life RereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang