O3

720 81 6
                                    

Yunho merutuki diri sendiri. Bisa-bisanya ia dibodohi oleh Kang Yeosang. Seharusnya ia tak mudah percaya saat pemuda itu berkata ingin menginap di rumah temannya. Namun Yunho dilarang untuk menemani. Pemuda Kang itu bahkan menelpon sekretaris Lee untuk menanyakan perihal izin dan ketika si muda Kang menyebut nama sahabatnya sekretaris Lee langsung mengiyakan tanpa banyak bertanya.

Yunho yang merasa curiga diam-diam menyelipkan alat pelacak yang langsung tersambung pada GPS di gawainya pada kerah kemeja yang Yeosang kenakan tanpa sepengetahuan yang lebih muda.

Awalnya sinyal pada alat pelacak menunjukkan bahwa Yeosang benar berada di rumah sahabatnya, itu berlangsung sekitar satu jam lamanya. Yunho hampir bernafas lega, jika saja sinyal itu tidak semakin menjauh dari tempat tujuan dan berhenti di sebuah tempat hiburan malam.

Tanpa basa-basi Yunho segera menancap gas menuju titik dimana Yeosang berada.

Perjalanan memakan waktu tiga puluh menit, tempat yang Yunho tuju jauh dari hingar bingar perkotaan. Berada di balik gang-gang sempit di antara gedung-gedung pencakar langit. Sebuah bangunan dengan lampu warna-warni menghiasi telah menyambutnya.

Yunho lantas segera memasuki tempat itu, setelah sebelumnya menyapa sok akrab pada dua orang penjaga pintu masuk.

Suara musik yang begitu keras juga lautan manusia dilantai dansa jadi hal pertama yang menyambutnya. Bau alkohol tak tertahankan, belum lagi pemandangan tak senonoh lainnya.

Tetapi Yunho abai. Fokusnya sekarang adalah menemukan pria bersurai pirang bernama Kang Yeosang.

Namun ia tak menyangka akan semudah ini menemukan Yeosang diantara begitu banyaknya manusia. Kang Yeosang ada di sudut ruangan, berbagi ciuman panas diatas pangkuan seorang pria yang Yunho tak tahu entah siapa.

Yunho tak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat itu. Yang pasti ia tidak suka melihat Yeosang berada dalam dominasi orang lain. Maka tanpa pikir panjang Yunho menarik Yeosang turun dari pangkuan pria tersebut. Yeosang jelas terkejut. Namun ia tak memberi perlawanan, kepalanya sudah terlalu pusing akibat minuman keras yang ia tenggak. Bahkan Yeosang tak menyadari bahwa Yunho kini sibuk memberi bogem mentah pada pria asing yang berbagi ciuman dengannya. Yeosang tak lagi menaruh peduli pada sekitar, membiarkan Yunho membopong tubuhnya menuju parkiran.

Yunho segera melajukan mobilnya setelah berhasil menempatkan Yeosang di kursi penumpang. Agak merepotkan sebab yang lebih muda sedikit memberontak.

"Yunho, lo marah?"

Yeosang berujar setelah sekian menit hanya diam, memperhatikan Yunho yang memfokuskan pandangan pada jalanan di depan. Jujur saja, Yunho saat ini terlihat sangat marah.

"Jangan diem aja. Kalau lo mau marahin gue, marahin aja"

Ada banyak kata yang ingin Yunho tumpahkan, ia ingin bertanya apakah pemuda Kang itu baik-baik saja, ingin tahu alasan apa yang membuat wajah menyebalkan itu kini terlihat sendu, juga ingin memberikan kalimat-kalimat menenangkan yang terus berputar di kepalanya. Tetapi yang Yunho lakukan justru diam, bahkan acuh tak acuh mendengar penuturan yang lebih muda. Sebab ia pikir itu hanya racauan penuh omong kosong belaka.

"Lo sama aja kaya ibu. Ga peduli sama gue" Yeosang menghela nafas lelah. "Lo tahu, tadi gue ketemu ibu"

Yunho tak bisa abai kala rungunya menangkap parau suara yang lebih muda pada kalimat yang baru saja ia sampaikan. Sungguh yang paling ingin ia lakukan saat ini adalah membawa yang lebih muda kedalam pelukannya.

"Lucu banget, ternyata tempat dimana dia biasanya cari nafkah udah jadi milik dia sekarang. Dia nikah sama pemilik bar tadi, Yun"

Ingatan Yeosang memutar pada memori beberapa jam yang lalu saat pertama kali ia menjejakkan kaki di tempat hiburan malam itu.

Eleftheria [Yunsang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang