Halo?

27 1 0
                                    


Tadi pagi aku minum kopi sambil membaca surat kabar. Kubuka halaman iklan. Kubaca satu persatu. Niatku ingin mencari sepatu untuk kupakai saat ku kunjungi acara pernikahan temanku. Yang ku dapat malah iklan jamu penghilang rasa sedih. Menarik. Ku telepon nomor yang tertera. Kudengarkan bunyi menunggu telepon masuk. "Halo? Kami dari toko buku Suka Jaya" jelas si penjual. Dalam hati ku yang paling dalam, suara ini mendayu dayu dan membuat pagi ku semakin cerah. Cahaya memang banyak yang masuk disudut tempat ku duduk. Tetapi rasanya dalam hati ini terlalu cerah sampai ku tak sanggup untuk menahan kegembiraanku pagi ini.

"Waduh, kayaknya salah sambung deh mba?"

"Oh anda mencari jamu penghilang rasa sedih?"

"Iya mba, ini betul nomornya?"

"Iya mas. Kebetulan produk kami tidak bisa dikirim melalui kurir maupun pos mas. Jadi bisanya langsung ditempat. Masnya bersedia ke toko kami? Kalo iya, saya kirim alamatnya melalui pesan ya"

"Oh boleh kalau begitu"

Sambil bingung dan merenungi toko jamu penghapus kesedihan itu, aku pun menopang jidatku sambil senyum senyum sendiri. Kopi belum juga habis. Aku seakan akan harus bergegas ke tempat itu. Aku mencoba membuka kotak pesan masuk. Ternyata alamatnya sudah sampai. Aku sendiri heran , biasanya yang seperti ini selalu kucurigai. Dahulu aku pernah membeli alat olah raga yang katanya bisa bicara sebagai pelatih olah raga. Yang terkirim kepadaku malah alat itu dan cd cara berolah raga. Tidak terlalu menipu sih. Tetapi tak sesuai apa yang aku harapkan sebelumnya.

Aku mencoba mandi, bersih bersih badanku lebih awal. Dan memilih pakaian apa yang bisa ku kenakan saat bertemu penjual jamu itu yang aku dengar seperti suara artis terkenal. Mengapa aku sangat bersiap siap? Aku pun tak tahu jamu itu jamu apa. Seperti apa penjualnya. Seperti apa tokonya. Apakah terkenal?. Atau mungkin jamu ini sudah pernah dikonsumsi oleh orang orang terbahagia di negeri ini?. Belum juga di kamar mandi aku sudah berfantasi yang jauh sekali.

Setelah ku mandi. Ku cuci gelas bekas kopi ku dan merapihkan meja yang tadi ku pakai. Ku semprotkan minyak wangi kegemaran ku. Aku juga memilih sepatu yang baru kubenarkan kemarin. Aku berangkat. Mengunci pintu sambil mengingat apa yang kurang didalam diriku. Ternyata yang kurang ketampananku. Sambil becermin di pintu kaca, ku merapihkan kembali rambutku. Ku siapkan uang untuk naik taksi. Rasanya kalau naik bus atau ojek, bajuku jadi bau asap kendaraan. Di tengah perjalanan teringat sesuatu. Aku lupa bertanya, apakah tokonya sudah buka pagi hari begini?. Sudah terlanjur di taksi. Argometer pun sudah dinyalakan. Sial. Aku seperti macam mau kencan pula. Kenapa aku terburu buru menuju toko itu. Lebih baik aku pulang saja berbalik arah. Ah, tapi aku juga penasaran dengan jamu itu?.

JAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang