Latte

1K 127 9
                                    

Mark Jung, siapa yang tidak tahu dia? Konglomerat yang menjatuhkan dirinya ke dunia hiburan daripada merepotkan dirinya ke dalam dunia bisnis milik orang tuanya.

Ia lebih memilih memainkan musik serta membuat musik daripada menghitung lembar-lembar jutaan dolar yang sanggup ia terima dalam waktu singkat. Orang tuanya menyayangkan hal tersebut namun mereka yakin Mark tak akan mau mendengarkan mereka.

Untung saja masih ada sang adik aka Jung Jeno yang bersedia menggantikan dirinya, ia telah berjanji pada adiknya jika ia kesulitan ia akan membantu sang adik hingga masalah itu selesai.

Saat ini ia sedang duduk di taman bermain, masih dengan masker dan topi hitam yang menutupi wajahnya agar tidak diganggu oleh fans-fans nya. Walau ia sayang dengan mereka tapi ia masihlah manusia yang membutuhkan ketenangan dalam hidupnya, matanya tak lelah menatap anak-anak yang berlari bermain bersama teman-temannya.

Terkadang ia ingin kembali menjadi anak kecil, yang hanya bermain, bermain dan bermain dalam hidupnya. Tak perlu memikirkan uang, tak perlu memikirkan makan apa dia besok.

Matanya menatap cafe yang baru saja dibuka seminggu yang lalu, masih tampak sepi karena eksistensinya yang belum dilirik oleh manusia-manusia yang sibuk dengan dirinya.

Tanpa sadar ia telah berdiri dari duduknya, ia meraih tas ranselnya dan berjalan menyebrangi jalan yang tak ramai itu. Saat ia membuka pintu cafe, ia disambut dengan aroma kopi, cokelat dan manisnya krim kue. Interior dalam ruangan yang membuatnya merasa segar serta senyuman para pelayan yang dengan tulus mereka lemparkan ke pengunjung yang masuk ke dalam cafe itu.

Matanya menatap menu-menu yang tertempel di dinding, matanya dengan lincah menatap beberapa minuman dan makanan yang menarik matanya. Ternyata cafe ini tidak hanya menyediakan kue saja, makanan ringan seperti kentang goreng hingga berat seperti nasi goreng kimchi pun disajikan disana.

"Matcha Latte satu, Croissant cheese with cheddar satu, nasi goreng kimchi satu." ucap Mark sambil menatap kasir yang terus menekan monitor di depannya dengan cekatan, pelayanan disini sangat cepat dan tanggap sehingga banyak pelanggan yang ada disana merasa puas dengan semua yang mereka inginkan.

"Baik, atas nama siapa?" tanya kasir itu.

"Mark." jawabnya cepat, kasir bername tag Kang Yeosang langsung mengangguk dan mengatakan nominal yang harus dibayar oleh Mark.

"Baik, silahkan ditunggu.. anda ingin makan dimana? Kami memiliki 3 ruangan yaitu ruang dalam, ruang atas sama ruang luar." tanya kasir itu sekali lagi.

"Ruangan mana yang sepi?" tanya Mark.

"Rooftop kita baru saja dibangun, jadi banyak pelanggan yang belum mengerti ruangan itu. Apakah anda ingin disana?" tanya si kasir, Mark mengangguk lalu berjalan ke arah tangga kayu yang berada di sebelah kasir itu.

Rooftop disini lumayan besar, 4 bangku tertata rapi disana dengan jarak yang cukup berjauhan sangat menjaga privasi pelanggan mereka. Payung berwarna putih menghalau matahari menyinari para pelanggan yang duduk di bawahnya, sehingga mereka semakin nyaman dengan suasana damai khas cafe.

Sejenak Mark melamun, memikirkan ide apalagi yang harus ia tuang ke dalam lagu yang beberapa bulan lagi akan dipakai oleh member boy band untuk comeback mereka. Lama melamun sehingga ia kurang peka dengan sekitar, seorang pelayan datang dengan makanan miliknya.

"Permisi, pesanan anda." kata pelayan itu sambil mengatur makanan dan minuman di meja, Mark yang kaget langsung buru-buru memakai masker nya.

"Ah, tidak usah panik tuan. Privasi anda akan terjaga oleh kami karena sesuai dengan motto kami "jaga kedamaian pelanggan demi kepuasan mereka" maka dari itu anda bisa menjadi diri anda sendiri disini... Selamat menikmati." kata pelayan itu sedikit menunduk lalu pergi dari sana.

Mark terkecoh dengan senyuman milik pelayan itu, manis sekali dengan mata kecil yang semakin sipit dimakan senyuman manis miliknya.

Ah... Mark ingin berkenalan dengannya....

Mark menyesap latte yang dihias dengan gambar gitar, sangat mencerminkan apa pekerjannya. Sejenak ia menyesap perlahan isi dari cangkir itu dan mendesah kecil karena merasakan manis dan pahitnya kopi pecah di lidahnya.

Manis seperti senyuman pelayan itu... Mark untuk pertama kalinya terpesona dengan orang lain dan bukan dengan not angka.

TBC

-644 kata-

Coffee Shop Boy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang