--03--

10 5 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

・゜゜・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.・゜゜・

Kaki jenjangnya terus berlari menaiki tangga menuju lantai atas. Merutuki kenapa kelasnya harus di lantai kedua, merepotkan saja.

Jeongin mendengar suara bell berbunyi saat tadi ia baru saja masuk ke gerbang sekolah sehingga ia harus cepat-cepat masuk ke kelas. Apa ia terlalu menikmati acara sarapan pagi -bersama Herin nya sehingga ia terlambat berangkat sekolah.

Mengingat itu, Jeongin kembali tersenyum dengan kakinya yang masih berlari.

Tepat saat dirinya sampai di pintu kelas, ujung matanya tak sengaja melihat seorang gadis yang berjalan dengan tubuh yang sedikit limbung, tangannya saja berusaha meraba dinding untuk sekedar menopang tubuhnya.

"Herin?"

"Jeongin? Apa itu kau? Cepat masuk!"

Jeongin ragu, ia harus masuk ke kelas atau menghampiri Herin yang terlihat tak baik-baik saja.

"Saya i-ijin ke kamar mandi dulu, Ssaem."

Dengan cepat Jeongin berlari cepat menghampiri gadis yang sudah terjatuh di lantai seraya bersandar ke dinding.

"Herin!"

Gadis itu mendongak terkejut, menatap Jeongin dengan mata membulat yang terlihat gelisah.

Herin berusaha untuk berdiri dengan dinding sebagai topangan, namun Jeongin lebih dulu meraih tangannya dan membantunya berdiri.

"Kau tidak apa-apa?"

Herin mendorong kecil tubuh Jeongin agar pemuda itu melepaskan genggamannya.

"Aku tidak apa-apa, lepaskan aku."

Jeongin hanya diam melepaskan tangannya. Bohong jika ia tak khawatir. Wajah Herin sudah memerah dengan mata mulai mengeluarkan air mata.

Gadis itu mencoba berjalan sebisa mungkin karena tak ingin terlihat lemah di hadapan Jeongin.

"Herin-"

"Jangan ikuti aku! Sudah ku bilang aku tidak apa-apa ... Hiks," Isak gadis itu akhirnya. Menatap manik pemuda yang sudah lama tak ia lihat. Dan detik itu juga, Herin menangis semakin hebat.

Wajah khawatir Jeongin membuatnya tak tega, tapi  tak ada pilihan lain. Selain pergi.

Tangannya ia bawa untuk menghapus kasar air matanya seraya berlari meninggalkan Jeongin setelah merasa tangisannya mulai mereda.

Sungguh, Jeongin sangat khawatir. Ia ingin berteriak menghentikan Herin, tapi ia tak bisa karena dirinya takut Herin semakin benci padanya.

Meskipun ia tak tau kenapa Herin membenci dirinya.

"Aaakh!"

Kelas Herin ada di lantai bawah, dan untuk sampai ke sana tentu saja harus melewati tangga.

"H-herin?" Jeongin kembali berlari kala pikirannya mulai memberi perkiraan yang tak seharusnya.

Tapi benar saja, Herin terjatuh seperti dugaannya. Jeongin menuruni tangga dengan tergesa, tak peduli dengan rasa pegal pada lututnya.

"Herin!"

Jeongin memeluk tubuh bersimbah darah itu, mengelus kepala gadis tersebut yang malah membuat tangannya semakin di hiasi darah.

Kepalanya terbentur.

Jeongin tak peduli dengan bajunya yang sudah tak bersih lagi. Sampai para guru datang pun ia tak kunjung melepaskan pelukan eratnya dari tubuh gadis tercintanya itu.

"Jeongin, lepas! Kita harus segera membawa Herin ke rumah sakit!"

Mendengar kata rumah sakit, langsung saja Jeongin melepaskan pelukannya membiarkan para guru membawa tubuh tak sadarkan diri Herin pergi dari sana.

_____

Makasih buat yang udah mampir vote dan komen. Semoga sehat selalu ya kalian^^
<3

Kenangan Aroma Mu ; Jeongin  ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang