BAGIAN 8

1 1 0
                                    

Setelah kejadian dimana Ayah dan Rachel meminta maaf kepadaku, ternyata benar pagi ini Ayah menyambut aku dengan senyum yang mengemba di bibirnya. Andai saja sejak dulu Ayah bersikap seperti ini kepadaku, mungkin aku akan merasa menjadi wanita yang selalu bahagia. Tetapi, dari kejadian yang sudah terjadi aku jadi mempunyai banyak pelajaran, ya contohnya harus sabar dalam menghadapi masalah. Semua pasti aka nada jalannya.

“Ayah, aku berangkat dulu ya. Assalamuaikum.”

Aku mencium punggung tangan Ayah. Beberapa detik kemudian Ayah mencium puncak kepalaku. Lagi-lagi aku merasa hatiku menghangat. Aku tersenyum melihat perlakuan Ayah pagi ini kepadaku. Semoga akan terus seperti ini.

“Iya, hati-hati ya Nak. Waalaikumsalam.”

Lantas aku pergi untuk mencari angkutan umum, seperti biasa itu adalah alat transportasi yang sering aku gunakan untuk ke sekolah. tidak butuh waktu lama angkot pun datang, aku langsung menaikinya.

***
Kantin memang selalu menjadi tempat yang paling ramai di kunjungi jika sedang jam istirahat. Semua murid-murid sedang mengantre di beberapa stand makanan yang ada di kantin, mungkin cacing-cacing di perut mereka sudah pada berdemo sejak tadi. Makanan aku dan Bella baru saja diantarkan oleh penjualnya, kali ini kami memakan batagor.

Sebelum bel masuk berbunyi tadi, aku sudah menceritakan jika hubunganku dengan Ayah dan Kakakku sudah membaik, mereka sudah meminta maaf kepadaku. Mendengar itu Bella begitu sangat senang, dia sampai bertanya beberapa kali untuk memastikan ini semua. Padahal aku menceritakanya dari awal tidak ada yang terlewat.

“Ra, beberapa hari ini gue sama sekali gak liat Kak Sakala lho,”

Aku bingung dan kaget, untuk apa Bella berucap seperti itu. Tumben sekali biasanya juga tidak pernah menanyakan keberadaan Sakala.

“Aku gak tahu Bella. Tumben kamu nanyain Kak Sakala?” Aku bertanya karena penasaran.

Aku tidak tahu kenapa Bella malah senyum-senyum tidak jelas. Seperti saat ini yang sedang ia tunjukan kepadaku. “Gue …,” Dia menggantungkan ucapanya.

“Kenapa?”

Tiba-tiba Bella memegang tanganku. Aku semakin dibuat bingung olehnya.

“Sebenarnya … gue juga suka sama Kak Sakala Ra. Maaf,” sambungnya menatap aku sendu.

Deg!

Seperti ada hantaman batu yang menerobos hatiku. Kenapa Bella juga menyukai Sakala, aku harus apa sekarang? Padahal dia juga tahu aku menyukai Sakala. Aku yang selama ini curhat sama Bella tentang cowok yang aku sukai, ternyata sahabat aku sendiri pun menyukainya. Tuhan sakit sekali rasanya.

Aku masih diam tidak tahu harus merespon seperti apa. Ini terlau tiba-tiba dan membuat aku terkejut.

“Maaf Ra. Gue udah coba buang rasa suka ini, tapi semakin gue mencoba untuk tidak menyukai Kak Sakala itu malah membuat gue uring-uringan Ra. Gue tahu selama ini Kak Sakala selalu nolongin dari bullyan teman-teman.”

Penjelasan Bella, mampu membuat dadaku semakin sesak? Jadi selama ini diam-diam dia sering memerogokiku ketika Sakala menolongku. Kenapa harus seperti ini Bella.
“Sejak kapan kamu suka sama dia Bella?” Aku bertanya kembali sambil menahan rasa sesak didada.

“Waktu gue gak sengaja liat Kak Sakala lagi baca buku di perpustakaan. Gue langsung terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama,” ucap Bella tanpa tahu rasa sakitku seperti apa.

Apa dia tahu perasaanku sekarang seperti apa? Dia dengan entengnya kembali menceritakan semua yang membuat ia jatuh cinta kepada Sakala. Aku harus bagaimana sekarang, di satu sisi Bella adalah sahabatku. Namun, disatu sisi aku juga sangat menyukai Sakala. Haruskah aku kembali berkorban untuk kebahagiaan orang yang aku sayang?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Mana Kasih Sayang Untukku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang