O1

629 86 11
                                    

"Kamu dinonaktifkan"

Yunho berjengit kaget mendengar penuturan atasannya.

"Tapi kapten, saya hanya melakukan kesalahan kecil"

Yunho jelas tak terima dengan keputusan atasannya. Namun ia tak menyangka protes yang ia layangkan akan dihadiahi sebuah gebrakan meja.

"Jeong Yunho"

Namanya terucap lantang dari bilah bibir sang kapten. Ini pertama kalinya ia dibuat merinding ketika seseorang merapal namanya.

"Berani sekali kamu bilang tewasnya tiga agen lapangan sebagai hal kecil"

Kapten tim berperawakan kecil itu membanting tubuhnya ke kursi, serta merta memijat pangkal hidungnya. Akhir-akhir ini pria Jeong dihadapannya suka sekali membuatnya naik darah.

Bukan tanpa alasan, agen Jeong yang sudah jadi kepercayaannya sejak sepuluh tahun yang lalu ini baru saja berulah di misi terbarunya. Sebenarnya misi kali ini terbilang mudah. Penyergapan kartel narkoba. Misi berjalan hampir sempurna kalau saja si Jeong keras kepala ini tidak terpancing pada umpan musuh dan mengakibatkan ia melenceng dari rencana. Menewaskan tiga rekan sesama agen dalam misi tersebut. Untuk pertama kalinya agen Jeong mencatat sejarah buruk dalam karirnya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah begitu.

Ini cukup fatal, mengingat reputasi agen Jeong cukup diperhitungkan. Maka penonaktifan sementara adalah alternatif paling tepat untuk dipilih.

Tapi bagi Yunho penonaktifan sementara sama saja dengan upaya membunuhnya secara perlahan. Sungguh ia tak ingin berdiam diri di rumah, berbaring diatas sofa dengan telivisi menyala. Baginya bersantai adalah cara jitu untuk mati kebosanan.

"Kapten hukum saya, apa saja asal jangan dinonaktifkan"

Untuk sesaat Yunho menyesali penuturannya. Sebab dari cara sang kapten memandang setelah ia berucap cukup membuat Yunho was-was.

"Apa saja?"

Meski ragu Yunho mengangguk "apa saja"

Sang kapten menopang dagu, nampak tengah berpikir seraya netranya tak lepas dari Yunho. Sejenak lenggang. Yunho tak dapat menyembunyikan ketegangan di raut wajahnya.

Sebuah senyuman terbit di bibir tipis kaptennya di iringi jentikan jari yang terdengar nyaring memenuhi ruangan yang sepi.

"Saya punya misi penting untuk kamu, agen Jeong"

"Apa itu, kapten?" Tanya Yunho penuh harap

Senyum sang kapten nampak culas dengan bangga ia berkata "Misi menjadi bodyguard"

Kali ini Yunho benar-benar menyesali keputusannya.

───────────

Yunho mendecak sebal, berkas berisi profil klien yang sebelumnya berada dalam pangkuan ia lempar ke kursi penumpang. Sumpah ia muak, baru membaca profilnya saja Yunho sudah dapat membayangkan betapa merepotkan pekerjaannya kali ini.

Ini sih babysitter berkedok bodyguard, gerutunya dalam hati.

" Santai aja kali. Lo beruntung kapten masih mau ngasih misi. Biasanya juga langsung di drop out ga pake salam " Mingi menimpali sembari tetap fokus mengemudi. Mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah klien.

Song Mingi, teman karibnya itu paling tahu akan dirinya. Bersahabat sejak SMA cukup membuat keduanya mengenal luar dalam. Jadi pria yang kesehariannya berkutat di depan komputer itu paham, bahwa Yunho paling tidak suka dipisahkan dengan misi-misi menantang maut.

Eleftheria [Yunsang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang