O2

548 82 9
                                    

Langkahnya memburu, tak lagi ia pedulikan sapaan beberapa asisten rumah tangga keluarga Kang yang sibuk siapkan makan malam untuk si tuan muda. Tujuannya saat ini menuju kamar si Kang muda.

Yunho tak lagi mengetuk pintu bercat putih dihadapannya. Kamar tuan muda. Begitu mengetahui pintu itu terkunci ia lantas mengeluarkan kunci cadangan yang diberi oleh sekretaris Lee, jaga-jaga jika ada hal darurat menyangkut keselamatan tuan muda Kang.

Yang ia dapati begitu pintu terbuka adalah pemandangan Yeosang yang tengah mematut diri di depan cermin. Pria kang itu nampak terkejut dengan kehadirannya. Ia hendak protes, namun urung begitu mendengar suara pintu kamarnya yang dibanting juga raut wajah Yunho yang tidak bersahabat.

Yeosang merasakan tubuhnya di dorong hingga punggungnya beradu dengan dinding marmer, Yeosang berani sumpah nyerinya bukan main. Belum lagi bahunya yang dicengkeram erat oleh tangan berurat pengawal pribadinya juga tatapan penuh kilat kemarahan. Nyali Yeosang seketika menciut.

"Lo tuh emang sengaja ya main-main sama gue?"

Yeosang terperanjat, ada sensasi aneh kala rungunya menangkap suara yang lebih tua. Ini pertama kalinya bagi Yeosang mendengar Yunho berbicara tanpa mengindahkan kalimat-kalimat formal yang membuat telinga Yeosang gatal mendengarnya.

Suaranya sarat akan amarah yang membuncah. Yeosang merinding, namun jauh dari kata takut. Sebab yang ia rasakan kala tubuh mungilnya berada dalam kungkungan yang lebih tua ialah debaran yang menyenangkan. Yeosang merasa adrenalin nya semakin terpacu, kala tatap keduanya bertemu.

"Jawab, Kang Yeosang!"

Yunho mengacungkan sebuah amplop putih di hadapan Yeosang. Sore tadi ia mendadak dapat panggilan dari kapten Kim untuk segera kembali ke markas besar. Kiranya akan di beri misi penting setelah sebulan lebih hiatus, namun yang ia terima begitu sampai dihadapan kapten Kim ialah sebuah amplop berisi surat keluhan dengan topik utama kekerasan dan pelecehan. Pengiriman nya tak lain adalah Kang Yeosang. Demi tuhan, ide darimana si Kang muda itu mengarang cerita. Alih-alih dapat misi, Yunho justru dapat detensi berupa satu bulan masa tambahan sebagai bodyguard. Maka setelah kapten Kim menutup pertemuan, Yunho langsung memacu kendaraannya menuju kediaman Kang.

Anak muda itu harus di beri pelajaran, batinnya.

Sementara Yeosang diam-diam menyeringai. Ini memang rencananya. Bagi Yeosang, ini bentuk pembalasan dari kejadian memalukan kemarin malam. Ia masih tak terima dengan perlakuan si pria Jeong. Lantas Yeosang tersenyum merasa berhasil membangunkan singa tidur dalam diri Yunho.

Yeosang adalah pribadi yang cepat menyifati sesuatu. Satu bulan mengenal seorang Jeong Yunho dapat membuat Yeosang mengerti bahwa yang lebih tua punya ego yang terlampau tinggi. Bermain-main dengan harga diri yang lebih tua sepertinya opsi yang menyenangkan dan patut di coba.

"Ga ada yang mau main-main sama lo, Jeong Yunho."

Yeosang menjeda kalimatnya, tersenyum congkak seakan menantang Yunho.

"Dan kalau pun ada, orang itu bukan gue"

Yeosang merasakan cengkeraman pada bahunya semakin mengerat. Sungguh, ia ingin mengatai diri sendiri gila. Sebab hati kecilnya berteriak kegirangan, merasakan debaran menyenangkan ketika berada dibawah dominasi yang lebih tua.

"Basi" Yunho menggeram "Apa maksud lo ngirim surat ini?"

"Masa agen terbaik di angkatannya kaya lo ini ga ngerti sih maksud dari surat keluhan itu apa?"

Yeosang mendekat, semakin menghapus jarak diantaranya keduanya. Bahkan Yeosang dapat merasakan, deru nafas Yunho yang memburu menerpa wajahnya.

"Ah, pantes aja sih agen terbaik kaya lo ini sekarang dapet predikat probelamatik. Abisnya dikasih misi sekacang jagain anak kuliahan aja ga becus"

Eleftheria [Yunsang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang